Bahan Tutorial Tumor Jinak Non-odontogen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan tutorial

Citation preview

a. Ossifying fibromaTumor ini dapat merupakan varian dari fibrous dysplasia dan termasuk di dalam kategori lesi osteofibrosis. Tumbuhnya lambat, jarang menyebabkan rasa sakit, dan parastesi. Terjadi lebih banyak di mandibula daripada maksila kontras dengan fibrous dysplasia. Paling banyak dijumpai pada decade ketiga dan keempat. Gambaran radiografi pada stadium stadium awal tampak radiolusen berbatas jelas, lesi dengan cepat mengalami kalsifikasi, dan tepinya menjadi kurang jelas. Secara klinis, histopatologis dan radiografi sulit dibedakan dengan cementifying fibroma. Terapi dengan eksisi atau enukleasi (Suprapti, 2009).Tempat Predileksi Pada daerah tooth-bearing dari rahang, sering pada daerah premolar-molar mandibula. Sering terjadi pada usia 30-40 tahun, wanita > pria (Prakerin, 2009).Penampakan Klinis Bentuk lesi yaitu nodular kasar atau perluasan/ekspansi rahang berbentuk spherical/ bola. Pertumbuhan yang lambat mungkin menyebabkan ekspansi dan cortical plate bukal dan lingual. Perforasi dan ulserasi mukosa jarang ditemukan. Radiografi: berbatas tegas, pada lesi yang lebih awal nampak sebagai radiolusensi unilokular atau multilokular yang mirip kista odontogenik.Tahap awal radiolusen secara bertahap berkembang menjadi campuran antara lesi yang radiolusen-radiopaq, sebagaimana material terkalsifikasi terdeposit dalam tumor. Tumor yang matur nampak massa radiopak yang dikelilingi lingkaran radiolusen. Displacement akar gigi mungkin ditemukan, karena lesi meresorbsi akar gigi.Histopatologi : Tumor terdiri dari stroma colagenus yang mengandung berbagai macam sel stellat dan spindle yang seragam. Stroma umumnya tervaskularisasi baik,dan juga ditemukan deposit terkalsifikasi. Terlihat trabekula ireguler dari tulang imatur, meski tulang lamellar juga ditemukan pada banyak kasus. Osteoblas kadang ditemukan pada deposit tulang bagian perifer. Kebanyakan tumor ini menunjukkan campuran berbagai tipe produk terkalsifikasi (Prakerin, 2009).Tanda dan Gejala asimptomatik saat ditemukan, tidak sakit, jinak, ekspansif, berkembang lambat pada rahang, secara klinis dan mikroskopis mirip sementifying fibroma. Berkembang dari sel yang tidak terdeferensiasi dari ligamen periodontal (Prakerin, 2009).

14. Fibroosseus Lesions Fibrous DysplasiaDysplasia fibrosa adalah penyakit yang paling umum pada rahang disertai manifestasi pola ground-grass penampakan radiograf. Ada dua bentuk, yaitu bentuk monostotic, yang mana lebih sering terjadi di rahang dan cranium, kemudian bentuk poyostotic, yang mana kadang sering dikaitkan dengan McCune-Albrights syndrome (pigmentasi kulit, autonomic hyperfungsi kelenjar endocrine, dan precocious pubertas). Varian dari monostotic adalah jauh lebih umum jenis yang terlihat ketika rahang yang terlibat dan tampil sebagai proses painless expansile dysplastic dari osteoprogenitor jaringan ikat. Maxilla adalah yang paling umum terlibat. Lesi tidak menyusuri midline dan cenderung terbatas pada satu sisi. Pada antrum sering menghilang, dan pada orbital floor (dengan perpindahan secara memutar) mungkin terlibat. Karakteristik secara histology yaitu trabekula osseus tidak teratur dalam stroma fibrosa hypercellular. Perawatan harus ditunda, jika memungkinkan hingga skeletal maturity. Anak-anak dengan dysplasia fibrosa harus diikuti selama kurun waktu empat bulan dengan evaluasi klinik dan radiografi. Lesi tak bergerak dan non-agresif yang telah diamati tidak menunjukkan pertumbuhan, akan dilakukan eksisi kontur untuk estetik dan alasan fungsional. Ketika menonaktikan penurunan fungsional dan perestesi terjadi, kontur atau eksisi blok akan terlihat. Percepatan pertumbuhan atau lesi agresif membutuhkan pembedahan intervensi yang awal dengan reseksi blok dan rekonstruksi graf tulang. Transformasi keganasan telah dilaporkan setelah terapi radiasi, yang merupakan kontraindikasi. Ossifying FibromaSama dengan fibrous dysplasia secara histologist, ini merupakan neoplasma bagian meduler dari rahang. Lesi ini muncul dari elemen ligament periodontal, dan cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda., paling sering di daerah regio premolar-molar pada mandibula. Tumor ini ketika kecil tidak menunjukkan gejala (asimptomatik) tetapi secara bertahap tumbuh meluas ke tulang rahang. Pada X-ray, terlihat dengan baik lesi radiolusen dari tahap awal yang menjadi semakin kaku ke tahap pematangan. Kemajuan dari radiolusen menjadi tahap radiopak berlangsung minimal 6 tahun. Setelah operasi eksisi pada lesi yang cenderung shell out, kambuh kembali itu jarang terjadi.

Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel dapat mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan neoplasma. Kerusakan sel pada bagian kecilnya, misalnya gen, dapat menyebabkan neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen digolongkan pada neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada faktor-faktor pertumbuhan (growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan kontrol pembelahan sel masih ada.

Semua tumor, baik jinak maupun ganas mempunyai dua komponen dasar, yaitu :1. Parenkim, tersusun oleh sel-sel neoplastik yang berproliferasi.Parenkim neoplasmalah yang sebagian besar berperan dalam menentukan perilaku biologi neoplasma.2. Stroma penyangga, tersusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan mungkin juga pembuluh limfatik. Stroma neoplasma berperan dalam membawa perbekalan darah dan merupakan penyangga untuk pertumbuhan sel-sel parenkim.Banyak factor penyebab / pendukung yang dapat merangsang terjadinya neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu :1. Faktor internal, yaitu factor yang berhubungan dengan herediter dan factor factor pertumbuhan.Herediter : berhubungan dengan garis keturunan, faktor pertumbuhan dan genetic. Untuk garis keturunan dan genetik misalnya seorang ayah memiliki neoplasia maka anak akan mengalami hal yang sama. 2. Faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol.Bahan Pemicu Tumor1. Tembakau dan AlkoholTembakau dan alkohol tujuh puluh lima persen tumor mulut dan faring di Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaa tembakau untuk susur atau suntildan konsumsi alkohol. Merokok sigaret dan peminum alkohol mempunyai resiko yang tinggi menderita tumor lidah dan mulut.Merokok cerutu dan pipa mempuyai resiko yang lebih tinggi mendapatka tumor mulut dibandingkan dengan perokok sigaret.Meskipun demikian masih terdapat keraguan tentang seberapa besar peranan panas yag dihasilkan oleh tembakau dan batang pipa dapat menyababkan penyakit tumor mulut.1. Bahan KimiaSebagian bahan kimia (70%-90%)sebagian besar berhubungan dengan terjadinyatumor.Bahanbahan yang dapat menimbulkan tumor di lingkungan dan di dalammakanan.Bahankimia karsinogenik yang berasal dari lingkngan antara lain coal tar, polycyclic aromatic hydrocarbon, aromatic amines, nitrat, nitrit, nitrosamin. Zat aflatoxin yag dihsilkan oleh jamur aspergillus flavus pada tanaman kacang-kacagan dapat meyebabkan tumor usus dan hati (hepatocarsiogen) .Asbestos yang terdapat dalam baha-bahan bangunan jika terhirup serigkali berhubugan dengan tumor pada selaput paru-paru. Selain itu logam-logam berat seperti kromium dan berilium dapat merangsang munculnya tumor dengan bereaksi pada asam nukleat fosfat pada DNA.1. MikroorganismeBeberapa mikroorganisme yag berhubunga degan tumor mulut adalah candida albicans. Peneknan sistem kekebalan tubuh oleh obat-obatan atau HIV dapat menyebabkan infeksi candida meningkat. Hubungan antara infeksi candida dengan penyakit speckled leukoplakia adalah pada 7-39% dijumpai adanya hyphaedan penyakit ini memiliki kecederugan utuk berubah menjadi tumor. Penyakit sifilis yang disebabkan oleh mikroorgnisme treponeme pallidumdegan lesi tersier dilaporkan berhubungan juga dengan terjadinya kaker lidah.1. Defisiesi NutrisiDefisiensi mikronutrisi seperti vitamin A, C, E dan Fe dilaporkan mempuyai hubungan degan terjadiya tumor . Vitamin A memiliki dua golongan yaitu retinol dan caretenoids yang mempuya kemampuan untuk menghambat pembentuka tumor dengan memperbaiki keratinisasi dan menghambat efek karsinogen.Dilaporkan juga bahwa terjadi peningkatan insidensi kaker payudara pada penderita defisiensi vitamin E. Sedangkan pada penderita defisiensi zat besi akan mengalami anemia yang berhubungan erat dengan sydrome Plummer-Vinson. Syndrome ini merupaka faktor pencetus tumor mulut yaitu karsinoma sel skuamosa.1. RadiasiSinar ultraviolet merupakan suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Sinar ini menyababkan terjadinya kasinoma sel basal kulit dan bibir. Efek radiasi juga meningkat pada orang-orang yang memgang radiograf selama proses rongent foto berlangsung.1. Faktor Sistem kekebalan TubuhDilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi tumor pada pasie yang medapat penekanan sisten kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, defisiensi kekebalan genetik. Konsep ii uga didukung oleh Melief dkk. (1975) yag melaporkan bahwa pasie yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selin disebabkan kerusakan genetik juga daat disebabkan oleh penuaan, obat-obtan dan infeksi virus.1. MakananMakanan yang mengandung Bahan kimia seperti MSG (penyedap masakan), bahan pengawet makanan, bahan pewarna tekstil yang sering dibuat campuran sirup atau makanan lain, sudah dikenal lama sebagai bahan karsinogen. Oleh sebab itu kurangi makan mie instant atau lain2 yang serba instant, karena itu semua bahan pemicu tumor.

