33
DASAR, HUKUM, DAN TUJUAN DAKWAH Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dakwah Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M. Ag. Disusun Oleh: Mita Lia Sofiana ( 131311115 ) Umi Dzunur Aini ( 131311125 ) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) WALISONGO Semarang 1

Revisi pid klmpk 5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Revisi pid klmpk 5

DASAR, HUKUM, DAN TUJUAN DAKWAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Dakwah

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Jauharotul Farida, M. Ag.

Disusun Oleh:

Mita Lia Sofiana ( 131311115 )

Umi Dzunur Aini ( 131311125 )

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) WALISONGO Semarang

2014

1

Page 2: Revisi pid klmpk 5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, berkembang pula kebudayaan, gaya hidup, maupun

kebiasaan yang menjadi rutinitas masyarakat modern. Dalam menanggapi berbagai

pengaruh kebudayaan yang masuk di dalam masyarakat, diperlukan suatu kegiatan

keagamaan sebagai sarana meningkatkan kualitas keagamaannya. Salah satu cara tersebut

adalah kegiatan berdakwah.

Dakwah sebagai aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dimana dakwah dapat

tersebar dan diterima oleh masyarakat. Sebaliknya tanpa adannya dakwah, Islam akan jauh

dari masyarakat dan selanjutnya bisa lenyap dari permukaan bumi. Keberadaan dakwah

dapat menata kehidupan agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan

bahagia. Karena pentingnya dakwah, maka perlu pula mempelajari secara mendalam

mengenai dasar, hukum, dan tujuan dakwah sebagai upaya memperkaya pengetahuan.

Pada dasarnya ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia

dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.

Berkaitan dengan kewajiban umat Islam untuk berdakwah yang secara kongkrit

telah terkodifikasi di dalam Alquran, sehingga hal ini berkolerasi dengan materi pada mata

kuliah Pengantar Ilmu Dakwah yang menawarkan pembahasan tentang dasar, hukum dan

tujuan dakwah. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul: Dasar, Hukum, Dan Tujuan

Dakwah. Penyusunan makalah ini diniatkan sebagai salah satu bahan yang dapat menjadi

tambahan literatur pengkajian ajaran Islam yang tertuang di dalam Alquran, agar dapat

memberikan sedikit cahaya keilmuan dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini ialah

sebagai berikut:

a. Apakah dasar dakwah?

b. Apakah hukum dakwah?

c. Apakah tujuan dakwah?

2

Page 3: Revisi pid klmpk 5

PEMBAHASAN

A. Dasar Dakwah

Dakwah sebagai aktivitas di dalam kehidupan seorang muslim, maka sudah barang

tentu aktivitas tersebut haruslah berlandaskan pada dasar-dasar ajaran agama Islam itu

sendiri. Adapun pokok landasan ajaran Islam pada dasarnya ialah Al-Qur’an dan al-Hadits.

Sedangkan pelaksanaan dakwah tersebut, juga menyangkut komuikasi antar sesama

manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula peraturan-peraturan

yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sehingga dengan demikian pelaksanaan

dakwah tidak banyak mengalami hambatan-hambatan.

Dalam membahas dasar dakwah, perlu dikemukakan adanya dua macam dasar,

yaitu:

a. Dasar keagamaan

Merupakan dasar yang melandasi dakwah sebagai akivitas keagamaan seorang

muslim, adapun dasar keagamaan dapat dibagi menjadi tiga: 1

1. Al-Qur’an

Terdapat banyak ayat yang secara implisit menunjukkan kewajiban

melaksanakan dakwah di dalam Al-Qur’an. Baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah di

samping menjadi pedoman pokok setiap aktivitas orang Muslim, khusus dalam

masalah aktivitas dakwah secara kongkrit telah dijelaskan pula. Seperti contoh

dalam Al-Qur’an disebutkan, antara lain:

a. Q.S An-Nahl ayat 125

ه�ي� �ي �ت �ل با ه�م �د�ل و�جا �ة� ن ح�س� ال م�وع�ظ�ة� و�ال م�ة� ح�ك ل �ا ب �ك� ب ر� �يل� ب س� �لى� إ ادع�

�د�ين� ( م�هت ل �ا ب �م� �عل أ و�ه�و� �ه� �يل ب س� ع�ن ض�ل+ �م�ن ب �م� �عل أ ه�و� �ك� ب ر� �ن� إ ن� �حس� ا

١٢٥(

Artinya:    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan bijaksana dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

1 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 126.

3

Page 4: Revisi pid klmpk 5

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.”

