Upload
hazelel
View
113
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Syok hipovolemik bagian anestesi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang
serius seperti, perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik),
infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak
terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat
respons imun (syok anafilaktik).1 Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi hipoksia jaringan,
pembentukan asam laktat akibat metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan
organ.(2)
Secara umum syok diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok besar berdasarkan
penyebabnya yaitu syok kardiogenik, syok distributif, syok hipovolemik dan syok obstruktif.1,2
Syok hipovolemik dimana terjadi penurunan volume darah pada sistem vaskuler sehingga terjadi
perfusi jaringan yang tidak adekuat, syok distributif atau vasogenik dimana terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dengan volume darah yang normal, syok kardiogenik dimana terjadi penurunan
cardiac output akibat abnormalitas miokardium dan syok obstruktif dimana terjadi penurunan
cardiac output akibat obstruksi aliran darah pada jantung atau paru.(1)(2) Di bawah ini adalah
tabel tipe syok.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 1
Tabel 1.1 Tipe Syok dengan contoh keadaan atau penyakit yang menyebabkannya
Dari keempat jenis syok di atas, syok hipovolemik merupakan tipe syok paling sering ditemui. (3)
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi
yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik dapat
disebabkan oleh kehilangan volume masif yang disebabkan oleh: perdarahan gastrointestinal,
nontraumatic internal bleeding (pecahnya aneurisma, ectopic rupture), vaginal bleeding, internal
dan eksternal hemoragi, atau kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravaskuler atau
cairan tubuh lain, intestinal obstruction, peritonitis, pankreatitis akut, ascites, dehidrasi, diare
berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis atau intake cairan yang tidak adekuat. Paling
sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat.3,4
Diagnosis syok berdasarkan pada gejala klinis, hemodinamik dan tanda biokimia yang
secara garis besar disimpulkan ke dalam 3 komponen, yaitu; pertama, hipotensi yaitu tekanan
darah sistolik kurang dari 90mmHg atau mean arterial pressure (MAP) kurang dari 70mmHg
Referat Syok Hipovolemik Hal. 2
disertai dengan takikardi. Yang kedua, adanya gejala klinis yang berhubungan dengan
hipoperfusi jaringan, yang diketahui melalui 3 jendela tubuh; kulit (kulit teraba dingin dan
basah), ginjal (urine output <0,5ml/KgBB/jam) dan neurologi (perubahan status mental). Yang
ketiga yaitu adany hyperlactatemia yang mengindikasikan adanya abnormalitas pada
metabolisme oksigen di dalam sel (kadar lactate di dalam darah meningkat >1,5mmol/L). Pada
syok hipovolemik, gejala klinis yang muncul bergantung pada jumlah cairan tubuh yang hilang.
Gejalanya meliputi takikardi, hipotensi, penurunan jumlah urin, perubahan status mental dan
takipnea.4,5
Pada kasus syok hipovolemik, pengobatan dilakukan dengan resusitasi cairan untuk
menggantikan jumlah cairan yang keluar. Resusitasi menggunakan cairan kristaloid dan
ditambah darah jika ada perdarahan. Pada syok hipovolemik resusitasi menggunakan koloid
tidak berguna.4
Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai syok hipovolemik dan bagaimana
cara untuk menanganinya.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam
pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif atau
kehilangan plasma darah.1,6
2.2 Cairan Tubuh dan Kehilangan Darah
Cairan merupakan kandungan dari sebagian besar berat badan pada orang dewasa yang
sehat. Volume cairan tubuh total mengandung 60% dari berat badan laki-laki, dan 50% dari berat
badan perempuan. Tabel 2.1 di bawah menunjukkan jumlah cairan tubuh dan volume darah pada
laki-laki dan perempuan. Seorang laki-laki dewasa yang sehat dengan berat 80Kg memiliki
0,6x80=48 liter total cairan tubuh dan seorang perempuan dewasa sehat dengan berat 60Kg
memiliki 0,5x60=30 liter total cairan tubuh. Tabel 2.1 juga memperlihatkan perkiraan dasar berat
badan terhadap volume darah, yaitu 66ml/Kg untuk laki-laki dan 60ml/Kg untuk perempuan.
Seorang laki-laki dewasa sehat dengan berat 80Kg, maka memiliki volume darah 0,066x80=5,3
liter darah dan seorang wanita dengan berat 60Kg memiliki 0,06x60=3,6 liter darah. Berdasarkan
perkiraan tersebut, darah menunjukkan 11-12% dari jumlah total cairan tubuh.
