Upload
vunhi
View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Definisi
Komunikasi massa secara sederhana dipaparkan sebagai pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, dkk.,
2012:3). Jay Black dan Frederick Whitney (Nurudin, 2007:12), mengungkapkan
bahwa, komunikasi massa sebagai sebuah proses dimana pesan-pesan yang
diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan
yang luas, anonim, dan heterogen.
"Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers." Definisi lain komunikasi massa dikemukakan oleh Devito (Nurudin, 2007:11-
12), ke dalam 2 (dua) hal. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang
ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Khalayak tidak
berarti seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau menonton televisi.
Khalayak juga tidak berarti besar dan sulit didefinisikan. Kedua, komunikasi massa
adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual.
Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya, yaitu televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.
Freidson (Ardianto, dkk., 2012:4), menggambarkan khalayak dengan istilah
sejumlah populasi, dimana populasi mengarah pada perwakilan dari berbagai lapisan
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, sebuah pesan tidak hanya ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Isitilah populasi juga
8
menunjukkan ciri keserempakan dalam komunikasi massa, dimana sebuah
pesan dapat mencapai semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat pada
waktu yang sama.
Massa dalam komunikasi massa berbeda dengan massa secara umum. Massa
dalam komunikasi massa memiliki makna penerima pesan yang berkaitan dengan
media massa, yaitu audiens, penonton, pemirsa, atau pembaca. Sementara massa
secara umum bermakna kumpulan individu yang berada di situasi lokasi tertentu.
2.1.2 Fungsi
Fungsi komunikasi massa memiliki berbagai penjabaran oleh para ahli. Salah
satunya adalah oleh Dominick (Ardianto, dkk., 2012:15-17), yang membagi fungsi
komunikasi massa kedalam 4 hal, yaitu:
a) Fungsi pengawasan (surveillance)
Fungsi pengawasan merujuk pada pengumpulan dan distribusi informasi
mengenai kejadian yang sedang berlangsung. Fungsi pengawasan dibagi kedalam
2 (dua) bagian. Pertama, pengawasan peringatan, dimana media massa memberi
informasi mengenai situasi yang mengancam, atau kondisi yang memprihatinkan.
Kedua, pengawasan instrumen, dimana media massa menyampaikan informasi
yang memiliki kegunaan, atau dapat membantu masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Fungsi penafsiran (interpretation)
Fungsi penafsiran menjabarkan peran media dalam memberikan penafsiran
terhadap informasi yang ditayangkan. Media tidak hanya menyampaikan
informasi, tetapi juga menyertakan sudut pandangnya terhadap berita yang
ditayangkan. Melalui penafsiran tersebut, media mengajak audiensnya utnuk
9
memperluas wawasan dan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai berita
yang ditayangkan.
c) Fungsi pertalian (linkage)
Fungsi pertalian menunjukkan kemampuan media untuk menyatukan anggota
masyarakat yang beragam, berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu. Kemampuan itu dilakukan melalui informasi yang ditayangkan.
Anggota masyarakat yang tersebar di berbagai tempat menaruh perhatian pada
informasi yang sama saat berita itu ditayangkan, sehingga secara tidak langsung
mereka terhubung melalui media. Kesamaan kepentingan terhadap informasi
yang disampaikan tersebut, dapat mendorong masing-masing anggota masyarakat
untuk melakukan sebuah tindakan sebagai dampak dari penerimaan informasi.
d) Fungsi penyebaran nilai-nilai (transmission of values)
Fungsi penyebaran nilai-nilai disebut juga sebagai sosialisasi (socialization),
yang mengacu pada cara individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
Media massa menyampaikan informasi atau tayangan yang dianggap sebagai
gambaran perilaku sosial pada umumnya, dan kemudian ditonton oleh
masyarakat. Gambaran perilaku yang ditayangkan oleh media tersebut kemudian
dipelajari dan ditiru oleh masyarakat yang menyaksikan atau mendengar.
e) Fungsi hiburan (entertainment)
Fungsi hiburan dari komunikasi massa bertujuan untuk mengurangi ketegangan
pikiran pada diri masyarakat melalui tayangan hiburan atau berita-berita ringan.
Berdasarkan fungsi ini, stasiun radio dan televisi menempatkan program hiburan
dalam porsi yang cukup besar dalam waktu tayangnya. Walaupun demikian,
terdapat pula beberapa stasiun radio dan televisi yang mengutamakan program
siaran berita dalam waktu tayangnya.
10
2.1.3 Elemen
Elemen-elemen pada komunikasi massa secara umum juga berlaku pada
elemen-elemen pada komunikasi massa. Perbedaannya terletak pada pesan dalam
jumlah banyak yang sampai pada penerima secara serentak maupun secara individu.
(Nurudin, 2009:95) Proses komunikasi secara sederhana digambarkan dengan
komunikator mengirim pesan melalui saluran tertentu kepada komunikan.
