18
III-1 BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses. Hal ini berarti perencanaan diperlukan tahapan-tahapan pengerjaan tertentu. Dalam penyusunan tahapan setidaknya melakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari kegiatan yang akan dilakukan. 2. Menentukan sasaran Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. 4. Memilih alternatif Memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan, kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak. 5. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan. 3.2 TAHAP PERENCANAAN Tahapan awal dari perencanaan suatu proyek adalah melakukan survei lapangan. Beberapa hal yang disurvei antara lain kondisi tanah dan kondisi

BAB III TINJAUAN PERENCANAAN.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • III-1

    BAB III

    PERENCANAAN PROYEK

    3.1 TINJAUAN UMUM

    Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan

    dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.

    Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber

    daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997).

    Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses.

    Hal ini berarti perencanaan diperlukan tahapan-tahapan pengerjaan tertentu. Dalam

    penyusunan tahapan setidaknya melakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :

    1. Menentukan tujuan

    Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari

    kegiatan yang akan dilakukan.

    2. Menentukan sasaran

    Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan

    suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    3. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan

    Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan

    kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang

    hendak dicapai.

    4. Memilih alternatif

    Memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak

    dilakukan, kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang

    dipilih tidak merugikan kelak.

    5. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan

    Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat

    dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.

    3.2 TAHAP PERENCANAAN

    Tahapan awal dari perencanaan suatu proyek adalah melakukan survei

    lapangan. Beberapa hal yang disurvei antara lain kondisi tanah dan kondisi

  • III-2

    lingkungan sekitar proyek. Survei kondisi tanah dilakukan dengan mengambil

    sampel tanah hingga kedalaman tertentu untuk kemudian dilakukan pengujian di

    laboratorium. Selanjutnya dilakukan tahap perencanaan arsitektur dan struktur

    sesuai dengan hasil studi kelayakan lapangan.

    Perencanaan proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI terdiri

    dari empat macam perencanaan, yaitu : struktur, arsitektur, elektrikal dan

    mekanikal. Keempat perencanaan di atas harus saling berkaitan dimana tidak ada

    salah satu perencanaan yang mengorbankan perencanaan lainnya sehingga

    didapatkan bangunan yang sempurna. Berikut ini adalah tahapan perencanaan

    pembangunan proyek :

    1. Tahap pra rancangan

    Tahapan ini terdiri dari gambar sketsa yang merupakan outline dari

    bangunan. Selain itu, dilengkapi dengan perkiraan biaya proyek.

    2. Tahap rancangan

    Tahapan ini merupakan kelanjutan dari gambar pada tahap pra rancangan

    dan gambar dasar tetapi dengan skala yang lebih besar.

    3. Pembuatan gambar detail

    Tahapan ini merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci

    pekerjaan konstruksi. Hal ini digunakan sebagai dasar pelaksanaan dan juga

    sebagai dokumen lelang.

    4. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat

    Tahapan ini merupakan tahapan dimana gambar rencana dan detail

    disatukan dalam suatu konsep Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang berisi

    tentang persyaratan teknis dan administratif pelaksanaan pekerjaan. RKS ini

    mencakup semua aspek, antara lain material, peralatan, tenaga kerja,

    maupun mutu dari pekerjaan. Selanjutnya konsep ini dimasukkan dalam

    dokumen pelelangan dan kontrak pelaksana pekerjaan.

    5. Perhitungan anggaran biaya

    Tahapan ini merupakan perhitungan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk

    kegiatan pelaksanaan pekerjaan, termasuk material, alat, upah, dan biaya

    lainnya.

  • III-3

    6. Pembuatan Penjadwalan

    Tahapan ini merupakan tahapan dibuat penjadwalan proyek mulai dari awal

    hingga selesainya proyek. Penjadwalan ini diwujudkan dalam sebuah kurva

    yang disebut kurva S. kurva S menggambarkan progress pekerjaan yang

    direncanakan sesuai dengan bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaannya.

    3.3 TINJAUAN PERENCANAAN ARSITEKTUR

    Perencanaan arsitektur berkaitan dengan upaya menciptakan bangunan yang

    memiliki nilai estetika tinggi, nyaman dan mendukung fungsi bangunan.