Kalimat �عyang اد dalam kaidah bahasa Arab merupakan bentuk kata

kerja perintah yang berarti ajaklah, menurut kaidah uşul fiqh setiap kalimat

perintah yang ada di dalam Alquran adalah perintah wajib yang harus dipatuhi

selama tidak ada dalil lain yang mengubah atau membuat perintah tersebut

menjadi sunnah atau ketetapan hukum yang lainnya.2

Sedangkan kalimat م�ة� ح�ك ل �ا menurut Datuk ب Tombak Alam berarti

kebijaksanaan, sehingga dakwah harus dilengkapi dengan beberapa hal sebagai

berikut:3

1. Retorika: mempelajari ilmu seni berbicara.

2. Didaktika: pembicaraan yang mengandung pelajaran.

3. Mensen-kennis: ilmu pengetahuan tentang manusia yang dihadapi.

4. Etika: tata tertib serta sopan santun dalam berdakwah.

5. Estetika: kata-kata yang indah dalam ajakan berdakwah.

6. Taktik: suatu taktik untuk memasukkan ide kepada orang lain.

Dalam melaksanakan pengabdian dalam bentuk dakwah kepada

masyarakat, diperlukan kemampuan untuk berkomunikasi atau dalam arti lain

diperlukannya metode tertentu yang tepat dalam berdakwah agar pesan yang

disampaikan dapat diterima oleh masyarakat selaku sasaran dalam berdakwah.

Surah an-Nahl ayat 125 tersebut, selain merupakan bentuk perintah yang

ditujukan kepada seluruh umat Islam untuk berdakwah, juga merupakan

tuntunan cara dalam melaksanakan aktivitas dakwah yang dapat relevan dengan

petunjuk yang terdapat di dalam Alquran. Jadi, selain memerintahkan kaum

muslimin untuk berdakwah, ayat di tersebut sekaligus memberi tuntunan

2 M. Toha Yahya Omar,  Islam dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2004), hlm. 71.

3Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.

4

Page 5: Revisi pid klmpk 5

bagaimana cara-cara pelaksanaannnya yakni dengan cara baik yang sesuai

petunjuk agama.

2. Q.S Ali Imran ayat 110:

�هل و�أ �م ك ف�س� �ن أ ق�وا �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �ا ة� `ي ار� ح�ج� و�ال �اس� الن و�ق�ود�ه�ا ا �ار+ ن �م �يك

ون� �ؤم�ر� ي م�ا �فع�ل�ون� و�ي ه�م م�ر�� أ م�ا �ه� الل �عص�ون� ي ال� Aد�اد ش� Aظ غ�ال� Aة� �ك ئ م�ال� ه�ا �ي ع�ل

Artinya:     “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi

mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah

orang-orang yang fasik.”

Al-Quran surah Ali Imrân ayat 110 merupakan penegasan bahwa umat

nabi Muhammad SAW merupakan umat terbaik dari umat sebelumnya, hal

tersebut karena umat nabi Muhammad memiliki 3 karakter yang sekaligus

menjadi tugas pokok, 3 karakter tersebut adalah:

1) Mengajak kepada kebaikan (Beramr ma’ruf).

2)  Mencegah kemunkaran (Bernahi munkar).

3) Beriman kepada Allah SWT sebagai pondasi utama untuk segalanya.

Dengan demikian manakala tiga ciri utama umat manusia di atas

ditinggalkan, maka lepaslah predikat Khairur Ummah (umat terbaik) dari umat

Islam. Sebaliknya, jika umat Islam memegang teguh dan mengamalkan ketiga

karakter atau ciri dan tugas utama di atas, maka umat Islam tetap berpredikat

Khairur Ummah.

Al-Quran surah Ali Imrân ayat 110 juga menjelaskan bahwa orang-orang

yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar akan selalu mendapatkan

keridhaan Allah, karena dapat diartikan bahwa mereka telah menyampaikan

ajaran Islam kepada manusia dan meluruskan perbuatan yang tidak benar

kepada akidah adan akhlaq Islamiyah.

Pada intinya berdakwah merupakan sebuah kewajiban yang diberikan

oleh Allah SWT, dan hal tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam agar

5

Page 6: Revisi pid klmpk 5

dapat mengembangkan ajaran-ajaran Islam sekaligus menjadi aktivitas wajib

yang mengajarkan rasa solidaritas terhadap sesama umat Islam dengan saling

mengingatkan dan berbagi kebaikan sebagai bentuk dari keindahan ajaran

agama Islam.4

3. Al-Hadits

Di samping ayat-ayat Al-Qur’an, banyak pula hadits mengenai dasar

berdakwah. Rasulullah sendiripun sebagai pembawa risalah dan hamba Allah

yang ditunjukkan sebagai utusan Allah telah bersabda kepada umatnya untuk

berusaha dalam bidang dakwah.

Sabda beliau yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, berbunyi:5

لم فأن نه فبلسا يستطع لم فإن بيده فليغيره منكرا منكم رئ من

( ) , مسلم رؤاه يمان األ اضعف وذالك فبقبه يستطع

Artinya: “Barang siapa melihat di antara kamu satu kemungkaran, maka

hendaklah mencegahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka

dengan lisannya, dan jika tidak bisa maka dengan hatinnya. Dan

demikian itu merupakan iman yang paking lemah.” (Riwayat Bukhari

Muslim).