PatogenesisSecara umum, jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan fungsi merupakan fungsi kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel baru ke dalam populasi jaringan sebagian besar ditentukan oleh kecepatan proliferasinya, sementara sel dapat meninggalkan populasinya karena kematian sel ataupun karena berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah sel dalam populasi tertentu dapat terjadi karena peningkatan proliferasi ataupun karena penurunan kematian atau diferensiasi sel (Rubin, 2007). Kematian sel (apoptosis) dan penggantian dengan sel baru tersebut semua diatur melalui siklus sel.Awal pertumbuhan dan perkembangan sel melalui siklus sel, yang dikendalikan melalui perubahan pada kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Pada tahapan tertentu siklus sel, kadar berbagai siklin setelah didegradasi dengan cepat saat sel bergerak melalui siklus tersebut. Siklin menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan kompleks CDK, (cyclin-dependent kinases). Kombinasi yang berbeda dari siklin dan CDK berkaitan dengan setiap transisi penting dalam siklus sel, dan kombinasi ini menimbulkan fosforilasi sekelompok substrat protein terpilih (proteinfosforilatkinase;protein kontraregulasi yang disebut proteindefosfoorilat fosfatase). Fosforilasi dapat menimbulkan perubahan konformasi bergantung pada proteinnya yang secara potensial:1. Mengaktivasiataumenginaktivasi suatu aktivitas enzimatik.2. Menginduksiataumengganggu interaksi protein.3. Menginduksiataumenghambat pengikatan protein pada DNA.4. Menginduksiataumencegah katabolisme protein.

Contoh spesifik adalah CDK1, yang mengendalikan transisi penting dari G2menjadi M. Pada saat sel masuk dalam G2, siklin B disintesis, dan berikatan pada CDK1. Kompleks siklin B-CDK1 ini di aktifasi melalui fosforilasi, kemudian kinase aktif memfosforilasi berbagai protein yang terlibat dalam mitosis, meliputi protein yang terlibat dalam replikasi DNA, depolimerisasi lapisan inti, dan pembentukan spindle mitosis. Setelah pembelahan sel, siklin B dipecah melalui jalur proteasom yang tersebar luas; sel tidak akan mengalami mitosis lebih lanjut sampai terdapat rangsang pertumbuhan dan sintesis siklin yang baru.Gangguan atau mutasi pada gen-gen (DNA) pengatur siklus sel menyebabkan sel membelah menjadi tidak terkontrol sehingga menghasilkan tumor jinak, praganas ataupun tumor ganas. Kegagalan pemantauan secara memadai terhadap keakuratan DNA akan menyebabkan akumulasi dan transformasi ke tumor ganas mungkin terjadi. Sebagai contoh, pada saat DNA dirusak (misalnya, oleh iradiasi ultraviolet), protein supresor tumor TP53 (P53) yaitu suatu protein fosforilasi dengan berat molekul 53kD akan distabilkan dan menginduksi transkripsi CDKN1A (P21), suatu inhibitor CDK. Inhibitor ini menahan sel dalam fase G1atau G2sampai DNA dapat diperbaiki; pada tahapan tersebut, kadar TP53 menurun, CDKN1A berkurang, dan sel dapat melanjutkan ke tahapan berikutnya. Jika kerusakan DNA terlalu luas, TP53 akan memulai suatu kaskade yaitu peristiwa untuk meyakinkan sel agar melakukan apoptosis. Apabila fungsi kaskade juga terganggu maka proses apoptosis dan penghentian sel proliferasi menjadi tidak berfungsi (Rubin, 2007).Bentuk bentuk tumor/lesi ini kemudian dapat dikenali dengan melihat ukuran tumor, warna, tekstur permukaan, sifat dan kecepatan pertumbuhan, perdarahan dan rasa sakit. Tumor jinak umumnya tumbuh lambat, menonjol (ekspansif) atau rata, tekstur permukaan halus, warna sama dengan jaringan sekitarnya, tidak mudah berdarah, terdapat rasa sakit (Regezie and Sciubba, 2003).