Berdasarkan proses tersebut, elemen-elemen pada komunikasi massa dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Komunikator
Komunikator pada komunikasi massa berbeda dengan komunikator pada
umumnya. Komunikator pada komunikasi massa merupakan kumpulan orang
yang bekerja sama, dan merupakan gabungan dari berbagai individu dalam
sebuah lembaga media massa. Pada media elektronik, komunikator dapat
meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan
sebuah acara televisi. Sedangkan pada media cetak, komunikator meliputi
reporter, copyeditor, fotografer, dan pihak-pihak lain yang ikut menentukan
proses penyiaran.
2. Codes and Content
Codes adalah sistim simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikasi, yang dapat berupa kata-kata lisan, tulisan, foto, musik dan film
(moving pictures). Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah
pesan. Codes dan content dalam komunikasi massa berinteraksi, sehingga codes
dari masing-masing jenis media dapat memodifikasi persepsi khalayak atas
pesan, walalupun content-nya sama. Misalnya, codes pada media cetak berupa
tulisan atau huruf-huruf, codes pada radio berupa musik, efek suara dan bunyi-
11
bunyi lain, dan codes pada televisi berupa komposisi warna, gambar bergerak,
teknik pencahayaan dan tata suara.
3. Gatekeeper
Gatekeeper atau yang sering juga disebut sebagai penjaga gawang, berfungsi
untuk memberikan penilaian akan penting atau tidaknya suatu informasi untuk
ditayangkan. Gatekeeper menjaga agar media yang bersangkutan tidak
menurunkan informasi yang melanggar peraturan penyiaran, menyinggung
reputasi seseorang, tidak akurat, dan lain-lain. Setiap media massa memiliki
gatekeeper. Namun, gatekeeper bukan bagian dari struktur jabatan, karena
gatekeeper adalah sebuah pelaksana fungsi. Contoh gatekeeper adalah Penerbit,
Editor, Produser, Quality Control (QC), dan lain-lain.
4. Regulator
Regulator memiliki peran yang hampir sama dengan gatekeeper. Perbedaannya,
regulator menjalankan perannya di luar institusi media. Regulator bisa
menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, namun tidak dapat
menambah atau memulai informasi. Regulator menjalankan perannya dalam
bentuk seperti sensor. Di Indonesia, regulator adalah pemerintah dengan
perangkat undang-undang, khalayak penonton, pembaca, pendengar, asosiasi
profesi, Lembaga Sensor Film, Dewan Pers yang mengatur media cetak, dan
Komite Penyiaran Indonesia (KPI) yang mengatur media elektronik.
5. Media
Media pada komunikasi massa terbagi dalam media cetak dan media elektronik.
Media cetak terdiri dari surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik
terdiri dari radio siaran, televisi dan media online (internet).
12
6. Audiens
Marshall Mc Luhan (Ardianto, dkk., 2012:15-17), menjabarkan audiens sebagai
sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Audiens
dalam komunikasi massa memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Audiens terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama
dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama.
b. Audiens berjumlah besar
c. Audiens bersifat heterogen, dimana individu-individu di dalam audiens
mewakili berbagai kategori sosial.
d. Audiens bersifat anonim
e. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.
7. Filter
Filter atau saringan dalam komunikasi massa berupa perbedaan budaya yang
seringkali menjadi hambatan dalam proses komunikasi. Filter menjadi saringan
bagi seseorang dalam menyerap informasi. Pengindraan manusia yang berfungsi
sebagai filter komunikasi dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu budaya, tatanan
psikologi dan kondisi fisik.
8. Feedback (Umpan Balik)
Feedback merupakan penanda kelengkapan suatu proses komunikasi, dengan
diterimanya respon atau tanggapan oleh komunikator terhadap pesan yang
disampaikan. Feedback dalam komunikasi massa dapat disampaikan audiens
secara langsung melalui sirat pembaca, telepon kepada redaktur dari media
massa. Feedback juga dapat berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada
komunikator.
13
2.1.4 Model
Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
Severin dan Tankard (Mulyana, 2008:132), menyatakan bahwa model membantu
merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Eratnya hubungan antara model
dengan teori membuat keduanya sering dicampuradukkan. Model mengimplikasikan
penilaian atas relevansi dan fenomena yang diteorikan. Sehingga, unsur-unsur yang
dimasukkan dalam teori pun harus dipilah. Sereno dan Mortensen menjabarkan
model komunikasi sebagai deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk
terjadinya komunikasi. Model komunikasi merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri
penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata
(Mulyana, 2008:132). Komunikasi memiliki beragam model yang dibuat dengan
pengaruh latar belakang keilmuan para pembuat model, paradigma yang digunakan,
kondisi teknologis dan zaman pada masa pembuat model tersebut.
Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menggunakan
model komunikasi milik Bruce Westley dan Malcolm MacLean, yang dirumuskan
pada tahun 1957. Model ini mencakup komunikasi antar pribadi dan komunikasi
massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses
komunikasi. Model ini dipengaruhi oleh model, Newcomb, Lasswell dan model
Shannon dan Weaver. Penambahan terdapat pada jumlah peristiwa, gagasan, objek
dan orang yang tidak terbatas (dari X1 hingga Xoo), yang menjadi "objek orientasi",
penempatan peran C di antara A dan B, dan menyediakan umpan balik.
