Upload
fahmi-akmal-hasani
View
17
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
III-1
BAB III
PERENCANAAN PROYEK
3.1 TINJAUAN UMUM
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan
dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.
Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber
daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997).
Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses.
Hal ini berarti perencanaan diperlukan tahapan-tahapan pengerjaan tertentu. Dalam
penyusunan tahapan setidaknya melakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari
kegiatan yang akan dilakukan.
2. Menentukan sasaran
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan
kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai.
4. Memilih alternatif
Memilih alternatif yang paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak
dilakukan, kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang
dipilih tidak merugikan kelak.
5. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat
dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.
3.2 TAHAP PERENCANAAN
Tahapan awal dari perencanaan suatu proyek adalah melakukan survei
lapangan. Beberapa hal yang disurvei antara lain kondisi tanah dan kondisi
III-2
lingkungan sekitar proyek. Survei kondisi tanah dilakukan dengan mengambil
sampel tanah hingga kedalaman tertentu untuk kemudian dilakukan pengujian di
laboratorium. Selanjutnya dilakukan tahap perencanaan arsitektur dan struktur
sesuai dengan hasil studi kelayakan lapangan.
Perencanaan proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI terdiri
dari empat macam perencanaan, yaitu : struktur, arsitektur, elektrikal dan
mekanikal. Keempat perencanaan di atas harus saling berkaitan dimana tidak ada
salah satu perencanaan yang mengorbankan perencanaan lainnya sehingga
didapatkan bangunan yang sempurna. Berikut ini adalah tahapan perencanaan
pembangunan proyek :
1. Tahap pra rancangan
Tahapan ini terdiri dari gambar sketsa yang merupakan outline dari
bangunan. Selain itu, dilengkapi dengan perkiraan biaya proyek.
2. Tahap rancangan
Tahapan ini merupakan kelanjutan dari gambar pada tahap pra rancangan
dan gambar dasar tetapi dengan skala yang lebih besar.
3. Pembuatan gambar detail
Tahapan ini merupakan gambar detail yang menjelaskan secara rinci
pekerjaan konstruksi. Hal ini digunakan sebagai dasar pelaksanaan dan juga
sebagai dokumen lelang.
4. Pembuatan Rencana Kerja dan Syarat
Tahapan ini merupakan tahapan dimana gambar rencana dan detail
disatukan dalam suatu konsep Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang berisi
tentang persyaratan teknis dan administratif pelaksanaan pekerjaan. RKS ini
mencakup semua aspek, antara lain material, peralatan, tenaga kerja,
maupun mutu dari pekerjaan. Selanjutnya konsep ini dimasukkan dalam
dokumen pelelangan dan kontrak pelaksana pekerjaan.
5. Perhitungan anggaran biaya
Tahapan ini merupakan perhitungan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk
kegiatan pelaksanaan pekerjaan, termasuk material, alat, upah, dan biaya
lainnya.
III-3
6. Pembuatan Penjadwalan
Tahapan ini merupakan tahapan dibuat penjadwalan proyek mulai dari awal
hingga selesainya proyek. Penjadwalan ini diwujudkan dalam sebuah kurva
yang disebut kurva S. kurva S menggambarkan progress pekerjaan yang
direncanakan sesuai dengan bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaannya.
3.3 TINJAUAN PERENCANAAN ARSITEKTUR
Perencanaan arsitektur berkaitan dengan upaya menciptakan bangunan yang
memiliki nilai estetika tinggi, nyaman dan mendukung fungsi bangunan.
Perencanaan arsitektur dilakukan sebelum melakukan perencanaan struktur. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tata ruang dan tata letak yang
nantinya berpengaruh terhadap perencanaan struktur.
Gedung Mahkamah Agung RI ini direncanakan sebagai gedung kantor
dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang memiliki fungsi kantor yang di
dalamnya terdiri dari beberapa bagian kantor. Akses antara bagian-bagiannya harus
mudah untuk memudahkan mobilitas antara bagian-bagian dalam berkoordinasi.