Tabel 2.1 Cairan tubuh dan volume darahCairan Laki-laki Perempuan
Total cairan tubuh 600mL/Kg 500mL/KgJumlah darah 66mL/Kg 60mL/Kg
Plasma 40mL/Kg 36mL/KgEritrosit 26mL/Kg 24ml/kg
Referat Syok Hipovolemik Hal. 4
Dari tabel 2.1 memperlihatkan perbandingan antara volume total cairan tubuh, darah dan
komponen darah (plasma dan eritrosit) untuk seorang laki-laki dewasa dengan berat 80Kg.
Rumus tersebut menggambarkan skala untuk membantu memperlihatkan bahwa hanya sebagian
kecil dari total volume tubuh berada dalam vaskuler. Terbatasnya volume dalam aliran darah
merupakan suatu kerugian selama perdarahan berlangsung karena perdarahan yang kelihatan
sedikit dapat menyebabkan kehilangan yang signifikan dari volume darah.
2.3 Etiologi
Penyebab syok hipovolemik dapat berasal dari kehilangan plasma dan sel darah akibat
perdarahan ataupun akibat kehilangan plasma darah sendiri tanpa disertai kehilangan sel darah.
Perdarahan masif : dapat berasal dari luka terbuka yang merupakan penyebab yang sangat
jelas untuk syok hipovolemik. Namun, darah yang keluar tersebut dapat terselubung di dalam
rongga abdomen atau rongga thoraks, seperti pada keadaan hemothoraks, laserasi liver, limpa
atau ginjal, kehamilan ektopik dan perdarahan gastrointestinal, dan dapat pula terselubung
pada jaringan retroperitoneal (jika disertai dengan rupturnya aorta atau abnormalitas
pembekuan darah) atau berada di sekitar jaringan yang mengelilingi tulang yang fraktur
(contohnya yaitu kehilangan darah yang berhubungan dengan fraktur humerus pada orang
dewasa, darah yang keluar berkisar antara 500-1000mL, pada fraktur tibia dan fibula sekitar
750-1200mL, dan pada fraktur pelvis sekitar 1500-2500mL).
Kehilangan plasma darah : berkurangnya volume intravaskuler dapat terjadi pada berbagai
keadaan yang menyebabkan hilangnya cairan ekstraselular secara berlebihan, dengan atau
tanpa hilangnya protein plasma. Sebagai contoh, pankreatitis, peritonitis, luka bakar, crush
syndrome dan anafilaksis cenderung menyebabkan hilangnya protein plasma dalam jumlah
Referat Syok Hipovolemik Hal. 5
besar, sedangkan muntah, diare, excessive nasogastric, fistula atau enterostomy losses,
sodium losing nephropathy dan terapi diuretik biasanya berhubungan dengan rendahnya
jumlah protein plasma yang hilang.6
Berikut ini adalah tabel penyebab syok hipovolemik
Tabel 2.2 Penyebab syok hipovolemik1
Perdarahan Kehilangan plasma Kehilangan cairan ekstraselularHematom subkapsular hati Luka bakar luas Muntah (vomitus)Aneurisma aorta pecah Pankreatitis DehidrasiPerdarahan GIT Deskuamasi kulit DiarePerlukaan berganda Sindrom dumping Terapi diuretik yang sangat agresif
Diabetes insipidusInsufisiensi adrenal
2.4 Respon fisiologis tubuh terhadap kehilangan cairan
Respon saraf atau respon tipe cepat
Dengan berkurangnya volume darah , respon saraf akan segera terjadi dalam beberapa
menit. Tekanan atrium kanan dan atrium kiri turun, mengaktifkan reseptor tekanan rendah di
atrium dan dinding arteri paru, pembuluh darah besar dan ventrikel. Kehilangan volume
cairan intravaskuler yang lebih besar, penurunan aliran balik vena menyebabkan penurunan
curah jantung dan tekanan darah, mengaktifkan reseptor tekanan tinggi di arkus aorta dan
sinus karotis. Pada hipotensi berat (misalnya MAP ≤ 50 mmHg) akan mengaktifkan
kemoreseptor dari karotis dan badan aorta, dan pada MAP ≤ 40 mmHg, sistem respon
iskemik saraf pusat terjadi. Sinyal-sinyal ini dikirimkan ke pusat vasomotor di medula dan
pons, yang mengirimkan impuls eferen melalui saraf simpatis dan vagus untuk
meningkatkan denyut jantung, kontraktilitas miokard, arteriol dan vena perifer. Mekanisme
baroreseptor ini terjadi selama beberapa jam karena rangsangan yang mengarah ke proses
Referat Syok Hipovolemik Hal. 6
adaptasi, menyebabkan baroreseptor untuk mengatur ke nilai baru dalam waktu kurang dari
2 hari.