14
Gambar 2.1 Model komunikasi Westley dan Mac Lean
(Sumber: Mulyana, 2008:158)
Model Westley dan MacLean terdiri dari 5 unsur, yaitu: objek orientasi,
pesan, sumber, penerima, dan umpan balik. Sumber (A) menyoroti suatu objek atau
peristiwa dalam lingkungannya (X) dan menciptakan pesan mengenai hal itu (X')
yang dikirimkan kepada penerima (B). Penerima mengirimkan umpan balik (fBA)
mengenai pesan kepada sumber.
Unsur lain yang ditambahkan pada model ini adalah C yang berkedudukan
sebagai "penjaga gerbang" (gatekeeper) atau pemimpin pendapat (opinion leader)
yang menerima pesan (X') dari sumber media massa (A) atau menyoroti objek
orientasi (X3, X4) dalam lingkungannya. Melalui informasi yang ia dapatkan,
penjaga gerbang kemudian menciptakan pesannya sendiri (X") yang ia kirimkan
kepada penerima (B). Sehingga, terbentuklah sebuah sistim penyaringan, karena
informasi yang diterima tidak langsung dari sumbernya, melainkan dari orang yang
memilih informasi dari berbagai sumber. Umpan balik dalam komunikasi massa
dapat mengalir dengan tiga arah, yaitu dari penerima ke penjaga gerbang, dari
penerima ke sumber media massa, dan dari pemimpin pendapat ke sumber media
massa.
fBA
15
2.2 Media Massa
2.2.1 Jenis
1. Surat kabar
Surat kabar merupakan bagian dari media cetak dan memiliki fungsi yang terbagi
dalam fungsi utama dan fungsi sekunder. Fungsi utama surat kabar adalah
(Ardianto, dkk., 2012:104):
a. To inform, yaitu memberi informasi secara objektif kepada pembaca
mengenai peristiwa yang terjadi di dalam suatu komunitas, negara, dan dunia.
b. To comment, yaitu memberi komentar terhadap berita yang disampaikan dan
mengembangkan ke dalam fokus berita.
c. To provide, yaitu menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang
membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.
Fungsi sekunder surat kabar adalah:
a. Wadah kampanye proyek bersifat kemasyarakatan yang sangat diperlukan
untuk membantu kondisi tertentu.
b. Memberi hiburan kepada pembaca dengan menyajikan cerita komik, kartun
dan cerita-cerita khusus.
c. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan
memperjuangkan hak.
Surat kabar dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Berdasarkan kategori
ruang lingkup, surat kabar terbagi ke dalam surat kabar lokal, regional dan
nasional. Berdasarkan kategori bentuk, surat kabar terbagi ke dalam surat kabar
biasa dan tabloid. Berdasarkan bahasa yang digunakan, surat kabar terbagi ke
dalam surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah.
16
2. Majalah
Majalah terbagi ke dalam 5 kategori utama, yaitu: general consumer magazine
(majalah konsumen umum), business publication (majalah bisnis), literacy views
and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah), newsletter (majalah
khusus terbitan berkala), public relations magazines (majalah humas). Secara
singkat, fungsi utama majalah adalah fungsi informasi. Namun, seiring dengan
target pembaca yang sangat tersegmentasi, majalah memiliki fungsi tersendiri
sesuai dengan segmentasi target pembacanya, mulai dari fungsi pendidikan,
informasi hingga hiburan.
3. Radio
Radio merupakan media elektronik tertua dan telah beradaptasi seiring perubahan
yang terjadi, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan
melengkapi dengan media lainnya. Radio memiliki keunggulan dibandingkan
dengan media massa lainnya. Antara lain, dapat didengarkan dimana saja, dan
kekuatan yang paling menonjol adalah dapat memunculkan theatre of mind.
Radio menjalankan fungsi yang beragam, mulai dari fungsi informasi, edukasi,
persuasi, juga hiburan.
4. Televisi
Televisi merupakan media elektronik yang paling mempengaruhi kehidupan
masyarakat, karena orang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
menonton televisi. Televisi memiliki fungsi yang sama dengan media massa
lainnya, yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Namun,
fungsi hiburan televisi merupakan fungsi yang paling menonjol. Keunggulan
17
televisi terletak pada kemampuannya untuk menyajikan audio dan visual secara
sekaligus, sehingga menambah daya tarik sekaligus memperkuat informasi.
2.3 Televisi
2.3.1 Program Siaran Televisi
Program siaran televisi merupakan bentuk informasi yang ditayangkan oleh
televisi. Produksi program siaran televisi dapat dilakukan melalui dua hal. Pertama,
dengan melakukan in-house production atau produksi dilakukan oleh stasiun televisi
itu sendiri. Kedua, dengan menayangkan program yang diproduksi oleh sebuah
production house. Pada cara kedua, televisi akan membeli program yang ditawarkan
oleh production house tersebut.