Potensi Proliferatif Jenis Sel yang Berbeda. Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh dibagi menjadi tiga kelompok. Dengan mengecualikan jaringan yang terutama tersusun atas sel permanen yang tak membelah (misalnya, otot jantung dan saraf), sebagian besar sel matur memiliki perbandingan jumlah yang beragam antara sel yang terus membelah, sel istirahat yang terkadang kembali ke siklus sel, dan sel yang tidak membelah. Kemampuan sel untuk berproliferasi pada umumnya berbanding terbalik dengan tingkat diferensiasinya. Sel labil. Sel ini terus membelah (dan terus-menerus mati). Regenerasi terjadi dari suatu populasi sel stem dengan kemampuan berproliferasi yang relatif tidak terbatas. Pada saat sel stem membelah satu anak sel mempertahankan kemampuannya untuk membelah (perbaruan diri), sementara sel lainnya berdiferensiasi menjadi sel non mitotic yang melanjutkan fungsi normal jaringan. Sel labil meliputi sel hematopoiesis dalam sumsum tulang yang juga mewakili sebagian besar epitel permukaan yaitu permukaan skuamosa bertingkat pada kulit, rongga mulut, vagina, dan serviks; epitel kuboid pada duktus yang mengalirkan produksi organ eksokrin (misalnya kelenjar liur pancreas traktus biliaris; epitel kolumnar pada traktus gastrointestinal, uterus dan tuba falopii; serta epitel transisional pada saluran kemih. Sel stabil. Dalam keadaan normalnya sel ini dianggap istirahat (atau hanya mempunyai kemampuan replikasi yang rendah)\ tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal merespon cidera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling padat, yaitu hati, ginjal, pancreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah,serta fibroblast dan sel jaringan ikat otot polos (mesenkim); proliferasi fibroblast dan sel otot polos sangat penting dalam hal merespons cedera dan penyembuhan luka. (Robbins, 2007) Sel permanen. Sel ini dianggap mengalami diferensiasi tahap akhir dan nonproliferatif dalam kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagian besar neuron dan sel otot jantung. Oleh karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat irreversible dan hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat berproliferasi. Meskipun otot rangka biasanya dikategorikan sebagai jenis sel permanen, sel satelit yang melekat pada selubung endomisium benar-benar memberikan suatu kemampuan regenerasi. Terdapat juga beberapa bukti bahwa sel otot jantung dapat berproliferasi setelah terjadi nekrosis miokard.Mediator TerlarutGambaran umum. Pertumbuhan dan diferensiasi sel bergantung pada sinyal ekstraksel yang berasal dari mediator terlarut dan matriks ECM. Meskipun banyak mediator kimiawi memengaruhi pertumbuhan sel, yang terpenting adalah factor pertumbuhan polipeptida yang beredar di dalam serum atau yang diproduksi secara local oleh sel. Sebagian besar factor pertumbuhan memiliki efek pleiotropik; yaitu selain merangsang proliferasi sel, factor ini juga memerantarai beragam aktivitas lainnya, termasuk migrasi dan diferensiasi sel serta remodeling jaringan sehingga terlibat dalam berbagai tahap penyembuhan luka. Faktor pertumbuhan menginduksi proliferasi sel dengan memengaruhi pengeluaran gen yang terlibat dalam jalur pengendalian pertumbuhan normal, yang disebut protoonkogen. Pengeluaran gen ini diatur secara ketat selama regenerasi dalam pemulihan normal. Perubahan pada struktur atau pengeluaran protoonkogen dapat mengubah gen tersebut menjadi onkogen, yang berperan pada karakteristik pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada kanker; oleh karena itu, proliferasi sel normal dan abnormal dapat mengikuti jalur yang serupa. Terdapat suatu daftar panjang (dan terus bertambah) mediator terlarut yang dikenal. Daripada berupaya untuk menyusun daftarnya yang melelahkan, dalam bab selanjutnya kami akan menyoroti molekul terpilih dan terbatas pada molekul yang berperan pada proses penyembuhan. Untuk saat ini, kami membahas konsep umum serta jalur pemberian sinyal yang lazim. (Robbins, 2007)Pemberian Sinyal oleh Mediator Terlarut. Pemberian sinyal dapat terjadi secara langsung antara sel yang berdekatan, atau melewati jarak yang lebih jauh. Sel yang berdekatan berhubungan melalui gap junction yaitu saluran hidrofilik sempit yang menghubungkan kedua sitoplasma sel dengan baik. Saluran tersebut memungkinkan pergerakan ion kecil, berbagai metabolit dan molekul second-messenger potensial, tetapi bukan makromolekul yang lebih besar. Pemberian sinyal ekstrasel melalui mediator terlarut terjadi dalam empat bentuk yang berbeda. Pemberian sinyal autrokin; saat suatu mediator terlarut bekerja secara menonjol (atau bahkan eksklusif) pada sel yang menyekresinya. Jalur ini penting pada respons imun (sitokin) dan pada hyperplasia epitel kompensatoris (misalnya,regenerasi hati) Pemberian sinyal parakrin, berarti mediator hanya memengaruhi sel yang sangat berdekatan. Untuk melaksanakannya, hanya memerlukan difusi minimal, yang sinyalnya didegradasi dengan cepat, dibawa oleh sel lain, atau terperangkap di dalam ECM. Jalur ini penting untuk merekrut sel radang menuju tempat infeksi dan untuk proses penyembuhan luka terkontrol. Sinaptik, yang jaringan saraf yang teraktivasinya menyekresi neurotransmitter pada suatu penghubung sel khusus (sinaps) menuju sel target, seperti saraf atau otot lain. Endokrin, yang substansi pengaturnya,misalnya hormon, dilepaskan ke dalam aliran darah dan bekerja pada sel target yang berjauhan.