Respon parasimpatis biasanya menyebabkan penurunan nada vagal dan peningkatan
denyut jantung, meskipun respon vasovagal dapat terjadi pada 7% pasien hipovolemik dan
menyebabkan relatif (dan uncharacteristic) bradycardia.
Dalam hipotensi berat, tingkat sirkulasi adrenalin dapat ditingkatkan sampai dengan
1000 pg/mL (dari pelepasan katekolamin kelenjar) dan tingkat sirkulasi noradrenalin dapat
ditingkatkan sampai 2000 pg/mL (sebagian besar dari simpatik tumpahan celah sinaptik).
β- endorfin dilepaskan dari hipofisis anterior, mengurangi persepsi nyeri pasien, dan
mungkin memainkan peran dalam menyebabkan fase dekompensasi dengan penurunan
respon vasokonstriktor simpatik dan dilatasi vena langsung. Keluarnya β-endorphin
biasanya dimulai setelah seperempat dari volume darah (yaitu 1250 mL/70 kg) keluar.
Depresi pada kontraktilitas miokard tidak terjadi kecuali pasien memiliki pengurangan berat
dalam pengiriman oksigen koroner (yaitu adanya hipotensi mendalam atau anemia).
Perubahan awal dari hemodinamik tubuh ditunjukkan pada gambar 2.1
Referat Syok Hipovolemik Hal. 7
Gambar 2.1Perubahan awal hemodinamik tubuh pada syok hipovolemik
Referat Syok Hipovolemik Hal. 8
Respon intrinsik atau respon tipe intermediate
Respon intrinsik atau menengah terjadi dalam waktu beberapa jam. Tekanan kapiler yang
berkurang menyebabkan pergerakan cairan dari interstitium ke kompartemen vaskuler
dengan jumlah yang dapat melebihi 1 liter dalam 1 jam awal. Protein plasma (terutama
albumin) kemudian bergerak dari interstitium ke plasma dan pada orang dewasa, total 2 liter
cairan dapat berpindah dalam 24-48 jam dari interstitial ke intravaskuler untuk
menggantikan volume intravaskuler yang keluar. Volume darah juga dapat digantikan oleh
efek osmotik akibat peningkatan kadar glukosa darah selama syok, yang meningkatkan
kompartemen intravaskuler pada orang dewasa, kira-kira 17mL untuk setiap peningkatan
glukosa darah 1mmol/L.
Respon humoral atau respon tipe lambat
Sebuah respon humoral atau respon lambat akan terjadi dalam beberapa hari dengan hormon
antidiuretik, aldosteron dan renin, yang diaktifkan untuk meningkatkan retensi cairan oleh
ginjal dan meningkatkan volume intravaskuler.
2.5 Patofisiologi syok
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat
ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel
(tidak dapat pulih).6
1. Tahap kompensasi
Adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya. Tanda
atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi
Referat Syok Hipovolemik Hal. 9
ringan, tekanan darah normal, gelisah,dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala
pada tahap ini sulit untuk dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat
normal.
2. Tahap dekompensasi
Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang terjadi adalah
tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan mengurangi aliran darah ke
lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan
gejala yang dapat ditemukan diantaranya adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut
nadi, penurunan tekanan darah, kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.
3. Tahap ireversibel
Dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki. Tahap
ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin, maka aliran darah akan
mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.
Mekanisme pertahanan tubuh akan mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga
aliran ke organ-organ seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab
rusaknya hati maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan
organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.
Secara umum tubuh berespon terhadap syok hipovolemik melalui sistem hematologi,
kardiovaskular, renal, dan neuroendokrin. Sistem hematologi berespon dengan membentuk
tromboxan A2 sehingga terjadi aktivasi platelet dan membentuk clot jika terjadi perdarahan.
Pembuluh darah yang tersebut akan terbentuk kolagen dan menyebabkan deposit fibrin.
Dibutuhkan waktu kira-kira 24 jam sehingga terbentuk mature clot. Sistem kardiovaskuler
berespon dengan meningkatkan heart rate, meningkatkan kontraktilitas miokardium, dan
Referat Syok Hipovolemik Hal. 10
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat adanya peningkatan pelepasan
norepinefrin dan penurunan tonus vagal (diatur oleh baroresptor arcus aorta, atrium kiri, dan
pembuluh darah pulmoner). Sistem kardiovaskuler juga mengatur distribusi aliran darah ke organ
vital seperti otak dan jantung. Sistema renalis bersepon dengan meningkatkan sekresi renin dari
apparatus juxtaglomerular. Renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensi II oleh hepar. Angiotensin II memiliki efek vasokonstriksi otot polos
arteriol dan stimulasi sekresi aldosteron pada korteks adrenal sehingga terjadi reabsorbsi natrium.