Saat ini, stasiun televisi di Indonesia lebih banyak menayangkan program
yang diproduksi oleh production house. Hal ini menimbulkan kerancuan antara
fungsi televisi sebagai broadcasting company atau production company.
2.3.2 Jenis Program Siaran Televisi
Program siaran televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya. Pertama, program informasi (berita). Program informasi
terbagi ke dalam dua jenis, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft
news). Berita keras (hard news) merupakan laporan berita terkini dan harus segera
disiarkan. Berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini.
Kedua, program hiburan (entertainment). Program hiburan (entertainment) terbagi ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show) dan
pertunjukan. (Morissan, 2008:218, 235)
18
Gambar 2.2
Jenis Program Televisi
(Sumber: Morissan, 2008:218)
Program TV
Informasi
Hiburan
Soft news (current affair, magazines, talk show, documentary)
Musik Drama (sinetron, film, cartoon)
Permainan
Pertunjukan (sulap, lawak, tarian, dll)
Quiz
Ketangkasan Reality Show
Hidden Camera
Competition Show Relationship Show Fly on the wall
Mistik
Hard news (straight news, features, infotainment)
19
2.4 Program Informasi
2.4.1 Program Informasi
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk
memebrikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Informasi
sebagai daya tarik program ini menjadi materi yang "dijual" kepada audiens.
Sehingga, program informasi bukan sekedar pembacaan berita oleh presenter atau
penyiar, akan tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk talk show
(perbincangan). Program informasi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu berita
keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
1. Berita keras (hard news)
Berita keras (hard news) adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang
harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera
ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audiens secepatnya. Sebuah program
berita keras terdiri dari beberapa berita keras, atau dapat pula dikatakan, bahwa,
sebuah program berita merupakan kumpulan dari berita keras. Berita keras dibagi
ke dalam beberapa bentuk berita, yaitu straight news, features dan infotainment.
a. Straight news. Straight news berarti berita "langsung" (straight), dimana
berita yang disajikan adalah suatu berita singkat yang mencakup unsur 5W +
1H (who, what, where, when, why, dan how). Jenis berita ini sangat terikat
dengan waktu (deadline), agar unsur aktualitas dari berita dapat tetap
dipertahankan.
b. Features. Features dapat dikatakan sebagai berita ringan namun menarik.
Pengertian "menarik" pada features berkaitan dengan berita ringan namun
menarik. Pada dasarnya, berita jenis ini dapat dikatakan sebagai soft news
karena tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan. Namun, karena
20
durasinya yang singkat (kurang dari 5 menit), dan posisinya yang menjadi
bagian dari suatu program berita, maka feature tergolong ke dalam kategori
hard news. Sebuah berita feature yang terkait dengan suatu peristiwa penting,
terikat dengan waktu, dan harus segera disiarkan dalam suatu program berita,
disebut dengan news feature. News feature merupakan sisi lain dari suatu
berita straight news yang biasanya lebih menekankan pada sisi human
interest dari suatu berita.
c. Infotainment. Kata "infotainment" berasal dari kata infotainment yang berarti
informasi dan entertainment yang berarti hiburan. Akan tetapi, infotainment
bukan berita hiburan atau berita yang memberikan hiburan. Infotainment
adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang
yang dikenal masyarakat (celebrity). Keberadaan sebagain besar dari orang-
orang tersebut dalam industri hiburan, membuat berita mengenai mereka
disebut dengan infotainment. Penggolongannya ke dalam berita keras
berkaitan dengan adanya unsur informasi dalam berita tersebut yang harus
segera ditayangkan.
2. Berita lunak (soft news)
Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik,
yang disampaikan secara mendalam (in-depth) namun tidak memiliki unsur
kesegeraan. Berita dalam kategori ini ditayangkan pada suatu program tersendiri
di luar program berita. Berita lunak dibagi ke dalam beberapa bentuk berita, yaitu
current affair, magazine, dokumenter dan talk show.
a. Current affair. Current affair adalah program yang menyajikan informasi
yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya, namun
dibuat secara lengkap dan mendalam. Dalam hal penayangan, current affair
21
cukup terikat dengan waktu, namun tidak seketat hard news. Batasan waktu
penayangan pada current affair adalah selama isu yang dibahas masih
mendapat perhatian khalayak.
b. Magazine. Magazine adalah program yang menampilkan infromasi ringan
namun mendalam, dan memiliki penekanan pada aspek menarik pada suatu
informasi dibandingkan aspek pentingnya. Dengan kata lain, magazine adalah
feature dengan durasi yang lebih panjang. Magazine ditayangkan pada
program tersendiri yang terpisah dari program berita.
c. Dokumenter. Dokumenter adalah program informasi yang ditujukan untuk
pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Gaya atau
cara penyajian dokumenter sangat beragam dalam hal teknik pengambilan
gambar, editing, dan penceritaan. Sebuah program dokumenter terkadang
dibuat seperti film, sehingga sering pula disebut dengan film dokumenter.
d. Talk Show. Program talk show atau perbincangan adalah program yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas sebuah topik
tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Narasumber dalam
program talk show adalah orang-orang yang berpengalaman langsung
denganperistiwa atau topik yang diperbincangkan, atau ahli dalam masalah
yang tengah dibahas.