A. Growth FactorsFaktor-faktor yang mempromosikan organ atau organisme tumbuh secara operasional dibagi menjadi tiga kelas besar :1. Mitogens, yang menyimulasi pembelahan sel, mula-mula dengan membebaskan kontrol negatif intraseluler yang dengan kata lain memblok proses siklus sel.2. Growth factors, dimana menyimulasi pertumbuhan sel (penambahan masa sel) dengan mempromosikan sintesis protein dan makromolekul lain dan dengan meng-inhibisi degradasi sel-sel.3. Survival factors, dimana mempromosikan kemampuan bertahan sel dengan menekan apoptosis.Growth factor adalah suatu peptida yang merangsang pertumbuhan dengan cara mensintesis DNA dan juga mengatur proses mitosis sel. Bentukan peptida pada growth factor ini dibagi menjadi 2 yaitu polipeptida dan neuropeptida. Polipeptida yang mempunyai molekul besar dan bekerja melalui jalur tyrosine kinase. Polypeptida merupakan faktor pertumbuhan yang akan mengadakn ikatan dengan reseptor faktor pertumbuhan dalam membran sel. Ikatan ini menimbulkan signal transduksi yang melalui jalur tyrosin kinase diteruskan ke PKC yang kemudian diteruskan lagi ke dalam inti sel. Neuropeptida mempunyai molekul kecil bekerja melalui jalur non tyrosin kinase. Ikatan yang terjadi juga menimbulkan signal transduksi melalui jalur tyrosyn kinase dan serine theroine kinase diteruskan ke dalam inti sel.Growth factors merupakan faktor luar yang berperan dalam siklus sel dan berhubungan dengan hormonal. Abnormalitas dalam growth factors dapat menyebabkan protein terlalu terekspresi sehingga siklus sel menjadi terlalu terstimulasi atau dapat pula dengan ketidakhadiran protein menyebabkan siklus sel ter-inhibisi.Di setiap membran sel terdapat banyak reseptor. Ketika terdapat rangsangan dari growth factor akan menyebabkan membran sel menghasilkan beberapa macam zat seperti DAG (diacetylglycerol), proteinkinase c dan second messager yang berupa phospholipid. DAG berfungsi untuk mengaktifkan protein kinase c, protein kinase c berfungsi untuk mempercepat proses transkripsi RNA. Setelah terbentuk RNA massanger dari proses transkripsi, RNA massanger akan bergerak keluar dari membran inti menuju ke ribosom, kemudian dari ribosom terjadi proses translasi RNA. Pada proses translasi RNA messanger akan membentuk anti sense dan kemudian ribosom akan mulai membentuk rantai polpeptida sesuai dengan kode gen pada RNA messanger. kemudian protein-protein itu tadi akan masuk kembali kedalam inti untuk keperluan replikasi DNA. B. Jam Biologis Perbaikan SelTubuh manusia mempunyai beribu-ribu sistem pengatur. Jam biologis adalah suatu pola yang diatur secara internal oleh tubuh. Pola ini untuk menjaga keseimbangan (homeostasis), misalnya temperatur tubuh dan regenerasi sel. Untuk regenerasi sel sendiri, dapat diatur oleh sistem hormon. Hormon diangkat melalui cairan ekstrasel menuju seluruh bagian tubuh untuk mengatur fungsi sel. Hormon tiroid dapat meningkatkan kecepatan sebagian besar reaksi kimia di dalam semua sel dan aktivitas metabolisme yang berarti hormon tiroid membantu mengatur tempo aktivitas tubuh. Sel-sel tubuh yang rusak pun dipicu oleh hormon yang bernama Human Growth Hormon (HGH) yang bekerja pada waktu tertentu dan jangka waktu tertentu pula.PatogenesisEtiologi seperti yang disebutkan di atas, misalnya iritasi kronis, dapat mengganggu proses perbaikan jaringan yang mengalami iritasi. Iritasi yang awalnya memicu perbaikan jaringan rusak akan terus membuat proses perbaikan terus menerus. Sel-sel yang baru selesai diperbaiki, dipicu lagi untuk membelah sebelum sel benar-benar matur. Seharusnya sel mengalami proses pematangan terlebih dahulu sebelum ke pembelahan berikutnya. Akibatnya, terjadi penumpukan sel-sel normal hasil perbaikan tanpa adanya perubahan gen atau mutasi yang mengarah pada pembentukan neoplasia. Awal pertumbuhan jaringan baru abnormal ini tidak menimbulkan rasa sakit karena memang selnya normal dan tidak mengganggu jaringan sekitarnya. Sel-sel yang tumbuh akan berekspansif dan menekan jaringan di sekitarnya. Jaringan sekitar, yaitu sel-sel parenkim stroma jaringan asli, akan mengalami atrofi dari tekanan yang besar dari tumor sehingga membentuk kapsul dari tumor tersebut