Hadits ini menunjukkan bahwa perintah kepada umat Islam untuk

mengadakan da’wah sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bahkan

dalam hadits nabi lain juga dijelaskan:

أين ولو عنيه بلغوا

Artinya: “Sampaikanlah apa yang kamu terima dariku, walaupun hanya satu

ayat”. ( H.R. Bukhari )

4Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.

5 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 132-133.

6

Page 7: Revisi pid klmpk 5

Jadi, dari keterangan ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi tersebut telah

nampak jelas bahwa kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan

tugas setiap muslim dan muslimat diamanapun dan kapanpun ia berada.

4. Ijtihad

Ijtihad telah dijelaskan dalam satu riwayat, dimana Rasulullah SAW.

Pernah mengirim utusan ke Yaman untuk menyampaikan dakwah, dua oranng

sahabat yang dikirim untuk menetap di sana ( Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa

Al Asy’ari ) dan kepada keduanya Rasulullah memberi amanat sebagai berikut:6

“Mudahkanlah, jangan kamu persulit, berikanlah kabar gembira jangan

tebalkan permusuhan.” Kepada Mu’adz Rasulullah berpesan : “Di sana kau

akan menjumpai ahli-ahli kitab, kalau kamu datang kepada mereka ajaklah

mereka mengakui tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasulullah,

kalau mereka telah mengikutimu, ceritakanlah bahwa Allah mewajibkan

memberi sedekah ( zakat ) kepada mereka, diambil dari orang-orang kaya, dan

diberikan kepada orang-orang miskin, kalau mereka mematuhimu barulah

engkau boleh menerima kedermawanan mereka. Takutlah dua orang yang

teraniaya karena tidak ada dinding di antara mereka dengan Tuhannya.”

Kemudian Rasulullah bertanya kepada Mu’adz: “Bagaimana engkau

memutuskan suatu perkara?” kemudian Mu’adz menjawab: ”Saya putuskan

menurut ketentuan kitab Allah.” “Bagaimana kalau kamu tidak mendapatinya di

sana?”, tanya Rasulullah lagi. Mu’adz menjawab: “Saya putuskan menurut

sunnah Rasulullah”. Rasulullah bertanya lagi: “Kalau tidak engkau dapati di

sana?”. Mu’adz menjawab: “Saya mengambil pertimbangan sendiri, berijtihad

tanpa melepaskan kesungguhan dengan sekuat tenaga.” Maka Rasulullah

menepuk dadannya sambil bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah

menunjuki utusan dari utusan Allah”.

6 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 133-134.

7

Page 8: Revisi pid klmpk 5

Ijtihat dalam satu segi dapat disebut sebagai dasar hukum Islam, akan

tetapi dapat pula disebut sebagai sistem di dalam melahirkan huum. Kemudian,

di dalam hukum tersebut tidaklah bertentangan dengan dalil-dallil Al-Qur’an

dan As-Sunnah yang sudah jelas.

Ijtihad di dalam perkembangan berikutnya semakin mempunyai peranan

di dalam memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang baru di

dalam kehidupan masyarakat. Adapun cara yang dipergunakan oleh para ulama

yaitu melalui kemampuan ilmiyahnya berusaha sekuat tenaga dan pikirannya

mengadakan perbandingan-perbandingan atau analogi atau biasanya disebut

dengan Qiyas, dengan berdasarkan pada dalil-dalil yang ada.

Selain cara tersebut, ada pula dengan mengadakan kesepakatan di antara

para ulama (ijma), apakah kesepakatan itu secara langsung atau kesepakatan

tersebut tidak langsung. Dimana terdapat kesepakatan diantara sebagian besar

ulama tentang satu permasalahan. Atau melalui cara-cara yang lain biasa

dikenal di dalam Kitab-Kitab Ushul Fiqih. Sebagai contoh, misalnya ijtihad

para ulama tentang Dakwah bil Hal dalam alam pembangunan sekarang.7

Selanjutnya, terkadang ijtihad juga berbentuk pertimbangan antara

Maslahah dan Massadah suatu permasalahan yang dihadapi, atau juga

pertimbangan antara lebih baik mencegah muddarat yang akan terjadi dari pada

mengambil mashlahahnya terlebih dahulu. Dan banyak lagi cara para

Mujtahidin dalam mengistibat hukum dari sumber pokoknya, yang tidak lain

adalah Al-Qur’an dan As Sunnah.

b. Dasar kemasyarakatan atau kenegaraan

Landasan ini lebih mengarah kepada pelaksanaan dan teknis operasional

dakwah yang erat kaitannya dengan lingkungan di mana dakwah itu dilakukan.