    Perencanaan arsitektur dilakukan sebelum melakukan perencanaan struktur. Hal ini

    bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tata ruang dan tata letak yang

    nantinya berpengaruh terhadap perencanaan struktur.

    Gedung Mahkamah Agung RI ini direncanakan sebagai gedung kantor

    dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang memiliki fungsi kantor yang di

    dalamnya terdiri dari beberapa bagian kantor. Akses antara bagian-bagiannya harus

    mudah untuk memudahkan mobilitas antara bagian-bagian dalam berkoordinasi.

    Selain itu sebagai gedung pengadilan tertinggi di Indonesia, gedung Mahkamah

    Agung RI harus menyediakan pula ruangan yang berfungsi sebagai ruang sidang.

    Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan dalam perencanaan arsitektur

    antara lain :

    Kegunaan dan Fungsi Bangunan

    Bangunan harus dirancang sesuai fungsi bangunan tersebut agar dapat

    mendukung segala kegiatan yang direncanakan.

    Keamanan dan Kenyamanan

    Bangunan harus dirancang agar dapat memberikan keamanan dan

    kenyamanan. Keduanya harus saling mendukung dan tidak mengorbankan

    salah satu diantara keduanya. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik

    menjadi hal penting dalam memberi kenyamanan pengguna.

    Keindahan dan Kekuatan Struktur

    Keindahan bangunan menjadi hal utama yang menjadikan bangunan

    tersebut bagus atau tidaknya. Keindahan bangunan juga akan memberikan

  • III-4

    kepuasan pengguna dalam beraktifitas. Namun keindahan harus dibangun

    dengan struktur yang kuat dan tahan lama.

    Pertimbangan Nilai Ekonomis Bangunan

    Perencanaan arsitektur diawali dengan membuat beberapa alternatif gambar

    dari rencana gedung yang akan dibangun. Melihat sisi nilai estetika,

    pertimbangan nilai ekonomis juga menjadi hal penting dalam pemilihan

    alternatif.

    3.4 TINJAUAN PERENCANAAN STRUKTUR

    Perencanaan struktur adalah perencanaan satu kesatuan rangkaian elemen

    struktur agar mampu menerima beban sendiri dan beban yang berasal dari luar

    tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang melewati batasan persyaratan.

    Perencanaan struktur bertujuan menghasilkan suatu rangkaian struktur yang

    memiliki kekuatan dan kekakuan tanpa mengurangi kenyamanan bangunan

    tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan tinjauan perhitungan beban-beban yang

    bekerja pada bangunan struktur bangunan, antara lain : beban vertikal (beban mati

    dan beban hidup) dan beban horizontal (beban angin dan beban gempa). Ketika

    beban tersebut bekerja diharapkan struktur utama tidak mengalami perubahan

    bentuk (deformasi) melewati batas yang disyaratkan.

    Adapun pedoman-pedoman yang digunakan pada perencanaan struktur

    Gedung Mahkamah Agung RI ini adalah :

    Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan;

    American Society for Testing and Materials (ASTM);

    Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-

    2847-2002;

    Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-

    2002;

    Peraturan Cement Portland Indonesia NI-8 1972;

    Peraturan Umum tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan

    Gedung di Indonesia SNI 03-1728-1989;

    Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan

    Non Gedung SNI 03-1726-2012;

  • III-5

    Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah

    setempat yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.

    3.5 PERATURAN PEMBEBANAN STRUKTUR GEDUNG

    Pembebanan terhadap struktur bangunan bertingkat didiesain terhadap

    berbagai beban yang dikelompokkan menurut sumbernya, sebagai berikut :

    3.5.1 Beban Mati

    Beban mati merupakan berat sendiri dari bahan-bahan bangunan penting

    dan dari beberapa komponen gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan

    beban mati dari suatu gedung. Perencanan beban mati diambil menurut peraturan

    pembebanan Indonesia pada tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung

    BERAT BEBAN MATI BAHAN BANGUNAN Berat (kg/m

    3)

    Baja 7850

    Batu pecah 1450

    Beton 2200

    Beton bertulang 2400

    Kayu (kelas I) 1000

    Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650

    Pasir (kering udara sampai lembab) 1600

    Pasir (jenuh air) 1800

    KOMPONEN GEDUNG Berat (kg/m2)

    Adukan per cm tebal :

    - dari semen 21

    Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0.8 m

    7

    (Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia 1983)

    3.5.2 Beban Hidup

    Beban hidup merupakan semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

    penggunaan suatu bangunan yang di dalamnya termasuk beban-beban yang berasal

    dari barang-barang yang dapat berpindah (moveable equipment). Perencanan beban

    hidup diambil menurut peraturan pembebanan Indonesia pada tabel 3.2.