Gangguan hormonal dan metabolisme

1

Merangsang Growth Factors

Iritasi

2Perbaikan jaringan

Iritasi kronis

Pembelahan sel

76Sel belum matur

3Penumpukan Sel

8

5Gangguan jadwal biologis proses pembelahan sel

Pembentukan jaringan baru (neoplasia jinak)

4

9

Pembelahan sel yang cepatMendesak sel parenkim jaringan stroma di sekitarnuya

10

Kapsul tumor

Kebiasaan buruk kronis yang tidak sesuai pola biologis ternyata dapat menyebabkan kekacauan metabolisme tubuh karena tidak mengikuti ritme tubuh seperti biasa dan dapat menyebabkan hormon-hormon metabolisme menjadi rusak. Jika tidak mengikuti pola tersebut, maka sistem metabolisme tidak akan sinkron dengan aktivitas manusia sehingga tidak dapat mempersiapkan tubuh dengan benar. Selain itu juga adanya gangguan hormonal dan metabolisme dalam hal perbaikan sel dapat menyebabkan tumor jinak. Suatu proses pembelahan sel tentut sudah mempunyai jadwal tersendiri untuk menentukan kapan sel tersebut membelah. Tetapi karena gangguan tersebut, jadwal natural tubuh akan kacau sehingga proses pembelahan sel berlangsung lebih cepat, misalnya dari 10 jam menjadi 9 jam. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa tumor jinak berlangsung lama karena siklus sel hanya mengalami pengurangan waktu tidak terlalu besar. Selanjutnya proses tersebut sama halnya dengan proses pada etiologi iritasi kronis seperti pada skema yang ada di atas.Seperti yang kita ketahui, keadaan suhu akan mempengaruhi metabolisme tubuh dan sudah pasti akan mempengaruhi kecepatan siklus sel pula. Jika trauma thermal terjadi secara kronis, maka dapat menyebabkan tumor jinak.