Peranan dakwah di dalam kehidupan bangsa kita menduduki tempat yang sangat

penting di dalam rangka mewujudkan masyarakat pancasila, yakni masyarakat yang

sosialistis-religius. Pancasila adalah ideologi negara yang harus menjiwai dan

7Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 134.

8

Page 9: Revisi pid klmpk 5

mewarnai kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa kita. Pancasila

adalah pandangan hidup yang harus menjadi wujud kehidupan kita.8

Dalam rangka mewujudkan masyarakat sosialistis religius tersebut, dakwah

memegang peranan yang penting dalam membangun dan mengembangkan

kehidupan keagamaan di tanah air kita. Karena membangun dan mengembangkan

kehidupan keagamaan merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

membangun manusia seutuhnya.

Selain pancasila, GBHN, Keputusan Menteri Agama tentang Pedoman

Penyiaran Agama, terdapat pula landasan lain yakni Undang-Undang Dasar 1945

yang di dalam pasal 29 dinyatakan:

“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.”9

Landasan lain seperti peraturan perundang-undangan yang berlaku di atas,

maupun norma masyarakat baik tertulis maupun tidak, dapat dijadikan dasar atau

landasan selama peraturan, undang-undang, serta norma tersebut tidak bertentangan

dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Dengan demikian, prinsip-prinsip dakwah

dapat dilakukan dengan tekhnis dan pelaksanaan yang tepat, sedangkan sifat

dakwah yang jelas, tegas, lues, fleksibel, berangsur-angsur/berproses, dapat

dijabarkan dengan cermat dan baik.

B. Hukum Dakwah

Terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai hukum dakwah, di antaranya

sebagai berikut:

a. Menurut Asmuni Syukir, hukum dakwah adalah wajib bagi setiap muslim,

karena hukum Islam tidak mengharuskan umat Islam untuk selalu memperoleh

hasil yang maksimal. Akan tetapi usaha yang diharuskan maksimal sesuai dengan

8 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 135.

9 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 137.

9

Page 10: Revisi pid klmpk 5

kemampuan dan keahlian yang dimiliki, sedangkan berhasil atau tidak dakwah

merupakan urusan Allah, hal ini berlandaskan kepada firman Allah di dalam Al-

Qur’an surah at-Tahrîm (66) : 6, sebagai berikut:10

ه�ا �ي ع�ل ة� ار� ح�ج� و�ال �اس� الن و�ق�ود�ه�ا ا �ار+ ن �م �يك �هل و�أ �م ك ف�س� �ن أ ق�وا �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �ا ي

ون� �ؤم�ر� ي م�ا �فع�ل�ون� و�ي ه�م م�ر�� أ م�ا �ه� الل �عص�ون� ي ال� Aد�اد ش� Aظ غ�ال� Aة� �ك ئ م�ال�

Artinya:    “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”

b. Ibn Taimiyah menyatakan bahwa dakwah merupakan kewajiban secara kolektif

(fardhu kifayah), karena apabila sekelompok umat telah melaksanakan aktivitas

dakwah, maka kewajiban dakwah sudah terlepas bagi kelompok umat yang

lainnya. Ditambahkan oleh Muhammad Ghozali yang juga menyatakan bahwa umat

Islam harus saling membantu untuk tercapainya tujuan dakwah.11

Perbedaan pendapat mengenai hukum berdakwah disebabkan oleh perbedaan cara

pemahaman mereka terhadap dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits) di samping kondisi

sosial atau latar belakang yang berbeda beda baik pengalaman, pengetahuan, maupun

kemampuannya.

Akan tetapi secara ringkas dalam membahas hukum dakwah dapat dikemukakan

dua pendapat, yaitu:

1. Hukum dakwah adalah fardlu kifayah, maksudnnya dapat dilakukan oleh

sebagian orang saja atau sekelompok yang sudah dianggap memadahi.

Pendapatnya bersandar pada surah Ali Imron ayat 104:

10 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm. 27.

11 Rafiqi Mahdi, Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html , diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.

10

Page 11: Revisi pid klmpk 5

ع�ن� ه�ون� �ن و�ي وف� م�عر� �ال ب ون� م�ر� �أ و�ي ر� ي خ� ال �ل�ى إ �دع�ون� ي Aم�ة

� أ �م ك م�ن �ن �ك ت و�ل�ح�ون� م�فل ال ه�م� �ك� �Wئ �ول و�أ �ر� ك م�ن �ال

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang

munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)

Ulama yang mengatakan bahwa dakwah merupakan wajib kifayah,

memiliki penafsiran tersendiri dengan pendapat bahwa arti Min dalam surah

Ali Imron 104 adalah sebagian dari kamu; sebab di antara umat Islam itu ada

beberapa oranng yang tidak mampu melaksanakan amr makruf nahi munkar

karena berbagai sebab. Sebagian ulama lain menyatakan bahwa amr makruf

nahi munkar itu wajib bagi orang yang berilmu (ulama) dan penguasa (umara’).