  • III-6

    Tabel 3.2 Beban hidup pada lantai gedung

    BEBAN HIDUP Berat (kg/m2) Lantai dan tangga rumah tinggal 200

    Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan toko, pabrik atau bengkel

    125

    Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit

    250

    (Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia 1983 )

    3.5.3 Beban Angin

    Beban angin merupakan beban yang ditentukan dengan menganggap adanya

    tekanan postif dan negatif (isapan) yang bekerja pada gedung. Tekanan tiup diambil

    minimum 25 kg/m2 kecuali jika diketahui lainnya. Sedangkan untuk daerah di laut

    dan tepi laut hingga sejauh 5 km dari pantai diambil besar tekanan tiup minimum

    40 kg/m2.

    Daerah di dekat laut dan daerah-daerah tertentu dimana terdapat kecepatan

    angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar perlu dihitung

    dengan rumus :

    dimana v adalah kecepatan angin dalam m/det yang harus ditentukan oleh instansi

    yang berwenang.

    3.5.4 Beban Gempa

    Beban gempa adalah beban statik ekuivalen yang bekerja pada bangunan

    atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa

    tersebut. Pengaruh gempa pada struktur bangunan yang diartikan disini adalah

    gaya-gaya yang terjadi terhadap struktur bangunan oleh gerakan tanah akibat

    gempa.

    Perencanaan beban gempa terhadap suatu struktur bangunan ditentukan

    menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

    Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) dengan merencanakan kemampuan

  • III-7

    struktur menahan suatu beban geser dasar akibat gempa dalam arah-arah yang

    ditentukan menurut rumus :

    Cs adalah koefisien respons seismik

    W adalah berat seismik efektif

    a. Koefisien Respon Seismik

    Koefisien respon seismik ditentukan menurut rumus :

    SDS adalah parameter spektrum respon desain rentang perioda

    pendek

    R adalah faktor modifikasi respon

    Ie adalah faktor keutamaan gempa

    b. Berat Seismik Efektif

    Berat seismik efektif struktur, W , harus menyertakan seluruh beban

    mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:

    1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar

    25 persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan

    struktur parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi

    5 persen dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu

    disertakan);

    2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai:

    diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat

    daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2;

    3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen;

    4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis

    lainnya.

    c. Faktor Keutamaan

    Faktor keutamaan merupakan waktu ulang dari kerusakan struktur

    gedung akibat gempa akan diperpanjang dengan menggunakan suatu faktor

    keutamaan yang nilainya lebih besar dari 1,0. Faktor keutamaan untuk

    berbagai kategori gedung atau bangunan dapat dilihat pada tabel 3.3.

  • III-8

    Struktur utama bangunan adalah portal terbuka (open frame) dan

    direncanakan untuk berprilaku daktail dengan tingkat daktail terbatas.

    Struktur portal didesain dengan konsep Strong Coloumn Weak Beam

    (Kolom Kuat Balok Lemah) mengacu kepada SRPMK (Struktur Rangka

    Pemikul Momen Khusus).

    Tabel 3.3 Faktor Keutamaan Gempa Ie (SNI 03-1726-2012)

    Gedung Mahkamah Agung RI yang direncanakan masuk ke dalam

    kategori resiko II dimana kategori resiko II adalah semua gedung dan

    struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I, III, IV,

    termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

    Perumahan

    Rumah toko dan rumah kantor

    Pasar

    Gedung perkantoran

    Gedung apartemen/ rumah susun

    Pusat perbelanjaan/ mall

    Bangunan industry

    Fasilitas manufaktur

    Pabrik

    (Sumber : SNI 03-1726-2012)

    Selanjutnya dalam bab ini akan dibahas perencanaan pekerjaan

    struktur. Pekerjaan struktur secara umum terdiri dari dua bagian yaitu

    struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure). Namun

    yang akan dibahas adalah pekerjaan struktur yang penulis alami selama

    melakukan kerja praktek yaitu struktur atas yang terdiri dari perencanaan

    kolom, balok, plat lantai (slab), shearwall dan tangga.

    Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie

    I atau II 1,0

    III 1,25

    IV 1,50

  • III-9

    3.6 TINJAUAN PERENCANAAN STRUKTUR ATAS

    Struktur atas merupakan bagian struktur yang berfungsi menerima

    pembebanan, baik beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban lainnya yang

    direncanakan. Struktur atas juga harus mampu mewujudkan perencanaan arsitektur

    dan memberikan keamanan dan kenyamanan. Struktur atas harus kuat, tahan api,

    awet untuk jangka panjang, mudah pelaksanaannya, ekonomis dan mudah

    pemeliharaannya.

    Perencanaan struktur atas pada proyek Pembangunan Gedung Mahkamah

    Agung RI meliputi beberapa elemen yang saling memiliki keterkaitan namun

    masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Perencanaan struktur atas meliputi :

    1. Perencanaan Plat Lantai (Slab)

    2. Perencanaan Kolom

    3. Perencanaan Shearwall

    4. Perencanaan Balok

    5. Perencanaan Tangga

    3.6.1 Perencanaan Plat Lantai

    Plat lantai merupakan elemen struktur yang direncanakan untuk menahan

    beban tetap (penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri plat) yang

    bekerja secara tetap dalam waktu yang lama maupun beban pekerja saat

    pelaksanaan konstruksi. Plat lantai didesain monolith terhadap balok sehingga

    perencanaan plat lantai diasumsikan terjepit di keempat sisinya.

    Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut :

    1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas

    2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas

    3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

    4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah

    5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal

    Perencanaan plat lantai menyesuaikan fungsi ruangannya. Macam-macam

    tipe tulangan dijelaskan pada tabel 3.4. Perencanaan umum plat lantai pada proyek

    Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI :

  • III-10

    Mutu Plat Beton : K350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)

    Nilai Slump Test : 12 2 cm

    Tebal : 120 mm (s1, s2, s3, s5)

    : 150 mm (s4)

    Tulangan : (Tabel 3.4)

    Tabel 3.4 Tulangan Plat Lantai

    Detail tulangan S5 (Gambar 3.1) :

    Gambar 3.1 Detail Plat Tipe s5

    3.6.2 Perencanaan Kolom

    Kolom merupakan elemen struktur utama dari bangunan yang berfungsi

    memikul beban vertikal, horisontal dan momen. Kolom menahan beban mati

    berupa berat sendiri, beban balok, beban plat dan beban hidup. Dimensi kolom

    bervariasi tergantung besar beban yang diterima. Semakin ke atas ukuran kolom

    semakin kecil dan jumlah tulangannya semakin sedikit.

    Penyambungan tulangan dilakukan bila panjang kolom tidak mencukupi.

    Sambungan diharapkan berada pada titik yang menerima gaya momen terkecil/nol

    Lapis Atas Lapis Bawah Lapis Atas Lapis Bawah

    s1 120 D10 - 300 D10 - 200 D10 -250 D10 - 150

    s2 120 D10 - 150 D10 - 150 D10 - 150 D10 - 150

    s3 120 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 300 D10 - 200

    s4 150 D10 - 150 D10 - 200 D10 -250 D10 - 150

    s5 120 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 200

    Bentang Panjang Bentang PendekTipe

    Tebal

    (mm)

  • III-11

    dengan overlap tulangan mengikuti tabel 3.5. Tulangan sambungan dibengkokan

    hingga kembali pada titik tulangan semula agar didapatkan tebal selimut dan

    dimensi tulangan sengkang tetap sehingga kapasitas kolom tetap sesuai

    perencanaan.

    Tabel 3.5 Panjang Penyambungan Tulangan (L) mm

    Perencanaan kolom pada proyek ini ditunjukkan oleh tabel 3.6 dan gambar

    3.2.

