Upload
januar-pardede
View
229
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
HERNIA
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Hernia Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan
yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana
ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003). Hernia inguinalis adalah hernia yang
melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar
rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
B. Klasifikasi
Menurut klasifikasinya hernia terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia
yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui
kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia
yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami
kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya
terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).
C. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B
Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
1. Kelemahan otot dinding abdomen biasanya disebabkan oleh:
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
c. Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdomen
a. Obesitas
b. Mengankat benda berat
c. Mengejan apabila konstipasi
d. Batuk kronik
e. Kehamilan
f. Hipertropi prostate
3. Faktor resiko: kelainan congenital
D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan
ganggren (Oswari, E. 2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis
tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering
menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen
(Nettina, 2001).
E. Penyimpangan KDM
F. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil
atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat
benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau
gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus.
2. Pemeriksaan endoskopi melihat defek.
3. Abdominal X rays – menampakkan keadaan abnormal dari tinggi gas dalam perut.
4. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, elektrolit) – mungkin menunjukkan
heokonsentrasi (peningkatan hematokrit), dehidrasi (peningkatan atau penurunan
sodium), dan peningkatan WBC (eritrosit).
H. Penatalaksanaan
Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun
prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
1. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai
waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
I. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya.
Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan penonjolan hernia (mekanik).
b. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur emergensi pada hernia
strangulasi dan inkarserata.
d. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan
nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
e. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya
hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
3. Intervensi
a. Memberi rasa nyaman.
- Pasang pembebat atau ikat pinggang pada pasien jika hernia bersifat
reduce (dapat kembali) jika dianjurkan.
- Posisi trendelenburg mungkin mengurangi tekanan pada hernia, jika
memungkinkan.
- Menekankan pada pasien untuk memakai pembebat di dalam pakaian dan
memasang sebelum bangun dari tempat tidur jika hernia bersifat reduce
(dapat kembali).
- Evaluasi tanda dan gejala hernia inkarserata atau strangulasi.
- Pasang NGT, jika diindikasikan, untuk menghilangkan penekanan pada
kantong hernia
b. Menghilangkan nyeri post operasi.
- Anjurkan pasien membelat daerah insisi dengan tangan atau bantal jika
batuk untuk mengurangi nyeri dan melindungi lokasi dari peningkatan
tekanan intraabdominal.
- Berikan analgetik sesuai anjuran
- Ajarkan tentang istirahat, pemberian es, dan elevasi skrotum sebagai
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi edema skrotum atau
pembengkakan setelah perbaikan dari hernia inguinal.
- Ajarkan ambulasi segera setelah diperbolehkan.
- Nasehati pasien bahwa kesukaran dalam berkemih setelah pembedahan
adalah hal yang umum terjadi; meningkatkan eliminasi untuk menghindari
rasa tidak nyaman dan memasang catheter jika diperlukan.
c. Pencegahan infeksi
- Periksa pembalut drain dan insisi adanya kemerahan dan pembengkakan.
- Monitor tanda dan gejala infeksi lain; demam, dingin, malaise dan keringat
berlebihan.
- Berikan antibiotik, jika diperlukan.
d. Pembelajaran pasien/memelihara kesehatan
- Nasehati bahwa nyeri dan pembengkakan skrotum mungkin timbul 24 –
48 jam setelah pembedahan pada hernia inguinal.
- Ajarkan untuk memonitor sendiri tanda-tanda infeksi : nyeri, perembesan
dari insisi, peningkatan suhu, juga kesukaran yang terus menerus dalam
buang air.
- Menginformasikan bahwa mengangkat beban harus dihindari selama 4 – 6
minggu. Atletik dan penggunaan tenaga yang berlebihan dihindari selama
8 sampai dengan 12 minggu post operasi, setiap pemberian istruksi.
4. Evaluasi
a. Hernia yang dapat dihilangkan secara efektif dengan pembebat atau ikat
pinggang; pasien merasa nyaman ; tidak ada gejala dan infeksi.
b. Kebutuhan analgesik minimal; tidak timbul edema, ambulasi.
c. Tidak demam, luka bersih dan kering.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,J,L (1999). ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), ” Medical Surgical Nursing “ , A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia
Doenges M.E. (1989) Rencana Asuhan Keperawatan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah , volume 4, Jakarta, EGC
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company
II. Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Nama : Tn ‘Ir’
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL/Umur : 21 thn
Status perkawinan : Belum nikah
Agama : Islam
Suku : Makassar
Pendidikan : D.III
Pekerjaan : Tidak ada
Sumber Informasi : Ibu
Alamat : Makassar
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Alamat : Makassar
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluhan Utama : Nyeri perut bawah
2. Riwayat Kesehatan utama : Nyeri disertai benjolan, dialami sejak ± 2 bulan yang
lalu, nyeri lebih hebat ketika beraktivitas dan berkurang pada saat istirahat, serta
benjolan membesar ketika beraktivitas dan hilang kalau beristirahat. Klien masuk
Rumah Sakit dengan keluhan benjolan makin besar dan terasa makin nyeri, tidak
mengalami perubahan meskipun sedang beristirahat.