Patogenesis lagi :Kontrol selSelama siklus sel, terdapat gen gen yang berfungasi untuk mengontrol sel di dalam perjalanan pada fase tersebut, ddimana terdapat 2 jenis gen yang mempunyai fungsi yang berbeda, seperti gen yang berfungsi untuk melakukan proliferasi sel seperti protoonkogen Ki-67 dan gen yang berfungsi untuk menghentikan dan menghambat terjadinya proliferasi sel seperti supresor gen P-53. Kontrol sel tersebut bekerja pada saat checkpoint yang ada pada fase / tahap G1 , tahap G2, dan tahap M.Sinyal stop disebabkan teraktivasinya supresor gen P-53 yang dikarenakan adanya kerusakan DNA yakni dalam terankripsi dan tranlasi DNA di dalam sel, sinyal stop terzsebut akan menyebabkan terhentinya siklus sel sehingga memberikan waktu untuk perbaikan DNA. Dari gambar diatas , dapat dijelaskan bila terjadi suatu kerusakan DNA misalnya dikarenakan oleh adanya zat zat karsinogenik, radiasi sinar ultraviolet, maupun sinar X, gen P-53 / supresor gen ini akan mengaktivasi gen P-21 untuk melakukan sinyal stop pada siklus sel sehingga terjadi DNA repair, tidurnya siklus sel, dan apoptosis. Sinyal go ahead, sinyal ini dihasilkan oleh suatu partikuler protein kinase, biasanya protein ini tidak aktif dan diaktifkan oleh adanya cyclin yang kemudian membentuk suatu komplek CDK (cyclindependentkinase), CDK ini akan bekerja sama dengan faktor pertumbuhan sehingga akan merangsang terjadinya proliferasi sel, sehingga sel akan meneruskan perjalanannya ke fase selanjutnya dalam siklus sel. Jika sel tidak mendapatkan sinyal go ini, maka sel tersebut akan masuk ke fase Go, dimana sel itu akan berhenti tumbuh, baik untuk berhenti sementara atau berhenti selamanya.Patogenesis terjadinya tumor neoplasiPada tahap G1 siklus sel, adanya suatu rangsangan ekstraseluler yang menganai sel, maka sel akan memacu keluarnya kinase, yang nantinya akan teraktivasi dan berikatan dengan cyclin membentuk suatu komplek yang bernama cyclin dependentkinase ( CDK ), sehingga terjadinya proliferasi sel ke tahap selanjutnya. Bila pada tahap mitosis dihasilkan DNA yang mengalami kerusakan, akan mengaktifkan suatu supresesor gen P-53 sehingga gen P-21 akan teraktivasi, yang berfungsi untuk memberhentikan siklus sel tersebut yang bertujuan untuk melakukan repair atau perbaikan DNA sel yang rusak tersebut. Bila terjadi gangguan pada gen P-53 tersebut maka proses proliferasi sel tersebut tidak akan terkontrol dengan pembelahan sel secara berlebihan dan tidak terkendali ( neoplasi ).