Sistem neuroendokrin berespon dengan pelepasan antidiuretic hormone (ADH) yang dilepas
kelenjar hipofisis sebagai respon terjadinya penurunan konsentrasi natrium serta penurunan
tekanan darah. Di bawah ini merupakan gambar respon tubuh terhadap syok.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 11
Gambar 2.2 Respon Tubuh Terhadap Syok Hipovolemik
Referat Syok Hipovolemik Hal. 12
2.6 Gejala klinis
Sistem Kardiovaskuler (5)
a. Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena
perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah.
b. Nadi cepat dan halus
c. Hipotensi, karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg. Hal ini
kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai
terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
d. Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
Sistem Respirasi (5)
Pernapasan cepat dan dangkal.
Sistem Saraf Pusat (5)
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai
menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif
dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang
karena kesakitan.
Sistem Saluran Cerna(5)
Mual dan muntah.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 13
Sistem Saluran Kencing(5)
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60
ml/jam (1/5--1 ml/kg/jam). Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama
beberapa saat, dia akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya
turgor jaringan; (2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi
kering; serta (3) Bola mata cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan
oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik dengan
celah ion yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan
dengan kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia,
ketoasidosis diabetika (hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi
berat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada
insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal melakukan
metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis ditangguhkan sebelum
pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,0–7,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4%
selama satu jam. Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x
kelebihan basa.
Penilaian pasien dengan syok hipovolemik dapat dibagi atas 3 yakni ringan (mild)
dimana terjadi kehilangan <20% volume darah, sedang (moderate) terjadi kehilangan 20-
40% volume darah, dan berat yaitu kehilangan >40% volume darah. Pada syok
hipovolemik ringan dapat dijumpai akral dingin, diaforesis dan anxietas. Pada syok
hipovolemik sedang gejala sama dengan syok hipovolemik ringan namun dijumpai
Referat Syok Hipovolemik Hal. 14
takikardia, takipnea, oligoriua. Sedangkan pada syok hipovolemik berat dapat dijumpai
gangguan hemodinamik, hipotensi serta gangguan kesadaran.(3) Di bawah ini adalah tabel
yang menunjukkan perbedaan syok hipovolemik secara klinis.
Tabel 2.3 perbedaan syok hipovolemik secara klinis
Selain itu penilaian derajat syok hipovolemik berdasarkan adanya perdarahan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.4 Derajat syok hipovolemik akibat pedarahan
Referat Syok Hipovolemik Hal. 15
2.7 Diagnosis
Syok hipovolemik dapat didiagnosis dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik dan
adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau
berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah.
Setelah perdarahan maka biasanya hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai
terjadi gangguan kompensasi, atau terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di
awal tidak menjadi pegangan sebagai adanya perdarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan
hemokonsentrasi, kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal
ini semakin meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia. (3,4,5)
2.8 Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki
perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini
tidak bergantung pada penyebab syok. (5)
Pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way)
harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus
terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit
volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif
(syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan
intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung
atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 16
Hal lain yang dapat dilakukan dalam menghadapi syok: (5)
Posisi Tubuh
1. Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran
darah ke organ-organ vital.
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan
sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang
lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
membebaskan jalan napas.
3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak
sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring miring) untuk
memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan
nafas oleh muntahan atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan
bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak
ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
5. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki
ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah
menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
Pertahankan Respirasi (5)
1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 17
2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu
bag) atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit,
isi vena, produksi urin.
Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan Ringer laktat atau larutan
garam fisiologis secara cepat. Kecepatan pemberian dan jumlah aliran intravena yang diperlukan
bervariasi tergantung beratnya syok. Umumnya paling sedikit 1 – 2 liter larutan Ringer laktat
harus diberikan dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih cepat lagi apabila dibutuhkan. Jika
hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa
kehilangan darah sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung, harus dilakukan transfusi
darah pada pasien – pasien ini secepat mungkin, dan kecepatan serta jumlah yang diberikan
disesuaikan dengan respons dari parameter yang dipantau.
1) Darah yang belum dilakukan reaksi silang
2) Segera setelah hasil reaksi silang diperoleh, jenis golongan darah yang sesuai harus
diberikan.