Oleh karena itu, makna dari ayat di atas adalah hendaklah sebagian dari kamu

ada sekelompok orang yang beramr makruf nahi munkar.12

Mereka menetapkan persyaratan yang ketat bagi pelaku dakwah, baik

persyaratan yang bersifat keilmuan, kualitas moral, maupun spiritual. Menurut

mereka, orang yang tidak memiliki dan memenuhi persyaratan ini tidak

memiliki kewajiban untuk berdakwah. Dakwah menurut mereka menjadi tugas

orang-orang yang secara formal dinamakan ulama atau tokoh-tokoh agama (al-

‘ulama wa rijal al-din) seperti yang dijelaskan sebelumnya yang beramr

makruf nahi munkar, bukan masyarakat biasa atau orang awam.

Adapun pendukung pendapat pertama ini, dakwah juga menyangkut dan

terkait dengan soal penjelasan hukum-hukum agama, dan karenanyatidak

semua orang memiliki kapasitas maupun kapabilitas untuk melaksanakan

dakwah. Di sisi lain, agama melarang menyerahkan suatu urusan kepada yang

tidak berkompeten dan menyebutnnya sebagai perbuatan yang melanggar

amanah.

2. Hukum dakwah adalah fardlu ‘ain, maksudnya bahwa dakwah itu menjadi

kewajiban setiap individu muslim, menurut kadarnya masing-masing. Ia akan

diganjar bila melaksanakannya sebagaimana akan berdosa bila

12Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 44.

11

Page 12: Revisi pid klmpk 5

meninggalkannya. Pendapat ini berdasarkan berdasarkan beberapa firman

Allah dan hadits-hadits Nabi. Dakwah menjadi kewajiban personal, karena ia

merupakan tuntutan iman. Dimana bagi setiap orang yang mengaku beriman,

diharuskan mengekspresikan keimanannya, selain melalui amal saleh,

persaksian iman juga dapat diwujudkan dalam bentuk dakwah dengan saling

berpesan melalui kebajikan dan ketakwaan sesuai kapasitas masing-masing

Muslim.

Kedua pendapat di atas dapatlah dijadikan bahan perbandingan, mengapa di antara

keduanya yang dapat diterima, untuk kemudian dapat disesuaikan dengan tuntunan dakwah

itu sendiri semenjak awal perkembangannya hingga sekarang dan untuk mendatang.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa dakwah merupakan aktivitas setiap muslim, namun

di dalam pelaksanaannya kadang-kadang dilakukan secara formal oleh orang-orang

tertentu saja atau kelompok tertentu dengan memakai cara tertentu, misalnya pidato atau

ceramah ( secara lisan ) atau membuat karangan naskah yang membahas masalah tertentu (

secara tertulis ).

Kewajiban dakwah bagi seorang muslim dapat dilakukan menurut kemampuannya

dan menurut kadar pengertian yang dimilliki. Hal ini memiliki makna bagi seseorang yang

bisa berpidato atau ceramah maka dakwah disampaikan melalui pidato atau ceramah.

Sedangkan yang lain yang tidak bisa, dapat melalui cara lain yang bisa dilakukannya,

misalnya menulis atau juga memberikan contoh teladan tentang amal kebajikan dan

seterusnya ( dakwah bil amal atau bil hal ).

Dari beberapa pendapat tentang hukum dakwah yang telah diuraikan, maka dapat

disimpulkan berdakwah hukumnya wajib secara kolektif bagi yang mempunyai

kemampuan dalam berdakwah, dan dakwah wajib secara individu dalam menuntut ilmu

agar mempunyai kemampuan untuk berdakwah, karena tidak dapat secara menyeluruh

umat Islam hanya berdakwah disebabkan selain dakwah juga banyak aspek yang harus

dipenuhi oleh umat Islam. Selain itu, tidak dapat dikatakan bahwa dakwah hanya sekedar

untuk orang-orang tertentu, akan tetapi pada dasarnya kewajiban dakwah berada pada

bagian yang menjadi prioritas untuk umat Islam secara menyeluruh

12

Page 13: Revisi pid klmpk 5

Sebagai kesimpulan, hukum berdakwah adalah wajib bagi seluruh umat Islam yang

mampu melaksanakannya, dan wajib hukumnya untuk berusaha memperoleh kemampuan

untuk berdakwah, sehingga dalam berdakwah untuk mencapai keberhasilan juga

diharuskan untuk mempunyai strategi baik berupa metode atau model yang digunakan agar

dakwah dapat diterima oleh masyarakat.