    Mutu Beton : K 450 (fc = 0,083 x 450 = 37,35 Mpa)

    Nilai Slump Test : 12 2 cm

    Mutu Tulangan : BJTD 40

  • III-12

    Tabel 3.6 Tipe dan Ukuran Kolom

    Ujung Tengah Joint Jarak Jumlah

    Lt. 11 - 13 4

    Lt. 7 - 10 4

    Lt. 2 - 6 6

    Lt. 1 6

    Lt. 11 - 13 700 x 700 16 D22 2

    Lt. 7 - 10 800 x 800 20 D22 2

    Lt. 2 - 6 24 D22 4

    Lt. 1 32 D22 6

    Lt.14 - 14 Mezz 1

    Lt. 11 - 13 1

    Lt. 7 - 10 400 x 1200 16 D22 2

    Lt. 2 - 6 3

    Lt. 1 3

    Lt.14 - 14 Mezz 1

    Lt. 11 - 13 1

    Lt. 7 - 10 1

    Lt. 2 - 6 400 x 1200 3

    Lt. 1 400 x 1500 3

    Lt. 15 - Atap

    Lt.14 - 14 Mezz

    Tipe K6 Lt.14 - 14 Mezz 600 x 600 12 D22

    Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2

    Lt. 11 - 13 20 D22 2

    Lt. 7 - 10 28 D22 4

    Lt.14 - 14 Mezz

    Lt. 11 - 13

    Lt. 7 - 10 16 D22 2

    Lt.14 - 14 Mezz 1

    Lt. 11 - 13 1

    Lt. 7 - 10 12 D22 1

    Lt. 2 - 6 16 D22 2

    Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2

    Lt. 11 - 13 20 D22 2

    Lt. 7 - 10 4

    Lt. 2 - 6 4

    Tipe K11 Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2

    Hoop-B (mm)

    -

    -

    24 D22

    12 D22

    10 D22

    24 D22

    600 x 600

    600 x 600

    300 x 600

    600 x 600

    900 x 900 28 D22

    32 D22

    12 D22

    20 D22

    12 D22

    20 D22

    -

    -

    1000 x 1000

    900 x 900

    400 x 900

    400 x 1500

    400 x 900

    800D

    10 -

    100

    D10 - 75

    D10

    - 1

    50

    D10 - 100 D10

    - 1

    00

    D10

    - 1

    00D

    10 -

    100

    D10

    - 1

    00

    Tipe K8

    Tipe K9

    Tipe K10

    Tulangan Sengkang (mm)Lantai

    Tulangan

    Utama (mm)Dimensi (mm)

    D10

    - 1

    50

    D10

    - 1

    00

    Tipe K1

    Tipe K2

    Tipe K3

    Tipe K5

    Tipe K4

    Tipe K7

  • III-13

    Gambar 3.2 Detail Kolom K1 dan K2

    3.6.3 Perencanaan Shearwall

    Shearwall merupakan elemen struktur yang dirancang untuk menahan

    kombinasi gaya geser, momen dan gaya aksial yang timbul akibat beban gempa.

    Shearwall selalu dikaitkan dengan sistem rangka pemikul momen dimana kerja

    sama antara sistem rangka pemikul momen dan dinding geser merupakan suatu

    keadaan khusus dengan dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut digabungkan.

    Dari gabungan keduanya diperoleh suatu struktur yang lebih kuat dan ekonomis.

    Perencanaan shearwall pada proyek ini ditunjukkan oleh gambar 3.3 dengan

    spesifikasi shearwall adalah sebagai berikut :

    Mutu Beton : K 450 (fc = 0,083 x 450 = 37,35 Mpa)

    Nilai Slump Test : 12 2 cm

    Mutu Tulangan : BJTD 40

  • III-14

    Gambar 3.3 Detail Shearwall SW1

  • III-15

    3.6.4 Perencanaan Balok

    Balok merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk memikul beban

    lantai dan beban lain yang bekerja di atasnya kemudian menyalurkan beban

    tersebut ke kolom yang berada di bawahnya. Selain itu balok berfungsi membagi

    plat menjadi segmen-segmen dan sebagai pengikat kolom satu dengan kolom

    lainnya agar didapat struktur yang kaku dan kokoh.