Selain itu sebagai gedung pengadilan tertinggi di Indonesia, gedung Mahkamah
Agung RI harus menyediakan pula ruangan yang berfungsi sebagai ruang sidang.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan dalam perencanaan arsitektur
antara lain :
Kegunaan dan Fungsi Bangunan
Bangunan harus dirancang sesuai fungsi bangunan tersebut agar dapat
mendukung segala kegiatan yang direncanakan.
Keamanan dan Kenyamanan
Bangunan harus dirancang agar dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan. Keduanya harus saling mendukung dan tidak mengorbankan
salah satu diantara keduanya. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik
menjadi hal penting dalam memberi kenyamanan pengguna.
Keindahan dan Kekuatan Struktur
Keindahan bangunan menjadi hal utama yang menjadikan bangunan
tersebut bagus atau tidaknya. Keindahan bangunan juga akan memberikan
III-4
kepuasan pengguna dalam beraktifitas. Namun keindahan harus dibangun
dengan struktur yang kuat dan tahan lama.
Pertimbangan Nilai Ekonomis Bangunan
Perencanaan arsitektur diawali dengan membuat beberapa alternatif gambar
dari rencana gedung yang akan dibangun. Melihat sisi nilai estetika,
pertimbangan nilai ekonomis juga menjadi hal penting dalam pemilihan
alternatif.
3.4 TINJAUAN PERENCANAAN STRUKTUR
Perencanaan struktur adalah perencanaan satu kesatuan rangkaian elemen
struktur agar mampu menerima beban sendiri dan beban yang berasal dari luar
tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang melewati batasan persyaratan.
Perencanaan struktur bertujuan menghasilkan suatu rangkaian struktur yang
memiliki kekuatan dan kekakuan tanpa mengurangi kenyamanan bangunan
tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan tinjauan perhitungan beban-beban yang
bekerja pada bangunan struktur bangunan, antara lain : beban vertikal (beban mati
dan beban hidup) dan beban horizontal (beban angin dan beban gempa). Ketika
beban tersebut bekerja diharapkan struktur utama tidak mengalami perubahan
bentuk (deformasi) melewati batas yang disyaratkan.
Adapun pedoman-pedoman yang digunakan pada perencanaan struktur
Gedung Mahkamah Agung RI ini adalah :
Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan;
American Society for Testing and Materials (ASTM);
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2002;
Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-
2002;
Peraturan Cement Portland Indonesia NI-8 1972;
Peraturan Umum tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan
Gedung di Indonesia SNI 03-1728-1989;
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan
Non Gedung SNI 03-1726-2012;
III-5
Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah
setempat yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
3.5 PERATURAN PEMBEBANAN STRUKTUR GEDUNG
Pembebanan terhadap struktur bangunan bertingkat didiesain terhadap
berbagai beban yang dikelompokkan menurut sumbernya, sebagai berikut :
3.5.1 Beban Mati
Beban mati merupakan berat sendiri dari bahan-bahan bangunan penting
dan dari beberapa komponen gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan
beban mati dari suatu gedung. Perencanan beban mati diambil menurut peraturan
pembebanan Indonesia pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung
BERAT BEBAN MATI BAHAN BANGUNAN Berat (kg/m
3)
Baja 7850
Batu pecah 1450
Beton 2200
Beton bertulang 2400
Kayu (kelas I) 1000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650
Pasir (kering udara sampai lembab) 1600
Pasir (jenuh air) 1800
KOMPONEN GEDUNG Berat (kg/m2)
Adukan per cm tebal :
- dari semen 21
Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0.8 m
7
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia 1983)
3.5.2 Beban Hidup
Beban hidup merupakan semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu bangunan yang di dalamnya termasuk beban-beban yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah (moveable equipment). Perencanan beban
hidup diambil menurut peraturan pembebanan Indonesia pada tabel 3.2.