3) Koagulopati dilusional dapat timbul pada pasien yang mendapat transfusi darah yang
masif. Darah yang disimpan tidak mengandung trombosit hidup dan faktor
pembekuan V dan VI. Satu unit plasma segar beku harus diberikan untuk setiap 5
Referat Syok Hipovolemik Hal. 18
unit whole blood yang diberikan. Hitung jumlah trombosit dan status koagulasi
harus dipantau terus-menerus pada pasien yang mendapat transfusi masif.
4) Hipotermia juga merupakan konsekuensi dari transfusi masif. Darah yang akan
diberikan harus dihangatkan dengan koil penghangat dan suhu tubuh pasien dipantau.
Pada kebanyakan kasus, vasopresor tidak boleh digunakan; tetapi vasopresor mungkin
bermanfaat pada beberapa keadaan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan sementara
untuk meningkatkan tekanan darah sampai didapatkannya cairan pengganti yang adekuat. Hal ini
terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau penyakit pembuluh
darah otak yang berat. Zat yang digunakan adalah norepinefrin 4-8 mg yang dilarutkan dalam
500 ml dektrosa 5% dalam air (D5W), yang bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek
yang minimal pada jantung. Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.
Cari dan Atasi Penyebab(5)
Perdarahan merupakan penyebab tersering dari syok pada pasien-pasien trauma, baik
oleh karena perdarahan yang terlihat maupun perdarahan yang tidak terlihat. Perdarahan yang
terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak lambung. Perdarahan yang tidak
terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa,
kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.
Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Pada luka
bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam
lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan banyak cairan
intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada
diabetes atau penggunaan diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang
Referat Syok Hipovolemik Hal. 19
berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau
peritonitis purulenta difus.
Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah
mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons tubuh terhadap perdarahan
bergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang,
tubuh akan selalu berusaha untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak)
dengan mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi perubahan-
perubahan hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem ADH, dan sistem saraf
simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan volume
intravaskuler, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan
dehidrasi interstitial.
Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah menormalkan
kembali volume intravaskuler dan interstitial. Bila defisit volume intravaskuler hanya dikoreksi
dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial, dengan akibat tanda-tanda
vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang kurang. Pengembalian volume plasma dan
interstitial ini hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran,
dsb) dan cairan garam seimbang. Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16. Infus
dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v.
jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah
dan mintakan darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus
dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pada pasien tua. Perhatian
harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 20
2.9 Komplikasi
Akhirnya, jika syok terus berlanjut, kerusakan organ akhir terjadi yang mencetuskan
sindroma distres respirasi dewasa, gagal ginjal akut, koagulasi intravaskuler diseminata, dan
gagal multiorgan yang menyebabkan kematian.3
Hipovolemia dianggap menimbulkan cedera vaskular alveolus akibat anoksia sel. DIC
terjadi akibat penggunaan PRC tanpa plasma dalam resusitasi selama syok perdarahan
hipovolemik akibat koagulopati dilusional. (3,4,5)
2.10 Prognosis
Syok hipovolemik selalu merupakan kondisi darurat dalam dunia medis. Namun, gejala-
gejala dan hasil dapat bervariasi tergantung pada(5)
Jumlah volume darah yang hilang
Tingkat kehilangan darah
Cedera yang menyebabkan kehilangan
Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru, dan
penyakit ginjal
Secara umum, pasien dengan derajat syok yang lebih ringan cenderung lebih baik
dibandingkan dengan syok yang lebih berat. Dalam kasus-kasus syok hipovolemik berat, dapat
menyebabkan kematian sehingga memerlukan perhatian medis segera. Orang tua yang
mengalami syok lebih cenderung memiliki hasil yang buruk.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Syok hipovolemik adalah kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan
cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Penyebab syok hipovolemik dapat
berasal dari kehilangan plasma dan sel darah akibat perdarahan ataupun akibat kehilangan
plasma darah sendiri tanpa disertai kehilangan sel darah. Pada syok hipovolemik, gejala klinis
yang muncul bergantung pada jumlah cairan tubuh yang hilang. Gejalanya meliputi takikardi,
hipotensi, penurunan jumlah urin, perubahan status mental dan takipnea. Syok hipovolemik
dapat didiagnosis dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik dan adanya sumber perdarahan.
Diagnosis akan sulit bila perdarahan tak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus
gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah. Penatalaksanaan syok
hipovolemik yaitu dengan mengembalikan volume cairan intravaskuler yang hilang, yang dapat
dilakukan dengan memberikan resusitasi cairan intravena baik kristaloid ataupun darah, sesuai
dengan penyebab dan derajat kehilangan volume cairan tubuh.
Referat Syok Hipovolemik Hal. 22
DAFTAR PUSTAKA
Referat Syok Hipovolemik Hal. 23