3. Keluhan Saat Ini : Nyeri pada daerah Operasi
4. Riwayat Diagnosa Medis:
a. Hernia Inguinalis Lateral (HIL) Tanggal : 09 Juli 2011
b. Post Op HIL Tanggal : 12 Juli 2011
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genoogram
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Menikah
: Sudah Meninggal
: Klien
? : Umur tidak diketahui
Komentar :
1. Saudara perempuan ayah klien meninggal karena kecelakaan
2. Klien menderita penyakit Hernia Inguinalis Lateral
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : Klien pernah menderita penyakit thypoid pada umur 9 tahun
b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat : Pernah pada umur 9 tahun
2. Alergi : Klien tidak mengetahui riwayat alerginya
3. Kebiasaan:
53 t
27 t 21 t 16
41 t44 t52 t
11 t
18 t
38 t
49 t
?
Klien mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi, klien mengaku tidak pernah
mengkomsumsi obat-obatan.
4. Klien mengatakan tidak mengkomsumsi alcohol
5. Pola nutrisi:
a. Sebelum sakit
- Berat badan : 64 kg Tinggi badan 170 cm
- Jenis makanan: nasi, lauk pauk, sayuran, kadang disertai buah
- Makanan yang disukai: Nasi goreng, coto
- Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
- Makanan pantangan : Tidak ada
- Nafsu makan : Baik
- Perubahan berat badan 6 bulan terakhir: tidak diketahui
b. Perubahan setelah sakit:
- Jenis diet : Sesuai menu Rumah Sakit Nafsu makan : Tidak berubah
- Rasa mual : Ada Muntah : Tidak ada
- Intake cairan : Oral ± 2500 cc/hari , Parenteral 1500 cc/hr
- Porsi makan : Porsi yang disediakan dihabiskan
6. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
a) Buang Air Besar ( BAB )
Frekuensi 1 / hari
Penggunaan pencahar : Tidak pernah
Waktu : Malam hari
Konsistensi : normal, warna kuning
b) Buang Air Kecil
Frekuensi 4 – 5 x / hari
Waktu : Tidak menentu
Konsistensi : Warna kuning, bau amoniak
Volume : Tidak diketahuib. Perubahan setelah sakita) BAB : Klien mengatakan sakit pada saat BAB dan diperberat apabila mengedanb) BAK : Terpasang Kateter, 1500 cc/hari
7. Pola Tidur dan Istirahat
a. Sebelum Sakit :- Waktu tidur : Siang tidak menentu, Malam hari pukul 23 – 06 WITA- Lama tidur / hari : ± 10 jam / hari- Kebiasaan pengantar tidur : Nonton dll- Kebiasaan saat tidur : Tidak diketahui- Kesulitan dalam tidur : Tidak adab. Perubahan setelah sakit : Klien mengatakan suka terbangun, terutama pada saat nyeri
pada daerah bekas operasi.
8. Pola Aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit:
- Kegiatan dalam pekerjaan : Tidak dikaji
- Olah Raga : Klien senang sepak bola dan dilakukan 3 kali dalam seminggu
- Kegiatan diwaktu luang : Nonton, istirahat
b. Perubahan setelah sakit: Klien belum bisa beraktivitas berat dalam jangka waktu
yang relative lama.
9. Pola Pekerjaan:
a. Sebelum sakit
- Jenis pekerjaan : Tidak menetap
- Jumlah jam kerja : Tidak menetap
- Jadwal kerja : Tidak menetap
b. Perubahan setelah sakit: Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa
E. Riwayat Lingkungan
Tempat tinggal klien terletak di daerah yang berpenduduk padat, rumah klien tidak
mempunyai jarak, berdempet antara rumah yang satu dengan rumah yang lain, kebersihan
cukup terjaga meskipun timpat tinggal klien tidak bebas polusi.
F. Aspek Sosial
1. Pola Fikir dan Persepsi
a. Klien tidak menggunakan kacamata dan alat bantu dengar.