III-6
Tabel 3.2 Beban hidup pada lantai gedung
BEBAN HIDUP Berat (kg/m2) Lantai dan tangga rumah tinggal 200
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan toko, pabrik atau bengkel
125
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit
250
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia 1983 )
3.5.3 Beban Angin
Beban angin merupakan beban yang ditentukan dengan menganggap adanya
tekanan postif dan negatif (isapan) yang bekerja pada gedung. Tekanan tiup diambil
minimum 25 kg/m2 kecuali jika diketahui lainnya. Sedangkan untuk daerah di laut
dan tepi laut hingga sejauh 5 km dari pantai diambil besar tekanan tiup minimum
40 kg/m2.
Daerah di dekat laut dan daerah-daerah tertentu dimana terdapat kecepatan
angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar perlu dihitung
dengan rumus :
dimana v adalah kecepatan angin dalam m/det yang harus ditentukan oleh instansi
yang berwenang.
3.5.4 Beban Gempa
Beban gempa adalah beban statik ekuivalen yang bekerja pada bangunan
atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tersebut. Pengaruh gempa pada struktur bangunan yang diartikan disini adalah
gaya-gaya yang terjadi terhadap struktur bangunan oleh gerakan tanah akibat
gempa.
Perencanaan beban gempa terhadap suatu struktur bangunan ditentukan
menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) dengan merencanakan kemampuan
III-7
struktur menahan suatu beban geser dasar akibat gempa dalam arah-arah yang
ditentukan menurut rumus :
Cs adalah koefisien respons seismik
W adalah berat seismik efektif
a. Koefisien Respon Seismik
Koefisien respon seismik ditentukan menurut rumus :
SDS adalah parameter spektrum respon desain rentang perioda
pendek
R adalah faktor modifikasi respon
Ie adalah faktor keutamaan gempa
b. Berat Seismik Efektif
Berat seismik efektif struktur, W , harus menyertakan seluruh beban
mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar
25 persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan
struktur parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi
5 persen dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu
disertakan);
2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai:
diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat
daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2;
3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen;
4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis
lainnya.
c. Faktor Keutamaan
Faktor keutamaan merupakan waktu ulang dari kerusakan struktur
gedung akibat gempa akan diperpanjang dengan menggunakan suatu faktor
keutamaan yang nilainya lebih besar dari 1,0. Faktor keutamaan untuk
berbagai kategori gedung atau bangunan dapat dilihat pada tabel 3.3.
III-8
Struktur utama bangunan adalah portal terbuka (open frame) dan
direncanakan untuk berprilaku daktail dengan tingkat daktail terbatas.
Struktur portal didesain dengan konsep Strong Coloumn Weak Beam
(Kolom Kuat Balok Lemah) mengacu kepada SRPMK (Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus).
Tabel 3.3 Faktor Keutamaan Gempa Ie (SNI 03-1726-2012)
Gedung Mahkamah Agung RI yang direncanakan masuk ke dalam
kategori resiko II dimana kategori resiko II adalah semua gedung dan
struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I, III, IV,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
Perumahan
Rumah toko dan rumah kantor
Pasar
Gedung perkantoran
Gedung apartemen/ rumah susun
Pusat perbelanjaan/ mall
Bangunan industry
Fasilitas manufaktur
Pabrik
(Sumber : SNI 03-1726-2012)
Selanjutnya dalam bab ini akan dibahas perencanaan pekerjaan
struktur. Pekerjaan struktur secara umum terdiri dari dua bagian yaitu
struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure). Namun
yang akan dibahas adalah pekerjaan struktur yang penulis alami selama
melakukan kerja praktek yaitu struktur atas yang terdiri dari perencanaan
kolom, balok, plat lantai (slab), shearwall dan tangga.
Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
III-9
3.6 TINJAUAN PERENCANAAN STRUKTUR ATAS
Struktur atas merupakan bagian struktur yang berfungsi menerima
pembebanan, baik beban mati, beban hidup, beban gempa dan beban lainnya yang
direncanakan. Struktur atas juga harus mampu mewujudkan perencanaan arsitektur
dan memberikan keamanan dan kenyamanan. Struktur atas harus kuat, tahan api,
awet untuk jangka panjang, mudah pelaksanaannya, ekonomis dan mudah
pemeliharaannya.
Perencanaan struktur atas pada proyek Pembangunan Gedung Mahkamah
Agung RI meliputi beberapa elemen yang saling memiliki keterkaitan namun
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Perencanaan struktur atas meliputi :
1. Perencanaan Plat Lantai (Slab)
2. Perencanaan Kolom
3. Perencanaan Shearwall
4. Perencanaan Balok
5. Perencanaan Tangga
3.6.1 Perencanaan Plat Lantai
Plat lantai merupakan elemen struktur yang direncanakan untuk menahan
beban tetap (penghuni, perabotan, berat lapis tegel dan berat sendiri plat) yang
bekerja secara tetap dalam waktu yang lama maupun beban pekerja saat
pelaksanaan konstruksi. Plat lantai didesain monolith terhadap balok sehingga
perencanaan plat lantai diasumsikan terjepit di keempat sisinya.
Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal
Perencanaan plat lantai menyesuaikan fungsi ruangannya. Macam-macam
tipe tulangan dijelaskan pada tabel 3.4. Perencanaan umum plat lantai pada proyek
Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI :
III-10
Mutu Plat Beton : K350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)
Nilai Slump Test : 12 2 cm
Tebal : 120 mm (s1, s2, s3, s5)
: 150 mm (s4)
Tulangan : (Tabel 3.4)
Tabel 3.4 Tulangan Plat Lantai
Detail tulangan S5 (Gambar 3.1) :
Gambar 3.1 Detail Plat Tipe s5
3.6.2 Perencanaan Kolom
Kolom merupakan elemen struktur utama dari bangunan yang berfungsi
memikul beban vertikal, horisontal dan momen. Kolom menahan beban mati
berupa berat sendiri, beban balok, beban plat dan beban hidup. Dimensi kolom
bervariasi tergantung besar beban yang diterima. Semakin ke atas ukuran kolom
semakin kecil dan jumlah tulangannya semakin sedikit.
Penyambungan tulangan dilakukan bila panjang kolom tidak mencukupi.
Sambungan diharapkan berada pada titik yang menerima gaya momen terkecil/nol
Lapis Atas Lapis Bawah Lapis Atas Lapis Bawah
s1 120 D10 - 300 D10 - 200 D10 -250 D10 - 150
s2 120 D10 - 150 D10 - 150 D10 - 150 D10 - 150
s3 120 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 300 D10 - 200
s4 150 D10 - 150 D10 - 200 D10 -250 D10 - 150
s5 120 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 200 D10 - 200
Bentang Panjang Bentang PendekTipe
Tebal
(mm)
III-11
dengan overlap tulangan mengikuti tabel 3.5. Tulangan sambungan dibengkokan
hingga kembali pada titik tulangan semula agar didapatkan tebal selimut dan
dimensi tulangan sengkang tetap sehingga kapasitas kolom tetap sesuai
perencanaan.
Tabel 3.5 Panjang Penyambungan Tulangan (L) mm
Perencanaan kolom pada proyek ini ditunjukkan oleh tabel 3.6 dan gambar
3.2.