C. Tujuan Dakwah

Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman

manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan

dalam waktu tertentu. Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam

jangka waktu tertentu.13

Dalam membahas tujuan dakwah terdapat bermacam-macam tujuan dakwah sesuai

dengan titik peninjauannya, di antaranya ialah:

1) Dasar tujuan dakwah

Tujuan dakwah sebetulnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni

transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau yang dalam

terminologi al-Qur’an disebutkan al-ikhraj min al-zulumat ila al-nur. Menurut pakar tafsir

Abu Zahrah, al-nur (cahaya) adalah simbol dari karakteristik asal kemanusiaan (fitrah).14

Disebut demikian, karena hidup manusia akan bersinar hanya jika ia secara natural

mengikuti karakter asal tersebut. Sebaliknya, al-zulm (kegelapan) adalah simbol yang

menunjuk kepada situasi penyimpangan manusia dari karakter asalnya.

Dakwah sebagai perpanjangan tangan dari keyakinan Islam, berkonsentrasi dalam

mengajak manusia untuk kembali berkomitmen kepada tauhid beserta semua implikasinya.

Melalui komitmen tauhid ini, manusia diajak untuk memilih pandangan hidup yang

natural, senatural pengaturan Tuhan terhadap alam ini dan bersama-sama dengan alam

tunduk dan pasrah kepada ketentuan-Nya (al-islam).

Dalam kerangka masyarakat yang egalitarian, orang diberi kebebasan untuk

menyampaikan kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya dan berekspresi. Dari sinilah

13 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 60.

14A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama, ( Jakarta: Kencana ), hlm. 58.

13

Page 14: Revisi pid klmpk 5

semua orang memiliki tanggung jawab moral atas masyarakatnya dan berpartisipasi

membangunnya dengan saling berwasiat kebenaran dan kesabaran.

Sementara dalam kerangka masyarakat yang dikuasai tirani, kebebasan beragama,

berpendapat, berkreasi dan hak-hak asasi manusia dibelenggu, baik dengan mengatas

namakan hukum (kekuasaan), maupun atas nama otoritas agama (ortodoksi). Masyarakat

dibawah iklim tirani ini adalah masyarakat yang statis, beku, dan jauh dari kedinamisan

perkembangan sejarah. Selain mewujudkan iklim masyarakat yang dinamis dan egalitarian,

dakwah juga bertujuan melakukan pembebasan sosial (liberasi) dari tekanan-tekanan tirani.

Inilah tugas dakwah Nabi Muhammad seperti yang dibicarakan dalam ayat berikut:

اة� �ور� الت ف�ي د�ه�م ن ع� +ا �وب ت م�ك �ه� �ج�د�ون ي �ذ�ي ال �م�ي� األ �ي� �ب الن س�ول� الر� �ع�ون� �ب �ت ي �ذ�ين� ال

�ات� �ب الط�ي �ه�م� ل �ح�ل8 و�ي �ر� ك م�ن ال ع�ن� ه�اه�م �ن و�ي وف� م�عر� �ال ب ه�م م�ر� �أ ي ج�يل� �ن و�اإل

ه�م �ي ع�ل �ت �ان ك �ي �ت ال ل� �غال� و�األ ه�م �صر� إ ه�م ع�ن �ض�ع� و�ي �ث� �ائ ب خ� ال ه�م� �ي ع�ل م� ��ح�ر و�ي

ه�م� �ك� �ئ �ول أ م�ع�ه� ز�ل� ن� أ �ذ�ي ال 8ور� الن �ع�وا �ب و�ات وه� �ص�ر� و�ن وه� ر� و�ع�ز� �ه� ب �وا آم�ن �ذ�ين� ف�ال

�ح�ون� م�فل ال

....yaitu mereka yang mengikuti seorang Nabi, Rasul, yang ummiy, yang menyuruh mereka

yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan melepaskan beban dan belenggu yang

telah mengikat mereka.... (QS. Al-A’raf/7: 157).15

Selanjutnya, tujuan dakwah juga untuk menumbuhkan perhatian, kesadaran,

penghayatan, dan pengenalan terhadap ajaran agama yang dibawa oleh para juru dakwah.

Selain itu, dakwah turut mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama, atau

menyadarkan manusia tentang perlunya bertauhid dan mau mengamalkan ajaran Islam,

serta berperilaku baik ( memiliki akhlaqul karimah ).16

2) Tujuan dakwah ditinjau dari aspeknya

15A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama, ( Jakarta: Kencana ), hlm. 59-62.

16 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i, ( Jakarta: Amzah ), hlm. 58-59.

14

Page 15: Revisi pid klmpk 5

Tujuan dakwah dapat pula dibagi menjadi tujuan yang berkaitan dengan materi dan

objek dakwah. Dilihat dari aspek tujuan objek dakwah ada empat tujuan yang meliputi:

tujuan perorangan, tujuan untuk keluarga, tujuan untuk masyarakat, dan tujuan manusia

sedunia. Sedangkan tujuan dakwah dilihat dari aspek materi, menurut Masyhur Amin

terdapat tiga tujuan yang meliputi :

a. Tujuan Akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia.

b. Tujuan Hukum, yakni aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia

yang mematuhi hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.

c. Tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan

berakhlakul karimah.

Dari keseluruhan tujuan dakwah dilihat dari aspek tujuan objek dakwah maupun

materi dakwah, maka dapat dirumuskan tujuan dakwah adalah untuk memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat.

3) Tujuan dakwah ditinjau dari berbagai segi

a. Tujuan dakwah ditinjau dari segi waktu

Ditinjau dari segi waktu, tujuan dakwah dapat dibagi menjadi:

1. Tujuan sementara: ialah tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu

tertentu, dan berpangkal kepada tujuan sementara itu

kemudian akan dicapai tujuan selanjutnya.

2. Tujuan akhir : ialah tujuan yang pokok atau utama dalam suatu usaha

atau tujuan tersebut sebagai titik akhir dalam satu usaha

(Ultimate Goal).

b. Tujuan dakwah ditinjau dari segi jaraknya

Ditinjau dari segi jaraknya, tujuan dakwah dapat terbagi menjadi:

1. Tujuan dekat : ialah tujuan yang harus dicapai dalam waktu dekat.

2. Tujuan jauh : ialah tujuan yang ingin dicapai dalam jarak jauh.17

4) Tujuan dakwah dalam Al-Qur’an

17 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah ), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm. 140.

15

Page 16: Revisi pid klmpk 5

Adapun tujuan dakwah dalam Al-Qur’an, beberapa di antaranya adalah:

a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan kembali hati yang mati. Allah

berfirman:

�م �يك ي �ح ي �م�ا ل �م د�ع�اك �ذ�ا إ س�ول� �لر� و�ل �ه� �ل ل �وا يب �ج� ت اس �وا آم�ن �ذ�ين� ال 8ه�ا ي� أ �م�وا ا و�اعل

ون� ر� �حش� ت ه� �ي �ل إ �ه� ن� و�أ �ه� ب و�ق�ل ء� م�ر ال ن� �ي ب �ح�ول� ي �ه� الل �ن� أ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan seruan Rasul

apabila Rasul menyeru kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu...”

(QS. Al Anfal: 24)

b. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.

�غف�ر� �ت ل �ه�م د�ع�وت �م�ا �ل ك �ي �ن و�إ

Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru kepada mereka (kepada iman)

agar Engkau mengampuni mereka... (QS Nuh:7)

c. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

ك�ر� �ن ي م�ن اب� �حز� األ و�م�ن� ك� �ي �ل إ ز�ل� ن� أ �م�ا ب ح�ون� �فر� ي �اب� ك�ت ال �اه�م� ن �ي �ت آ �ذ�ين� و�ال

ب� � م�آ ه� �ي �ل و�إ �دع�و أ ه� �ي �ل إ �ه� ب ر�ك� �ش أ و�ال� �ه� الل �د� �عب أ �ن أ ت� �م�ر أ �م�ا �ن إ ق�ل �عض�ه�  ب

Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka, bergembira dengan

kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan Yahudi

yang bersekutu ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: “Sesungguhnya

aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu

dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku

kembali.” (QS. Ar Ra’d: 36)

d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah belah

�ه� ب �ا ن و�ص�ي و�م�ا ك� �ي �ل إ �ا ن ي وح�� أ �ذ�ي و�ال �وح+ا ن �ه� ب Wو�ص�ى م�ا الد�ين� م�ن� �م �ك ل ع� ر� ش�

اه�يم� ر� �ب ع�ل�ى إ �ر� �ب اف�يه� ك �ف�ر�ق�و �ت ت و�ال� �ق�يم�واالد�ين� أ �ن Wو�ع�يس�ىW أ و�م�وس�ى

ه� �ي �ل إ �دع�وه�م ت م�ا ر�ك�ين� م�ش ال

16

Page 17: Revisi pid klmpk 5

Artinya: Dia telah mensyariatkan kepada kamu tentang agama yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan

apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu:

Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat

bagi orang-orang musyrik agama yang kau seru mereka kepadanya...” (QS. Asy

Syura: 13).18

Menjadi orang baik itu berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, kebodohan,

kemiskinan, dan keterbelakangan. Oleh karena itu, dakwah bukanlah kegiatan mencari dan

menambah pengikut, tetapi kegiatan mempertemukan fitrah manusia dengan Islam atau

menyadarkan manusia seperti yang termuat pada tujuan dakwah dalam Al-Qur’an itu

sendiri.

5) Tujuan dakwah menurut para ahli

Terdapat pula tujuan dakwah yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya

adalah Muhammad Natsir yang mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah:

1. Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik

persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat,

bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara.

2. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka

bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat

manusia.

3. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah

Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.19

Di lain pihak, menurut para ahli di antaranya yaitu Dr. Mawardi Bachtiar yang

berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur

serta mendapat ridhla Allah Swt. Sedangkan Prof. H.M. Arifin menjelaskan tujuan dakwah

untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama

yang disampaikan oleh pelaksana dakwah atau penerangan agama. Adapun menurut Prof.