NoPerbedaanNeoplasia JinakNeoplasia Ganas

1.Kecepatan PertumbuhanLambatCepat

2.DiferensiasiHampir sama dengan normalMengalami anaplasi

3.InfiltrasiTidak ada infiltrasiAda infiltrasi

4,Warna JaringanNormalBerubah

5.Keterlibatan sarafTidak terlibatTerlibat

6.EfekTidak mematikanMematikan

7.KapsulJelasDibungkus pseudokapsul

8.Cara tumbuhekspansiEkspansi dan infiltrasi

9.Mobilitas pada eksisiDapat digerakkanCekat

10Daerah yang terlibatLokalLuas/metastasis

Pemeriksaan penunjangDasar-Dasar Penegakkan Diagnosis1. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)Anamnesis adalah komunikasi tanya jawab antara dokter dan pasien yang meliputi :Keluhan utama, Riwayat perjalanan penyakit sekarang dan terdahulu, Perawatan yang pernah dilakukan, Riwayat penyakit keluarga, Kebiasaan buruk dan Kondisi sosial pasien. Anamnesis dapat dilakukan pada pasien itu sendiri (auto anamnesis) ataupun dari keluarga/pihak terdekat. Anamnesis harus dilakukan secaracepat,telitidanringkas. Dari anamnesis ini dokter dapat menyimpulkan kondisi/stadium penyakit pasien dan kemungkinan faktor penyebab ataupun faktor yang memperparah keluhan utama.2. Pemeriksaan ObjektifPemeriksaan objektif klinis dilakukan dengan instrumen maupun tanpa instrumen, yang meliputi pemerikssan fisik umum, Pemeriksaan ekstra oral dan Pemeriksaan intra oral dengan cara Inspeksi (warna, bentuk, tekstur), Auskultasi (bunyi), Palpasi (konsistensi, perluasan/ukuran, suhu, rasa sakit, pergerakan, krepitasi), Perkusi (ada tidaknya rasa sakit) dan penekanan (pergerakan dan rasa sakit)Dari pemeriksaan klinis ini harus didapatkan dan dicatat data data gambaran klinis sesuai keluhan utama pasien. Dari data data tersebut harus dapat merujuk kesalah satu penyakit atau sekelompok penyakit yang menunjukkan gambaran klinis yang sama sehingga dapat ditegakkan DIAGNOSA KLINIS (DIAGNOSA SEMENTARA) beserta DIAGNOSA BANDING.3. Pemeriksaan Objektif PenunjangPemeriksaan objektif penunjang sangat dibutuhkan untuk membantu diagnosis klinis terutama jika faktor penyebab serta gambaran klinis yang didapat beserta simtom belum mengarah ke salah satu diagnosis penyakit. Maka pemeriksaan penunjang mutlak dilaksanakan yang meliputi pemeriksaan radiografi, pemeriksaan laboratoris, pemeriksaan histopatologis ataupun pemeriksaan sialografi, pemeriksaan CT scan, MRI dan sebagainya. Dari data-data pemeriksaan subjektif, objektif klinis dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan DIAGNOSIS DEFENITIF/ DIAGNOSIS PASTI.Teknik BiopsyPada Diagnosa TumorBiopsy merupakan pengambilan specimen baik sebagian ataupun seluruhnya utuk pemeriksaan mikroskopis dan memperoleh suatu diagnosa dan mengetahui prognosis. Sebelum melakukan suatu biopsy dilakukan terlebih dahulu anastesi. Pengambilan jarigan biopsy biasanya menggunakan sklpel/ kauter listrik.Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu biopsy :Harus representative baik secara klinis / mikroskopis. Misalnya memilih daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak ada infeksi sekunder.Indikasi :a.Lesi yang menetap > 2 minggub.Lesi yang membesar , tidak memberikan reaksi pada perawatanc.Lesi hiperkeratotil yang menetapd.Pembesaran tanpa penyebab dan menetap pada waktu yang lamae.Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma2.3.1Macam Biopsya.Brushb.Insisic.Eksisid.Aspirasi

a. BrushMerupakan tehnik jaringan biopsy untuk jaringan lunak rongga mulut . mukosa. Tehnik ini adalah pemeriksaan tambahan yang digunakan sebagai metode pemeriksaan lesi mulut yang tidak memerlukan biopsy pembedahan. Pada tehnik ini menggunakan sejenis sikat yang mampu mengambil sel pada seluruh lapisan epitel, termasuk basal dan yang paling superficial di bawah lapisan epitel. Pada tehnik brush ini tidak perlu melakukan suatu anastesi, Sikat yang digunkan yakni sikat disposibel steril. Yaitu sejenis sikat yang berbentuk melingkar .Cara penggunaan :1.Sikat atau brush untuk mengumpulkan sampel sel epitel dilembabkan dengan air atau air liur pasien.2. Diaplikasikan pada permukaan lesi3. Kontak antar sikat dan permukaan mukosa dapat di sepanjang permukaan sikat yang melingkar maupun yang datar tergantung lokasi4. Sikat diputar dengan tekanan cukup 5-10 x sampai timbul bintik pendarahan dan itu berarti sikat memasuki lamina propia.5. Sel yang di dapat dipindahkan ke kaca objek6. Fiksasi alcohol7. Dibiarkan kering di udara8.Sampel sel diskrining dengan computer yang telah deprogram untuk mendeteksi perubahan sitologib. EksisiYaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil seluruh jaringan lesi, melibatkan jaringan normal. Digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi jinak.

c. InsisiYaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil sebagian jaringa lesi, mengikut sertakan jaringan normal sekitarnya.Indikasi:1.Lesi besar d > 1 cm2.Jika eksisi total sulit dilakukand. AspirasiBiasanya dilakukan pada lesi kelenjar liurIndikasi:1.Lesi yang diperkirakan berisi cairan2.Menggunakan spuit ( syringe) yang menggunakan jarum 189 4 ugc3.Anastesi local, tidak melibatkan banyak jaringan4.Biasanya setelah aspirasi dilakukan insist.( eksisi)