Mutu Beton : K 450 (fc = 0,083 x 450 = 37,35 Mpa)
Nilai Slump Test : 12 2 cm
Mutu Tulangan : BJTD 40
III-12
Tabel 3.6 Tipe dan Ukuran Kolom
Ujung Tengah Joint Jarak Jumlah
Lt. 11 - 13 4
Lt. 7 - 10 4
Lt. 2 - 6 6
Lt. 1 6
Lt. 11 - 13 700 x 700 16 D22 2
Lt. 7 - 10 800 x 800 20 D22 2
Lt. 2 - 6 24 D22 4
Lt. 1 32 D22 6
Lt.14 - 14 Mezz 1
Lt. 11 - 13 1
Lt. 7 - 10 400 x 1200 16 D22 2
Lt. 2 - 6 3
Lt. 1 3
Lt.14 - 14 Mezz 1
Lt. 11 - 13 1
Lt. 7 - 10 1
Lt. 2 - 6 400 x 1200 3
Lt. 1 400 x 1500 3
Lt. 15 - Atap
Lt.14 - 14 Mezz
Tipe K6 Lt.14 - 14 Mezz 600 x 600 12 D22
Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2
Lt. 11 - 13 20 D22 2
Lt. 7 - 10 28 D22 4
Lt.14 - 14 Mezz
Lt. 11 - 13
Lt. 7 - 10 16 D22 2
Lt.14 - 14 Mezz 1
Lt. 11 - 13 1
Lt. 7 - 10 12 D22 1
Lt. 2 - 6 16 D22 2
Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2
Lt. 11 - 13 20 D22 2
Lt. 7 - 10 4
Lt. 2 - 6 4
Tipe K11 Lt.14 - 14 Mezz 16 D22 2
Hoop-B (mm)
-
-
24 D22
12 D22
10 D22
24 D22
600 x 600
600 x 600
300 x 600
600 x 600
900 x 900 28 D22
32 D22
12 D22
20 D22
12 D22
20 D22
-
-
1000 x 1000
900 x 900
400 x 900
400 x 1500
400 x 900
800D
10 -
100
D10 - 75
D10
- 1
50
D10 - 100 D10
- 1
00
D10
- 1
00D
10 -
100
D10
- 1
00
Tipe K8
Tipe K9
Tipe K10
Tulangan Sengkang (mm)Lantai
Tulangan
Utama (mm)Dimensi (mm)
D10
- 1
50
D10
- 1
00
Tipe K1
Tipe K2
Tipe K3
Tipe K5
Tipe K4
Tipe K7
III-13
Gambar 3.2 Detail Kolom K1 dan K2
3.6.3 Perencanaan Shearwall
Shearwall merupakan elemen struktur yang dirancang untuk menahan
kombinasi gaya geser, momen dan gaya aksial yang timbul akibat beban gempa.
Shearwall selalu dikaitkan dengan sistem rangka pemikul momen dimana kerja
sama antara sistem rangka pemikul momen dan dinding geser merupakan suatu
keadaan khusus dengan dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut digabungkan.
Dari gabungan keduanya diperoleh suatu struktur yang lebih kuat dan ekonomis.
Perencanaan shearwall pada proyek ini ditunjukkan oleh gambar 3.3 dengan
spesifikasi shearwall adalah sebagai berikut :
Mutu Beton : K 450 (fc = 0,083 x 450 = 37,35 Mpa)
Nilai Slump Test : 12 2 cm
Mutu Tulangan : BJTD 40
III-14
Gambar 3.3 Detail Shearwall SW1
III-15
3.6.4 Perencanaan Balok
Balok merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk memikul beban
lantai dan beban lain yang bekerja di atasnya kemudian menyalurkan beban
tersebut ke kolom yang berada di bawahnya. Selain itu balok berfungsi membagi
plat menjadi segmen-segmen dan sebagai pengikat kolom satu dengan kolom
lainnya agar didapat struktur yang kaku dan kokoh.
Balok anak berfungsi mengurangi lendutan yang terjadi pada plat dan
meneruskan beban ke balok induk. Dimensi balok pada bangunan ini sangat
bervariasi tergantung besar kecilnya beban yang dipikul dan luas plat yang dipikul
dan disesuaikan dengan perencanaan arsitekturnya. Detail balok ditunjukkan oleh
gambar 3.4 dengan spesifikasi balok tersebut adalah sebagai berikut :
Mutu Beton : K 350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)
Nilai Slump Test : 12 2 cm
Mutu Tulangan : BJTD 40
Gambar 3.4 Detail Balok G1
III-16
3.6.4 Perencanaan Tangga (Stairs)
Tangga difungsikan sebagai akses perpindahan vertikal antara lantai yang
satu dengan lantai di atas maupun di bawahnya yang memiliki elevasi berbeda.