18 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 62-63.

19 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta Timur: Prenada Media ), hlm. 64.

17

Page 18: Revisi pid klmpk 5

Toha Yahya Umar, M.A. menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menobatkan

benih hidayah dalam meluruskan itiqad, memperbanyak amal secara terus-menerus,

membersihkan jiwa dan menolak syubhat agama. Selanjutnya M. Syafaat Habib

mengemukakan tujuan dakwah adalah berupaya untuk melahirkan dan membentuk pribadi

atau masyarakat yang berakhlak atau bermoral Islam. Lebih jauh lagi Syekh Ali Mahfudz

berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mendorong manusia untuk menerapkan perintah

agama dan meninggalkan larangan-Nya supaya manusia mampu mewujudkan kehidupan

bahagia di dunia dan di akhirat . Sementara Didin Hafiduddin menegaskan tujuan dakwah

adalah untuk mengubah masyarakat sebagai sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih

baik dan lebih sejahtera lahiriah maupun bathiniah.

Dari sekian banyak atau bermacam-macam tujuan dakwah, tujuan tertinggi dari

usaha berdakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridlo Allah Swt. Hal ini

dapat diperoleh dengan menyadai arti hidup sebenarnya sehingga tujuan dakwah dapat

tercapai dengan maksimal. Baik dari tujuan dakwah, tujuan dakwah yang ditinjau dari

berbagai aspek, tujuan dakwah yang ditinjau dari berbagai segi, maupun tujuan dakwah

dalam Al-Qur’an itu sendiri.

18

Page 19: Revisi pid klmpk 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Dakwah sebagai suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi

manusia agar selalu berpegang teguh pada ajaran Allah, guna memperoleh

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha berdakwah tersebut adalah

sebuah kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat, sehingga dasar bedakwah

dapat dibagi menjadi dua, yakni dasar keagamaan ( meliputi: Al-Qur’an, Al-

Hadits, Ijtihad ) dan dasar kemasyarakatan atau kenegaraan.

b. Hukum dakwah dapat dikemukakan ke dalam dua pendapat. Dua pendapat

tersebut adalah hukum dakwah adalah fardlu kifayah dan hukum dakwah

adalah fardlu ‘ain, yang dari keduanya dapat dijadikan bahan perbandingan,

mengapa di antara keduanya yang dapat diterima, untuk kemudian dapat

disesuaikan dengan tuntunan dakwah itu sendiri semenjak awal

perkembangannya hingga sekarang dan untuk mendatang.

c. Terdapat bermacam-macam tujuan dakwah jika ditinjau dari berbagai segi

maupun aspek. Akan tetapi berdasarkan berbagai literatur, disebutkan bahwa

tema sentral dakwah adalah Islam. Maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

tujuan dakwah tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri, dengan menekankan

bahwa dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku

manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas iman

dan Islam seseorang. Jadi, tujuan tertinggi dari usaha berdakwah hanya semata-

mata mengharap dan mencari Ridlo Allah Swt.

19

Page 20: Revisi pid klmpk 5

B. Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat memenuhi tugas mata kuliah

Pengantar Ilmu Dakwah dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis juga berharap dengan

adanya makalah ini akan bisa menjadi bahan bacaan yang baik. Baik untuk mahasiswa

maupun kalangan akademika pada khususnya. Sebagai motivasi maupun inspirasi dalam

mengembangkan kreativitasnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentu tidak luput dari

kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu, kritik dan

saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

20

Page 21: Revisi pid klmpk 5

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabiry, Fathul Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.

Jakarta: Amzah.

Anshari, Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Pedoman untuk Mujtahid Dakwah).

Surabaya: Al-Ikhlas. 1993.

Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta Timur: Prenada Media.

Ismail, A. Ilyas. 2011. Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama. Jakarta: Kencana.

Omar, M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: Al-Mawardi Prima. 2004.

Sanwar, Amirudin.2009. Ilmu Dakwah Suatu Pengantar Studi. Semarang: Gunung Jati.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983.

Mahdi, Rafiqi. Ilmu Dakwah Dasar-Dasar Hukum Dakwah Islam, http://kumpulan-tulisan-

rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-islam.html ,

diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:00 WIB.

Anonim. Dasar Hukum dan Tujuan Dakwah. http://scholar.google.com/ scholar?

hl=en&q=dasar%2C+hukum%2C+dan+tujuan+dakwaah&btnG diakses pada tanggal 18

Maret 2013 pukul 22.15 WIB.

Al-Sumantri, Ismail Damanik. Dasar Hukum Dakwah. http://damanikblok.blogspot.com/

2011/10/dasar-hukum-dakwah.html diakses pada tanggal 2 Juni 2014 pukul 13:24 WIB.

21