2. Persepsi sendiri
a. Hal yang difikirkan klien saat ini yaitu pekerjaan yang sudah 1 minggu
ditinggalkan
b. Harapan setelah perawatan : Klien ingin sembuh dan dapat kembali
beraktivitas
3. Suasana hati dan rentang perhatian tidak dikaji
4. Hubungan/komunikasi
a. Klien dapat berbicara normal
b. Tempat tinggal : Klien tinggal bersama orang tuanya
c. Kehidupan keluarga : Klien tidak tahu
d. Tidak ada kesulitan dalam hubungan dengan orang tua, sanak saudara
5. Kebiasaan dalam hubungan seksual : Tidak diketahui
6. Pertahanan Koping:
a. Pengambilan keputusan : Tidak dikaji
b. Yang disukai tentang diri sendiri : tidak dikaji
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Tidak dikaji
d. Yang dilakukan jika stress, marah-marah, dan keluar rumah
7. Sistem nilai dan kepercayaan
a. Sumber kekuatan : Tuhan
b. Bagi klien Tuhan, agama dan kepercayaan Penting
c. Kegiatan keagamaan klien yaitu Shalat
d. Kegiatan keagamaan di RS : Tidak ada
G. Pengkajian Fisisk
1. Kesadaran : Composmentis GCS E5M6V4
Keadaran Umum : Lemah
Tanda-tanda Vital : TD: 110/80 mmHg N: 112 x / Menit
P : 24 x / menit S: 370 C
2. Kepala:
Bentuk kepala normocephalik, Rambut dan kepala bersih, distribusi rambut
merata, tidak mudah tercabut, warna hitam, tidak ada luka dan edema.
3. Mata:
Ukuran pupil mengecil bila terkena cahaya, alis dan kelopak mata normal, sclera
kiri berwarna putih, konjunctiva tidak anemis, akomodasi tidak terkaji.
4. Hidung:
Reaksi alergi tidak ada, klien pernah mengalami flu yaitu 4 – 5 x / tahun, sinus
tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan di hidung.
5. Mulut dan tenggorokan:
- Gigi geligi tidak ada kelainan
- Gangguan bicara : Tida ada
- Tida ada kesulitan menelan
- Pemeriksaan gigi terakhir tidak diketahui
6. Dada dan paru-paru
- Suara nafas vesikuler, ronchi dan wheezing tidak ada
- Pola nafas regular – irregular
- Batuk tidak ada, sputum tidak ada, nyeri dada tidak ada
- Tidak sesak nafas
7. Jantung dan sirkulasi
- Nadi perifer teraba, SPO2 = 100 x / menit
- Capillary refilling : 2 – 3 detik
- Bunyi jantung tambahan tidak ada
- Irama jangtung : Ritmic
- Distensi vena jugularis : Tidak ada
- Tidak ada perubahan warna kulit, kuku, bibir dll
8. Abdomen
- Peristaltik usus normal 8 x / menit
- Tampak luka bekas operasi
- Nyeri tekan : Nyeri pada daerah luka
- Tidak teraba massa
- Tidak acites
9. Genetalia dan Anus
- Tidak ada kelainan
10. Ekstermitas
- Keadaan ekstremitas normal
- Simestris kiri kanan, ROM aktif
- Akral hangat, Edema: tidak ada, cyanosis: tidak ada
11. Tulang belakang
- Tidak ada lordosis, kifosis, skoliosis
12. Kulit
- tidak tampak kelainan
13. Status neurologis
- Tidak ada kelainan pada nervus I – XII
H. Data Diagnostik
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1
2
Darah rutin (Tgl 11 juli 2011)
- WBC
- RBC
- HGB
- HCT
- PLT
- PCT
- LED
Kimia Darah (Tgl 11 juli 2011)
- GDS
7,2 x 103/mm3
5,27 x 103/mm3
12,6 g/dl
35,0 L%
297 x 103/mm3
197 %
12
94 mg/dl
4,3 – 10,8 x 103/mm3
4,20 – 6,40 x 103/mm3
12,0 – 18,0 g/dl
37 – 52 L%
150 - 450 x 103/mm3
100 – 500 %
70 - 140 mg/dl
I. Terapy Medis
Nama Obat Dosis/Cara Pemberian Efek/Interaksi Obat
Tgl 12 Juli 2011
- Infus Rl
- Cefotaxim
- Ranitidin
- Ketorolac
- Antrain
20 tetes/menit
1 gr / 12 jam/iv
1 A/ 8 jam/iv
1 A/ 8 jam/iv
1 A / 8 jam
Tgl 14 Juli 2011
- Infus RL
- Ceftriaxone 1 gr
- Ketorolac 1 amp
16 tetes/menit
3 x 1 tab/hari/oral
Per 12 jam / iv
Per 8 jam/ iv
III. Identifikasi Data
A. Data Subyektif
1. Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
2. Klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
B. Data Obyektif
1. Ekspresi wajah meringis
2. Klien memegang daerah yang nyeri
3. Nyeri skala sedang
4. Perubahan jalan, berjalan dengan pincang
5. ADL dilakukan di tempat tidur
6. ADL dibantu perawat keluarga
C. Data Risisko Infeksi
1. Hipertemia
2. Terdapat luka bekas operasi
3. Luka nampak basah
IV. Analisa Data
No Data Masalah1 DS :
1. Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas
operasi
DO :
1. Ekspresi wajah meringis
2. Klien memegang daerah yang nyeri