2.5 Gatekeeper & Proses Gatekeeping
Gatekeeper diibaratkan sebagai seorang penjaga gawang dalam dunia media
massa. Ia menjadi pihak yang menentukan kesesuaian dari sebuah informasi sebelum
disajikan kepada masyarakat. Dengan demikian, gatekeeper ikut menentukan arus
informasi yang disebarkan. Bittner (Nurudin, 2007:125) mendefinisikan gatekeeper
22
sebagai individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam
sebuah saluran komunikasi (massa). Ia juga menyatakan fungsi seorang gatekeeper
ke dalam 4 (empat) hal.
1. Menyiarkan informasi
2. Membatasi informasi dengan mengeditnya sebelum disebarkan
3. Memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain
4. Menginterpretasikan informasi
Gatekeeping, merupakan proses yang dijalani oleh seorang gatekeeper, yaitu
proses menentukan kelayakan berita tertentu untuk melewati medium berita menuju
saluran berita. Gatekeeping merujuk pada kekuatan untuk memberikan atau
membatasi akses terhadap berbagai suara yang berbeda di masyarakat dan seringkali
menjadi tempat konflik. Proses gatekeeping melibatkan beragam tindakan pemilihan
yang berurutan berdasarkan periode produksi berita, dan seringkali melibatkan
kelompok pembuat keputusan. Rujukan pada proses gatekeeping tidak hanya dibuat
terhadap aspek konten, tetapi juga pada jenis khalayak yang diharapkan dan
permasalahan biaya (McQuail, 2010:309).
Gatekeeper menjalankan peran dalam menghapus, memodifikasi dan
menambah pesan sebelum disebarkan. Sehingga, tantangan pada proses gatekeeping
terletak pada batasannya sebagai tindakan jurnalistik yang otonomi, bukan pada
tekanan ekonomi di tingkatan organisasi berita maupun tekanan politik dari luar. Di
sisi lain, gatekeeper juga menjadi sebuah kekuatan kreatif dalam sebuah media
massa. Seleksi berita yang dilakukan oleh seorang gatekeeper harus dapat menarik
perhatian para target audiens untuk menyimak berita yang disajikan. Sehingga,
seorang gatekeeper dituntut untuk mampu menggunakan kreatifitasnya dalam
23
menyelaraskan konsep penayangan berita dengan perilaku audiens dalam
mengkonsumsi berita.
Proses gatekeeping di setiap media dipengaruhi oleh budaya atau rutinitas
yang berlangsung di setiap organisasi media. Sehingga, proses gatekeeping dapat
dilakukan dengan standarisasi yang berbeda-beda. Meskipun demikian, para
gatekeeper cenderung memiliki persepsi yang sama mengenai hal-hal yang menjadi
ketertarikan audiens dan sesuai dengan aturan sosial budaya. Gatekeeper secara tidak
langsung telah menentukan nilai-nilai berita atau news value dalam proses pemilihan
berita. Galtung dan Ruge (McQuail, 2010:310), menjabarkan 3 (tiga) nilai berita
yang mempengaruhi pemilihan berita.
1. Organisasi (organizational). Faktor organisasi merujuk pada situasi dimana suatu
berita harus terorganisir dan terdapat bias terhadap peristiwa dan berita yang
sesuai dengan waktu dan susunan pemilihan dan proses transmisi ulang. Hal ini
mendukung peristiwa yang terjadi di dekat fasilitas peliputan dengan
ketersediaan narasumber yang terpercaya.
2. Keterkaitan aliran (genre-related). Faktor keterkaitan aliran meliputi perisitiwa
yang sesuai dengan ekspektasi audiens dan dapat dengan segera digantikan
dengan istilah yang mudah diinterpretasikan.
3. Sosial budaya (socio-cultural). Faktor sosial budaya mempengaruhi dasar proses
pemilihan berita asing yang terfokus pada individu dan melibatkan ketertarikan
dalam kaum elit dan peristiwa negatif, kekerasan dan dramatis.
24
Devito (Nurudin, 2007:128) menjabarkan konsep proses gatekeeping yang
sebagai berikut:
Gambar 2.3 Konsep Proses Gatekeeping Devito
(Sumber: Nurudin,2007:128)
Pesan (M1, M2, M3) diterima oleh gatekeeper dari berbagai sumber (S1, S2,
S3). Gatekeeper kemudian menjalankan fungsinya dalam menyeleksi berbagai pesan
tersebut sebelum dikomunikasikan. Sehingga, pesan tersebut hadir dalam bentuk
pesan yang terseleksi (MA, MB, MC) dan disampaikan pada penerima yang berbeda-
beda (R1, R2, R3), dimana sebuah pesan hanya dapat diterima oleh penerima pesan
tertentu. Pada akhirnya, pesan yang diterima oleh gatekeeper tidak sama dengan
pesan yang disampaikan pada penerima pesan.
2.6 Teori Pengaruh Isi Media/Hierarchy of Influence
Teori pengaruh isi media atau hierarchy of influence yang dikembangkan
oleh Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese memperhitungkan beberapa dorongan
yang menimpa media secara berkala dan memperlihatkan bagaimana pengaruh pada
suatu tingkat dapat berinteraksi dengan pengaruh di tingkat lain (Reese, 2007:30).
S1 M MA R1
S2 M MB R2
S3 M MC R3
Gatekeeper
25
Penelitian pada isi media mulai dilakukan pada tahun 1970-an, yang dilatar
belakangi oleh pemberitaan media massa yang dinilai bias. Masyarakat
mempertanyakan objektivitas dan nilai dari berita yang disampaikan. Namun,
penelitian pada isi media dinilai memberi jawaban yang kurang memuaskan.
Sehingga, di tahun 1980-an, orientasi penelitian beralih pada organisasi media. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa isi media sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal yang dialami oleh organisasi media. Cara media bekerja sangat
berdampak pada pengaruh isi pesan media kepada masyarakat. Mc Quail (Morissan,
2011:242) memberi pernyataan terkait hal tersebut:
"Only by knowing how the media themselves operate can we understand how society influences the media and vice versa." (Hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja, maka kita dapat memahami bagaimana masyarakat memengaruhi media atau sebaliknya) Penelitian terhadap media massa dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
dan pada teori ini menggunakan pendekatan media-centric. Penelitian media-centric
dilakukan dengan mempelajari proses internal media, dan menekankan pada
pengaruh organisasi terhadap isi media atau konten yang dihasilkannya. Media-
centric berpandangan, bahwa, isi media secara sistematis dan jelas dipengaruhi oleh
rutinitas atau kebiasaan organisasi, tindakan, dan tujuan dari berbagai faktor personal
atau ideologi (Morissan, 2011:243). Shoemaker dan Reese mengemukakan 5 (lima)
tingkatan yang dapat mempengaruhi isi media, yaitu individual (individu), routines
(rutinitas), organizational (organisasi), extramedia (institusi) dan ideological/socio-
cultural (ideologi/sosial budaya). Kelima lapisan tersebut menunjukkan, bahwa,
pengaruh pada isi media dapat terjadi pada tingkatan yang paling kecil hingga
tingkatan yang paling besar (Reese, 2007:30).
26
Teori pengaruh isi media menyusun berbagai sudut pandang terhadap
pembentukan konten/isi media, salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Gans
dan Gitlin (Reese, 2007:34-35).
1. Konten dipengaruhi oleh sosialisasi dan sikap dari pekerja media. Hal ini
merupakan pendekatan yang berpusat pada komunikasi dan menekankan pada
faktor psikologis pada berbagai aspek terhadap pekerjaan tiap individu, yaitu
profesional, personal dan politik.
2. Konten dipengaruhi oleh organisasi dan rutinitas media. Pendekatan ini
mengargumentasikan, bahwa, konten timbul secara langsung dari sifat
pengaturan kerja di dalam organisasi media. Keterlibatan tiap individu dalam
rutinitas organisasi membentuk sebuah struktur, demikian pula dengan tindakan
yang menghambat.
3. Konten dipengaruhi oleh institusi sosial dan dorongan lain. Pendekatan ini
menemukan beberapa faktor eksternal yang memberikan pengaruh paling besar
terhadap organisasi media dan komunikator, yaitu, dorongan ekonomi, politik
dan budaya.
4. Konten menjadi fungsi ideologis dan menjaga kedudukan (status quo) dari
ideologi tersebut. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan hegemoni,
dimana pengaruh terbesar pada konten media diposisikan sebagai tekanan untuk
mendukung status quo dan kepentingan dari pihak-pihak yang memiliki kuasa
atau kekuatan di masyarakat.
27
Kelima tingkatan pada teori pengaruh isi media tersebut memiliki peranannya
masing-masing (Prihandini, 2008:7-14).
1. Individual (individu)
Pada level individu, terdapat 3 faktor intrinsik pada pekerja media yang dapat
mempengaruhi isi dari media tersebut. Pertama, karakteristik, kepribadian dan
latar belakang pekerja. Kedua, pertimbangan sikap, nilai dan keyakinan pekerja.
Ketiga, orientasi dan peran konsep profesi yang disosialisasikan kepada para
pekerja. Cara kerja ketiga faktor intrinsik tersebut digambarkan pada bagan
berikut:
Gambar 2.4 Cara Kerja Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi
Media
(Sumber: Shoemaker dalam Prihandini, 2008:8)
Karakteristik, latar belakang dan pengalaman individu komunikator
Pengalaman dan latar belakang profesi komunikator
Sikap, nilai dan keyakinan dalam profesi komunikator
Peranan dan etika profesi komunikator
Wewenang komunikator dalam organisasi
Efek dari karakteristik, latar belakang personal, pengalaman, sikap, nilai,
keyakinan, peranan, etika dan wewenang komunikator dalam isi
media massa.
28
2. Routines (rutinitas)
Pengaruh rutinitas organisasi dalam isi media didasarkan pada pemikiran Karl
Manheim, seorang sosiolog Jerman. Ia menyatakan, bahwa, tiap individu tidak
berpikir dengan sendirinya. Seseorang hanya berpartisipasi dalam pemikiran
lebih jauh dari apa yang telah dipikirkan oleh orang lain sebelumnya. Mereka
berbicara dalam bahasa kelompoknya, serta berpikir dengan cara pikir
kelompoknya. Demikian pula halnya dengan yang terjadi pada rutinitas pada
organisasi media massa. Rutinitas telah menciptakan pola sedemikian rupa yang
harus diulang oleh para pekerjanya. Rutinitas juga menciptakan sistem dalam
media, sehingga media bekerja dengan cara yang dapat diprediksi dan tidak
mudah untuk dikacaukan. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa fakor
yang mempengaruhi rutinitas media, yaitu, media organization/organisasi media
itu sendiri (producer), source/sumber (suppliers), dan audience/target khalayak
(consumers) (Shoemaker dalam Prihandini 2008:10).
Gambar 2.5 Hubungan 3 (tiga) sumber yang mempengaruhi rutinitas media
(Sumber: Shoemaker dalam Prihandini, 2008:11)
Media Organization Producer
Source Suppliers
Audience Consumers
Routines
Process of Production of Symbolic Content
29
3. Organizational (organisasi)
Turow (Prihandini, 2008:11), mendefinisikan organisasi media sebagai entitas
sosial, formal atau ekonomi yang mempekerjakan pekerja media dalam usaha
utnuk memproduksi isi media. Organisasi tersebut memiliki ikatan yang jelas dan
dapat diketahui dengan mudah status keanggotaannya. Tujuan yang jelas dalam
organisasi tersebut menciptakan hubungan saling ketergantungan antar bagian
dan struktur yang birokratis. Setiap anggota memiliki spesialisasi fungsi yang
jelas dan peran yang terstandarisasi. Bagan struktur organisasi pada sebuah
organisasi media massa membantu menjelaskan hal-hal penting, seperti peran
organisasi, proses pembentukan struktur organisasi, kebijakan dalam organisasi
dan pengimplementasiannya, serta bagaimana kebijakan tersebut dijalankan.
Tingkatan posisi dalam organisasi media terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian.
Pertama, pekerja garda depan yang terdiri dari penulis, reporter, staf kreatif, yang
memiliki peran untuk mengumpulkan dan mengemas bahan mentah. Kedua,
tingkat menengah yang terdiri dari manajer, editor, produser dan lain-lain, yang
memiliki peran dalam koordinasi proses dan menjembatani komunikasi antara
posisi atas dan bawah dalam organisasi. Ketiga, posisi tingkat atas dalam
perusahaan yang memiliki peran dalam membuat kebijakan organisasi,
pembuatan anggaran, pengambilan keputusan penting, melindungi perusahaan
dari kepentingan politik dan komersial, dan melindungi para pekerja dari tekanan
luar.
4. Extramedia (institusi)
Tingkatan extramedia berkaitan dengan faktor di luar organisasi media, di
antaranya, sumber informasi berita, sumber pendapatan (pemasang iklan,
30
audiens), institusi sosial lain seperti organisasi bisnis dan pemerintah, lingkungan
ekonomi dan teknologi.
5. Ideological (ideologi)
Tingkatan ideologi adalah level paling besar dalam model hierarki pengaruh isi
media. Ideologi adalah seperangkat kerangka pikir yang menentukan cara
pandang terhadap dunia dan bagaimana harus bertindak. Samuel Becker
(Prihandini, 2008:13), menyatakan bahwa ideologi menentukan cara
mempersepsikan dunia, baik dalam lingkup pribadi juga dalam ligkup orang lain.
Teori pengaruh isi media memberikan sudut pandang yang lebih luas dan
berimbang terkait faktor-faktor pengaruh isi media. Teori ini membantu masyarakat
maupun pihak lain dalam menilai berita yang dikeluarkan oleh suatu media.
Pemberitaan suatu media tidak lagi dipandang sebatas pada pemilik media atau
pihak-pihak pemegang kekuasaan di dalam maupun di luar media.
2.7 Agenda-Setting
Teori agenda-setting secara singkat menggambarkan situasi dimana sebuah
media tidak dapat meminta khalayak untuk memikirkan suatu hal, namun media
dapat mengarahkan khalayak untuk memiliki opini tertentu terhadap suatu hal.
Agenda setting merupakan sebuah hipotesis yang menyarankan bahwa isi suatu
media mempengaruhi persepsi publik terhadap isu-isu penting (Severin & Tankar,
2010:229). Kurt dan Engel Lang (Severin & Tankar, 2010:222), menggambarkan
agenda setting sebagai upaya media massa dalam memaksakan perhatian kepada isu-
isu tertentu. Media massa membangun citra publik terhadap figur politik. Mereka
(media massa) secara konstan menampilkan objek-objek dan menyarankan apa yang
31
harus dipikirkan, diketahui dan dirasakan oleh individu-individu di dalam suatu
massa.
"The mass media force attention to certain issus. They build up public images of political figures. They are constantly presenting objects suggesting what individuals in the mass should think about, know about, have feelings about."
Media massa mengarahkan perhatian khalayak kepada gagasan atau peristiwa
tertentu melalui pemberitaan. Media massa seolah memiliki kekuatan untuk
menunjukkan kepada khalayak mengenai apa yang penting dan tidak. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Wanta dan Wu (Severin & Tankar, 2010:230),
memberikan suatu analisa bahwa semakin banyak terpaan yang didapatkan oleh
individu terhadap berita di media, semakin tinggi kepedulian individu tersebut
terhadap isu yang diterima. Agenda yang diberitakan oleh media massa akan menjadi
agenda pembicaraan di khalayak, sehingga semakin sering suatu peristiwa
diberitakan oleh media massa, semakin sering peristiwa tersebut dibicarakan di
masyarakat dan akan semakin dilhat penting. Media mengarahkan khalayak untuk
memusatkan perhatian pada subjek tertentu yang diberitakan media, sehingga media
menentukan agenda khalayak.
Agenda setting melibatkan pertimbangan pada keterkaitan 3 (tiga) agenda,
yaitu agenda media (media agenda), agenda khalayak (public agenda), dan agenda
kebijakan (policy agenda). Agenda media adalah sekumpulan topik yang ditujukan
oleh sumber media. Agenda khalayak adalah kumpulan topik yang diyakini penting
oleh anggota khalayak. Agenda kebijakan mewakili isu-isu yang diyakini oleh
pembuat kebijakan menonjol secara khusus. Sebuah pemberitaan media dapat
memiliki kepentingan bagi ketiga agenda, namun dapat pula hanya memiliki
kepentingan bagi beberapa dari ketiga agenda tersebut.
32
Gambar 2.6 Pandangan lingkup luas dari proses Agenda Setting
(Sumber: Rogers & Dearing dalam Miller, 2008:271)
Mannheim (Nurudin, 2007:198-199) secara lebih jauh menjelaskan
beberapa dimensi yang terdapat dalam ketiga agenda tersebut.
1. Agenda media, yang terdiri dari dimensi-dimensi berikut
a. Visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b. Audience salience (tingkat menonjol berita bagi khalayak), yakni relevansi isi
berita dengan kebutuhan khalayak.
c. Valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2. Agenda khalayak, yang terdiri dari dimensi-dimensi berikut
a. Familiarity (keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik
tertentu.
b. Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu
dengan ciri pribadi.
c. Favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang
akan topik berita.
Pengalaman pribadi dan komunikasi interpersonal antara kaum elit dan individu lainnya.
Pengalaman pribadi dan komunikasi interpersonal antara kaum elit dan individu lainnya.
Gatekeeper, media berpengaruh, dan peristiwa luar biasa.
Agendamedia
Agenda khalayak
Agenda kebijakan
33
3. Agenda kebijakan, yang terdiri dari dimensi-dimensi berikut
a. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita
tertentu.
b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah
melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin
dilakukan pemerintah.
Penentuan isi pemberitaan di dalam agenda setting dapat ditentukan oleh
beberapa pihak, baik dari dalam organisasi media maupun dari luar organisasi media.
Intermedia agenda setting, adalah situasi ketika konten pada suatu media dapat
menentukan agenda bagi media lain (media cetak bagi media televisi dan
sebaliknya). Early recognizers, adalah sekelompok orang yang menyadari suatu isu
dalam tahap perkembangan awalnya. Mereka dapat berupa pekerja media profesional
yang memiliki tugas mengawasi dan mencoba masuk ke dalam jaringan sosial dan
organisasi.
2.8 Kerangka Berpikir
Program berita Indonesia Now mendapatkan berita dari berbagai sumber.
Meskipun demikian, tidak semua materi berita yang ada pada sumber berita
ditayangkan pada program berita Indonesia Now. Hal ini dikarenakan target
penonton utama program berita Indonesia Now yang merupakan audiens
internasional. Melalui berita yang ditayangkan, Indonesia Now ingin menunjukkan
Indonesia dan kawasan seputar Asia kepada masyarakat internasional yang
merupakan target audiens utama program berita Indonesia Now. Berdasarkan hal
tersebut, kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
34
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir
Indo Biz
APTN
Reuters
Program siaran reg uler Metro
Gatekeeper
VO
Market Review
Asia Watch
Spotlight
Pop Life
Destination
Calendar
Feedback
Kicker
Open source internet
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Indonesia Fact (Graph 1)
Indonesia Fact (Graph 2)
Hasil liputan