    Balok anak berfungsi mengurangi lendutan yang terjadi pada plat dan

    meneruskan beban ke balok induk. Dimensi balok pada bangunan ini sangat

    bervariasi tergantung besar kecilnya beban yang dipikul dan luas plat yang dipikul

    dan disesuaikan dengan perencanaan arsitekturnya. Detail balok ditunjukkan oleh

    gambar 3.4 dengan spesifikasi balok tersebut adalah sebagai berikut :

    Mutu Beton : K 350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)

    Nilai Slump Test : 12 2 cm

    Mutu Tulangan : BJTD 40

    Gambar 3.4 Detail Balok G1

  • III-16

    3.6.4 Perencanaan Tangga (Stairs)

    Tangga difungsikan sebagai akses perpindahan vertikal antara lantai yang

    satu dengan lantai di atas maupun di bawahnya yang memiliki elevasi berbeda.

    Tangga direncanakan terdapat pada dua sisi bangunan dimana satu sisi untuk

    tangga utama sedangkan sisi lainnya sebagai tangga darurat.

    Potongan detail penulangan tangga ditunjukkan oleh gambar 3.5 dengan

    spesifikasi perencanaan tangga tersebut sebagai berikut :

    Mutu Beton : K 350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)

    Mutu Baja : BJTD 40

    Tulangan : D10

    Sengkang : D10 - 300

    Gambar 3.5 Detail Tangga

    3.7 PERENCANAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

    Perencanaan mekanikal dan elektrikal adalah perencanaan fasilitas mekanik

    dan elektrik sebagai pendukung tingkat pelayanan bangunan. Perencanaan ini

    meliputi pemilihan alat dan tata letak penempatan alat tersebut. Pekerjaan

    mekanikal elektrikal pada pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI meliputi :

    1. Instalasi Listrik

    Perencanaan terhadap tata letak pengkabelan jaringan listrik untuk

    memenuhi pelayanan bangunan.

  • III-17

    2. Tegangan Tinggi

    Perencanaan terhadap pemasangan trafo, panel tegangan menengah dan

    peralatan kontrol dalam sebagai perangkat pengaturan tegangan tinggi.

    3. Data IT

    Perencanaan terhadap instalasi pengkabelan penghubung data dari pusat

    data menuju lokasi dimana sumber-sumber data berada

    4. Telepon

    Telepon digunakan untuk memudahkan komunikasi dari satu bagian di

    gedung Mahkamah Agung RI ke bagian lainnya dan komunikasi dari dalam

    kantor ke luar melalui sistem jaringan telepon yang ada. Perencanaan

    telepon meliputi instalasi kabel telepon tiap lantainya dengan socket outlet

    telepon.

    5. Fire Alarm

    Perencanaan terhadap instalasi fire alarm beserta perangkat penunjangnya

    pada setiap lantai dengan menggunakan Addressable System.

    6. Tata Suara

    Perencanaan terhadap pemasangan peralatan tata suara serta perangkat

    bantu lainnya baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan.

    7. Security

    Perencanaan terhadap pemasangan dan instalasi access control dan

    perangkat bantu lainnya dalam bangunan.

    8. Genset

    Perencanaan terhadap pengadaan dan pemasangan diesel generator set dan

    peralatan bantu lainnya.

    9. AC (Air Conditioner)

    Perencanaan terhadap pemasangan sistem instalasi AC dan peralatan bantu

    lainnya.

    10. Lift

    Perencanaan terhadap pemasangan instalasi lift dan perlengkapan bantu

    yang diperlukan.

    11. Fire Springkler

    Perencanaan terhadap pemasangaan sistem fire springkler, pemipaannya

    dam peralatan bantu lainnya.

  • III-18

    3.8 PERENCANAAN SANITASI DAN PENGOLAHAN LIMBAH

    Perencanaan sanitasi meliputi penyediaan air bersih, ari kotor dan pengelolaannya.

    Perencanaan sanitasi meliputi :

    1. Plumbing

    Perencanaan terhadap sistem pemipaan air bersih, air kotor, air hujan dan

    drainase, pemipaan menuju instalasi pengolahan air limbah, pemipaan

    menuju bak air atas dan pompa air.

    2. WTP (Water Treatment Plant)

    Perencanaan terhadap pemasangan WTP, instalasi pemipaan menuju GWT

    dan panel kontrol otomatis.

    3. STP (Sewage Treatment Plant)

    Perencanaan terhadap pemasangan STP, instalasi pemipaan, instalasi

    pengkabelan dan peralatan bantu lainnya.