Tangga direncanakan terdapat pada dua sisi bangunan dimana satu sisi untuk
tangga utama sedangkan sisi lainnya sebagai tangga darurat.
Potongan detail penulangan tangga ditunjukkan oleh gambar 3.5 dengan
spesifikasi perencanaan tangga tersebut sebagai berikut :
Mutu Beton : K 350 (fc = 0,083 x 350 = 29,05 MPa)
Mutu Baja : BJTD 40
Tulangan : D10
Sengkang : D10 - 300
Gambar 3.5 Detail Tangga
3.7 PERENCANAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
Perencanaan mekanikal dan elektrikal adalah perencanaan fasilitas mekanik
dan elektrik sebagai pendukung tingkat pelayanan bangunan. Perencanaan ini
meliputi pemilihan alat dan tata letak penempatan alat tersebut. Pekerjaan
mekanikal elektrikal pada pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI meliputi :
1. Instalasi Listrik
Perencanaan terhadap tata letak pengkabelan jaringan listrik untuk
memenuhi pelayanan bangunan.
III-17
2. Tegangan Tinggi
Perencanaan terhadap pemasangan trafo, panel tegangan menengah dan
peralatan kontrol dalam sebagai perangkat pengaturan tegangan tinggi.
3. Data IT
Perencanaan terhadap instalasi pengkabelan penghubung data dari pusat
data menuju lokasi dimana sumber-sumber data berada
4. Telepon
Telepon digunakan untuk memudahkan komunikasi dari satu bagian di
gedung Mahkamah Agung RI ke bagian lainnya dan komunikasi dari dalam
kantor ke luar melalui sistem jaringan telepon yang ada. Perencanaan
telepon meliputi instalasi kabel telepon tiap lantainya dengan socket outlet
telepon.
5. Fire Alarm
Perencanaan terhadap instalasi fire alarm beserta perangkat penunjangnya
pada setiap lantai dengan menggunakan Addressable System.
6. Tata Suara
Perencanaan terhadap pemasangan peralatan tata suara serta perangkat
bantu lainnya baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan.
7. Security
Perencanaan terhadap pemasangan dan instalasi access control dan
perangkat bantu lainnya dalam bangunan.
8. Genset
Perencanaan terhadap pengadaan dan pemasangan diesel generator set dan
peralatan bantu lainnya.
9. AC (Air Conditioner)
Perencanaan terhadap pemasangan sistem instalasi AC dan peralatan bantu
lainnya.
10. Lift
Perencanaan terhadap pemasangan instalasi lift dan perlengkapan bantu
yang diperlukan.
11. Fire Springkler
Perencanaan terhadap pemasangaan sistem fire springkler, pemipaannya
dam peralatan bantu lainnya.
III-18
3.8 PERENCANAAN SANITASI DAN PENGOLAHAN LIMBAH
Perencanaan sanitasi meliputi penyediaan air bersih, ari kotor dan pengelolaannya.
Perencanaan sanitasi meliputi :
1. Plumbing
Perencanaan terhadap sistem pemipaan air bersih, air kotor, air hujan dan
drainase, pemipaan menuju instalasi pengolahan air limbah, pemipaan
menuju bak air atas dan pompa air.
2. WTP (Water Treatment Plant)
Perencanaan terhadap pemasangan WTP, instalasi pemipaan menuju GWT
dan panel kontrol otomatis.
3. STP (Sewage Treatment Plant)
Perencanaan terhadap pemasangan STP, instalasi pemipaan, instalasi
pengkabelan dan peralatan bantu lainnya.