3. Nyeri skala sedang
Nyeri Post Operasi
2
3
DS :
1. Klien mengeluh tidak mampu melakukan
aktivitas yang biasanya dilakukan
DO :
1. Perubahan jalan, berjalan dengan pincang
2. ADL dilakukan di tempat tidur
3. ADL dibantu perawat keluarga
1. Hipertemia
2. Terdapat luka bekas operasi
3. Luka nampak basah
Intoleransi Aktifitas
Risiko Infeksi
V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedan/terputusnya kontinuitas jaringaan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pada daerah bekas
operasi
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
VI. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN)
1 Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan
T : Nyeri hilang/berkurang dalam
waktu 2 x 24 jam setelah perawatan
K : - Nyeri hilang/berkurang
- Wajah tampak ceria
I : - Observasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital
- Kaji tingkat nyeri, lokasi,
lamanya serangan
- Anjurkan teknik relaksasi nafas
dalam
- Anjurkan klien untuk merubah
posisi setiap 2 jam
- Kolaborasi pemberian obat
analgetik sesuai indikasi
2 Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan nyeri yang dirasakan pada
daerah bekas operasi
T : Klien dapat melakukan aktivitas
sendiri dalam waktu 2 x 24 jam
setelah perawatan
K : - Klien mampu melakukan
aktivitas sendiri
I : - Catat respon emosi/perilaku
mobilitas. Berikan aktivitas yang
dapat ditoleransi.
- Anjurkan pasien untuk tetap ikut
berperan serta dalam aktivitas
sehari-hari dalam keterbatasan
individu.
- Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas
3 Risiko infeksi berhubungan dengan
tindakan pembedahan
T : Tidak terjadi infeksi pada area
bekas operasi dalam waktu 3 x 24
jam setelah perawatan
K : - Luka operasi kering
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
I : - Awasi tanda-tanda infeksi
- Anjurkan keluarga untuk
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
- Ganti balutan dengan teknik
septik/aseptik.
- Kolaborasi untuk pemberian obat
antibiotik
VII. Tindakan keperawatan & Evaluasi
NDX TINDAKAN EVALUASI
1
2
Mengobservasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital
Hasil : TD : 130/85 mmHg
P : 20 x / mnt
N : 86 x / mnt
S : 38° C
Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya
serangan
Hasil : Nyeri skala sedang, likasi pada daerah
post op, lama serangan ; hilang timbul sekitar
3-5 menit
Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien menarik nafas panjang dari
hidung, kemudian di keluarkan melalui mulut
Menganjurkan klien untuk merubah posisi
setiap 2 jam
Hasil : Klien merubah posisi balik ke kanan
Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik
sesuai indikasi
Hasil : Injeksi Ketorolac 1 amp/iv
Mencatat respon emosi/perilaku mobilitas.
Berikan aktivitas yang dapat ditoleransi.
Hasil : Klien tampak kesal saat tidak bisa ke
kamar mandi sendiri. Keluarga memberikan
pispot untuk memenuhi kebutuhan BAB klien
Menganjurkan klien untuk tetap ikut berperan
serta dalam aktivitas sehari-hari dalam
keterbatasan individu.
Hasil : Klien memakai sarung dan baju di
S : Klien mengatakan nyeri
agak berkurang
O : Ekspresi wajah tenang
Nyeri skala ringan
A : Nyeri terkontrol
P : Lanjutkan intervensi
1,3,4,5
S : Klien mengatakan masih
Belum bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri
O : Kebutuhan klien dibantu
Oleh keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2,3
3
bantu oleh keluarga
Membantu pasien dalam melakukan aktivitas
Hasil : Memberikan klien makan
Mengawasi tanda-tanda infeksi
Hasil : Tanda infeksi yang di dapatkan ; klien
demam
Menganjurkan keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
Hasil : Keluarga mengganti pakaian dab
sarung klien yang sudah basah
Mengganti balutan dengan teknik
septik/aseptic
Hasil : GV dengan menggunakan handscoend
Mengkolaborasikan untuk pemberian obat
antibiotic
Hasil : Injeksi Ceftriaxon 1 gr/iv
S : klien mengatakan sudah
Tidak demam
O : Luka Nampak kering
tidak ada tanda
peradangan
A : Infeksi tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi