32
TUMOR-TUMOR JINAK KULIT OLEH IMAM BUDI PUTRA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008 Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository © 2008

kista kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kista kulit.pdf

Citation preview

  • TUMOR-TUMOR JINAK KULIT

    OLEH

    IMAM BUDI PUTRA

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RSUP. H. ADAM MALIK

    MEDAN

    2008

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • TUMOR-TUMOR JINAK KULIT

    PENDAHULUAN

    Tumor jinak merupakan manifestasi dari kekacauan pertumbuhan kulit yang

    bersifat kongenital atau akuisita, tanpa tendensi invasif dan metastasis, dapat

    berasal dari vaskuler dan non vaskuler.

    Tumor jinak kulit muka merupakan tumor jinak yang memerlukan

    perhatian khusus. Karena letaknya di muka, maka aspek estetika/kosmetik

    memegang peranan yang menonjol.1

    Tumor jinak di muka yang paling sering ditemukan ialah nevus

    pigmentosus (tahi lalat). Tahi lalat yang memerlukan perhatian untuk dianjurkan

    lebih cepat pengangkatannya ialah bila ditemukan dimukosa (bibir,mata) dan

    daerah-daerah tertentu" misalnya ujung hidung, lipatan nasolabial atau batas

    antara kulit dan mukosa.

    Tumor jinak yang lain ialah xantelasma, siringoma, adenoma sebaseum,

    trikoepitelioma, keratosis seboroik, skintag, kista, limfangioma, keratoakantoma,

    dermatofibroma, keloid, granuloma piogenikum dan hemangioma. Tumor jinak

    ini umumnya dengan tindakan bedak skalpel menghasilkan sikatriks yang secara

    kosmetik memuaskan. Tumor jinak multipel yang sering ditemukan setelah usia

    40 tahun, ialah keratosis seboroik. Terapi yang paling mudah dan murah ialah

    dengan cara bedah listrik. Penampilan tumor jinak yang dini kadang-kadang sulit

    dibedakan dengan keganasan dini, misalnya trikoepitelioma soliter sulit dibedakan

    dengan karsinoma sel basal. Oleh karena itu pemeriksaan histologi tumor tumor

    yang tampak jinak perlu dilakukan guna kepentingan dokter maupun kepentingan

    pasien.

    Tindakan bedah tumor jinak, lebih dini dilakukan akan memberikan

    kepuasan yang lebih optimal. Misalnya pada xantelasma, lebih dini dilakukan

    pengangkatannya akan memberikan hasil yang lebih baik. Tindakan bedah skalpel

    bila dilakukan secara lege artis umumnya tanpa ada penyulit. Untuk daerah

    daerah tertentu misalnya: alis, lipatan nasolabial, tehnik sayatan bukan fusiform

    akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Di alis umumnya dibuat sayatan V dan

    W plasty, sedang di sekitar hidung bila pertu dengan sayatan T plasty.l

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Semua tindakan bedah ini akan memberikan hasil yang optimal bila

    operatornya telah terlatih. Bedah kulit merupakan salah satu cara penyembuhan

    kelainan kulit, yang hendaknya diketahui, dihayati dan dipraktekkan dengan

    rambu-rambu etika kedokteran.

    NEVUS PIGMENTOSUS

    Sinonim : Nevus sel nevus, Nevus nevoseluler

    Defenisi : Nevus pigmentosus merupakan tumor jinak yang tersusun dari sel-sel

    nevus.2 Kelainan kulit yang disertai pigmentasi merupakan masalah yang banyak

    ditemukan di klinik, salah satunya adalah nevus pigmentosus. Hampir setiap

    orang mempunyai nevus, sedangkan nevus yang mengalami perubahan

    mempunyai risiko 400 kali lebih tinggi untuk menjadi ganas.3

    Etiologi : Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk

    sarang-sarang kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taut

    dermoepidermal. Sel-sel ini membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang-

    sarang pada dermis.2,4

    Manifestasi Klinik : Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua bagian kulit

    tubuh, termasuk membrana mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar,

    papuler, atau papilomatosa, biasanya berukuran 24 mm, namun dapat bervariasi

    dari sebesar peniti sampai sebesar telapak tangan. Pigmentasinya juga bervariasi

    dari warna kulit sampai coklat kehitaman.2,4,5

    Nevus pigmentosus kongenital merupakan nevus yang terdapat sejak lahir

    atau timbul beberapa bulan setelah kelahiran.3 Menurut ukurannya dapat dibagi

    menjadi 3 kelompok : lesi kecil bila diameter nevus lebih kecil dari 1,5 cm sampai

    dengan 20 cm, dan lesi luas (giant) bila bergaris tengah tebih dari 20 cm.3

    Nevus sebaseus Jadassohn (NSI) adalah lesi hamartomatosa yang bertasa

    tegas, sebagian besar terdiri dari kelenjar sebasea dan biasanya timbul di wajah

    dan kulit kepala. Nevus ini jarang berhubungan dengan bermacam-macam defek

    ektodermal dan mesodermal.6

    Nama lain adalah nevus sebasea, nevus sebaseus linearis, hiperplasia

    kelenjar sebasea kongenital, hamartoma kelenjar sebasea, adenoma sebasea

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • sirkumskripta, pilo syringo sebaseus nevi, nevus organois dan nevus

    epiteliomatosus sebaseus kapitis.7,8

    NSJ merupakan pertumbuhan yang jarang ditemukan. Didapatkan pada

    kurang lebih 0,3% dari seluruh neonatus dengan angka kejadian yang sama pada

    laki-laki dan wanita.2 Tidak didapat faktor rasial/etnik, familial atau faktor yang

    diwariskan.6,7 NSJ dikatakan berasal dari sel germinativum dari lapisan basal

    epidermis embrionik yang mempunyai potensi untuk berdiferensiasi menjadi

    berbagai tipe tumor epitelial.6

    Gambaran klinis NSJ biasanya berupa lesi yang soliter, atau multipel,

    berbentuk plakat yang berbatas tegas, berwarna kuning kecoklatan, oranye, atau

    merah mengkilat, verukosus dengan diameter beberapa milimeter sampai

    beberapa sentimeter. Lesi paling sering terdapat pada kepala dapat juga pada

    wajah, leher dan batang tubuh. Nevus ini biasanya tampak pada saat lahir atau

    beberapa waktu kemudian. Pada masa kanak-kanak sampai sebelum pubertas lesi

    biasanya berbentuk datar, tetapi akan tumbuh menjadi verukosus dan lebih tebal,

    menetap seumur hidup dan menimbulkan alopesia. Lesi NSJ yang luas dan linier

    dikenal dengan sindrom nevus sebaseus, menunjukkan kelainan-kelainan sistemik

    seperti epilepsi, retardasi mental, kelainan sistim saraf kelainan tulang, kelainan

    mata dan ginjal.6-8

    Sindrom nevus epidermal (SNE) atau disebut juga organois nevus

    phakomatosis, Schimmelpenning, sindrom Feuerstein dan Mim serta sindrom

    solomon merupakan suatu sindrom kongenital didapat yang diturunkan secara

    autosomal dominan. Penyakit ini ditandai adanya kelainan kulit berupa nevus

    epidermal yang berhubungan dengan berbagai kelainan pada sistem organ lain

    yaitu susunan saraf pusat, skletal, kardiomaskular, mata dan urogenital.2,4

    Penyebab SNE belum diketahui dengan pasti, namun diduga karena

    adanya kesalahan migrasi dan perkembangan jaringan embrionik atau terjadinya

    kesalahan pada proses pemisahan ektoderin dari neural tube.2,4,9

    Penyakit ini lebih sering disertai dengan kelainan skletal, saraf dan mata.

    Kelainan skeletal ditemukan pada 15-70% pasien, kelainan neurologik ditemukan

    pada 15-50% pasien dan kelainan mata ditemukan pada 9-30% pasien. Sidrom

    nevus epidermal merupakan suatu kasus yang jarang ditemukan, angka

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • kejadiannya hanya l6% dari seluruh kasus nevus epidermal. Penyakit ini dapat

    ditemukan sejak lahir hingga usia 40 tahun dengan perbandingan yang sama

    antara laki-laki dan perempuan.2

    Secara histopatologi dikenal nevus junctional, nevus compound dan nevus

    dermal. Seperempat sampai sepertiga kasus melanoma maligna dikatakan berasal

    dari nevus pigmentosus. Tipe nevus penting diketahui untuk menentukan

    prognosis. Dari ketiga tipe nevus, diaktakan bahwa nevus junctional lebih

    mempunyai potensi untuk menjadi ganas.10

    Pemeriksaan histopatologi selain memerlukan waktu, juga tidak semua

    pasien setuju untuk dibiopsi. Pada keadaan biopsy tidak dapat dilaksanakan,

    diperlukan suatu cara untuk lebih mendekati diagnosis histopatologi berdasarkan

    hal tersebut maka dikembangkan alat yang disebut surface microscopy dengan

    menggunakan tehnik mikroskop epileuminesen. Tehnik ini non invasive yang

    memungkinkan untuk melihat secara in vivo gambar histomorfologi kulit dan

    memberikan harapan bagi para klinis untuk membuat diagnosis kelainan

    pigmentasi kulit secara lebih akurat. Apabila gambaran klinis nevus bisa

    dipertajam dengan tehnik epiluminesenm, maka banyak manfaat yang akan

    didapat.11

    Diagnosis Banding : Melanoma maligma, nevus biru, nevus sel epiteloid dan atau

    nevus spindel, KSB berpigmen, Histiositoma, Keratosis seboroik berpigmen.2,4,7,9

    Pengobatan : Pada umumnya tidak diperlukan pengobatan. Namun bila

    menimbulkan masalah sesara kosmetik, atau sering terjadi iritasi karena gesekan

    pakaian, dapat dilakukan bedah eksisi. Bila ada kecurigaan ke arah keganasan

    dapat dilakukan eksisi dengan pemeriksaan histopatologi.

    Prognosis: Pada umumnya baik. Tetapi pada nevus junctional dan nevus

    compound harus mendapat perhatian karena ada kemungkinan berubah menjadi

    ganas.2,4,7

    XANTHELASMA

    Bentuk ini adalah bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat

    pada kelopak mata, khas dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna

    kuning-oranye, biasanya pada kantus bagian dalam. Khas juga, panjang lesi 2-3 c

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • dan biasanya simetris, yang condong menetap, berlanjut, multiple dan bersatu.

    Seringkali xantalasma disertai dengan tipe xantoma yang lain, tetapi umumnya

    berdiri sendiri.2,4,5

    Kelainan ini terlihat pada umur pertengahan. Biasa ditemukan pada wanita

    yang menderita penyakit hati dan bilier. Xantelasma juga dapat terlihat pada

    bermacam hiperpoproteiemia familier, teristimewa pada hiperkolesterolemia. Juga

    biasa ditemukan pada xantoma planum generalisata, penyakit obstruksi hepar

    miksedema, diabetes fitosterolemia.2,9

    Diagnosis : Diagnosis klinik xantoma primer sangat khas. Pada pemeriksaan

    ditemukan macula, papula, plak atau nodula yang berwarna kekuning-kuningan

    dan pada anamnesa ditemukan adanya anggota keluarga menderita penyakit yang

    sama atau familier.2,5

    Disamping tanda dan gejala klinis yang khas, untuk pengobatan perlu

    dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan total kolesterol,

    trigliserioda" HDL dan LDL kolesterol dan total lipid untuk menetapkan diagnosis

    Berdasarkan pembagian Frederickson dan Patker.2

    Pengobatan: Pengobatan yang berhasil pada xantelasma hanya pembedahan.

    Pengobatan juga berhasil dengan fulgurasi, kauter dengan asam trikorasetik, laser

    CO2 dan cara lainnya. Semua pengobatan ini tidak menjamin bahwa tidak akan

    timbulnya lesi yang baru. Pada xantoma yang lain kura mengobati secara

    simptomatis, jika xantomanya terlalu besar dan mengganggu dapat dilakukan

    operasi eksterpasi. Tetapi obat dan makanan juga dilakukan, untuk menjaga agar

    penyakit jangan sampai berlanjut ke tingkat yang lebih parah atau fatal. Terapi

    yang ideal adalah terapi genetic. Terapi makanan dan obat disesuaikan dengan

    klasifikasi hiperlipoproteinemia yang dikemukakan oleh Frederickson dan Parker

    yaitu :

    Pada tipe I Frederickson, makanan yang diberikan rendah lemak dan obat

    asam nikotinar. Tipe 2a dan 2b dan tipe 3, makanan yang diberikan harus rendah

    kalori, rendah karbohidrat, rendah alcohol, rendah kolesterol, lemak tidak jenuh

    dan rendah lemak jenuh. Obat yang diberikan klofibrat, khlestiramin, kolestipol,

    klofibrat, gemfibrosil. Pada tipe 4 dan 5 makanan yang diberikan rendah kalori,

    rendah karbohidrat, rendah lemak dan rendah alcohol. Obat yang diberikan

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • gemfibrosikl dan klofibrat. Pada tipe campunan dianjurkan makanan rendah

    kolesterol, lemak tak jenuh, rendah kalori. Obat yang tersebut di atas dapat

    diberikan.2

    SIRINGOMA

    Siringoma adalah tumor jinak adenoma duktus kelenjar ekrin intraepidermis dan

    digolongkan dalam less mature tumors. Terdapat 2 bentuk klinis, namun ada

    penulis lain yang membaginya menjadi 3 kelompok yaitu :12,14

    1. Siringoma periorbital (Periorbital Syrigoma)

    2. Siringoma eruptif (Eruptive syringoma, Eruptive hidradenoma,Disseminated

    syringoma)

    3. Varian lain : bentuk linear unilateral atau distribusi nevoid, terbatas linear,

    terbatas pada scalp, terbatas pada vulva, terbatas pada ekstremitas distal,

    lichen planus-like, tipe milia (milia like).

    Bentuk klinis tersering atau pada umumya ialah bentuk periorbital, dan

    tempat predileksi tersering mula timbul di periorbita inferior/kelopak mata bagian

    bawah. Lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria, dengan awitan usia

    tersering ialah pubertas, namun penulis lain menyebutkan dapat timbul pada

    kelompok usia manapun dan decade 2 dan 3 adalah kelompok usia yang paling

    umum dijumpai. Gambaran klinis lesi ialah papul-papul datar lunak/padat lunak,

    diameter l-2mm/2-3mm, dengan warna umumnya seperti wama kulit

    (Skincolored) atau sedikit kekuningan tapi dapat pula agak merah muda atau

    bahkan kecoklatan, yang tersebar khususnya di daerah kelopak mata, leher, serta

    dapat pula dalam bentuk generalisata yaitu pada dada, daerah epigastrik atau

    abdomen dan bahkan dapat pula di daerah penis, vulva serta jari-jari tangan.12

    Diagnosis banding klinis yang tersering ialah milia, kemudian dapat juga

    terbuka plana dan angiofibroma. atau hyperplasia sebease, xanthoma eruptif,

    hidrostoma dan akne vulgaris.l2

    Gambaran histopatologis siringoma ialah ditemukannya sjeumlah besar

    duktus kecil dalam stroma fibrosa dengan dinding terdiri dari 2 baris sel epitel

    yang pada banyak kasus sel-sel tersebut pipih atau gepeng, Kadang-kadang sel-sel

    epitel pada baris dalam tampak berongga (vacuolated). Lumen duktus

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • mengandung debris amorfik. Juga ditemukan adanya epitel strand yang solid dan

    basofilik diluar duktus. Kadang-kadang dekat epidermis dijumpai kista duktus

    yang didalam luminanya dipenuhi dengan keratin dan dibatasi dengan sel-sel yang

    mengandung granula keratohialin. Kista keratin ini menyerupai milia dan

    terkadang mengalami ruptur sehingga menimbulkan reaksi benda asing. Dalam

    keadaan jarang, sel-sel tumor tampak seperti clear cells sebagai akibat akumulasi

    glikogen. Untuk memastikan asal tumor yaitu diferensiasi ekrin dapat dibuktikan

    dengan pemeriksaan imunohistokimiawi. 12,13

    Pengobatan pilihan ilahan destruksi tumor, antara lain dengan cara

    kuretase,l2 dapat pula dilakukan kauterisasi kimiawi, biopsy plong, elektrodesikasi

    dan laser CO2 defocused beam. Beberapa teknik pengobatan siringoma

    belakangan ini banyak dikembangkan antara lain elektrodesikasi dengan

    menggunakan short burst high frequency low voltage intralesional dengan

    memakai elektroda jarum halus atau jarum epilasi, atau scanned CO2 laser7 dan

    kombinasi laser CO2 vaporisasi dengan aplikasi asam trikloroasetat 50

    memberikan hasil yang cukup memuaskan, tanpa jaringan parut da bebas lesi 24

    bulan hingga 4 tahun. Yang utama dalam penatalaksanaan siringoma ini ialah

    memberi keyakinan pada penderita bahwa kelainan ini tidak membahayakan

    sehingga tidak diperlukan tindakan agresif bila kelainannya masih sedikit

    disebutkan oleh satu penulis sebagai pilihan pengobatan yang kerap terbaik.l2

    TRIKOEPITELIOMA

    Trikoepitelioma adalah suatu tumor folikuler jinak apparatus pilosebaseus

    dapat berbentuk soliter maupun multipel. Tumor ini pertama kali dikemukakan

    oleh Brooke pada tahun 1892 dengan nama Epithelioma adenoids cysticum.

    Trikoepitelioma multipel biasanya diturunkan secara autosomal dominan.

    Sedangkan bentuk soliter biasanya non herediter. Lesi-lesi ini mulai muncul

    semasa anak-anak dan akan menetap dan bertambah banyak setelah dewasa.

    Umumnya dijumpai lebih banyak dari pada wanita dibandingkan pria.2 Tempat

    predileksi tersering adalah wajah terutama pada lipatan nasolabia, kelopak mata

    dan bibir atas. Selain itu dapat juga mengenai kulit kepala leher dan badan bagian

    atas. Tumor ini berukura antara 2 mm-3 cm, bentuk lesi dapat berupa papula,

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • nodul yang multipet permukaan halus, mengkilat warnanya seperti kulit normal

    dengan konsistensi padat. Distribusinya simetris dan untuk lesi yang lebih besar

    dapat berwarna kekuning-kuningan atau pink. Sedangkan bila lesi soliter secara

    klinik mirip karsinoma sel basal non ulserasi, atau perlu dicurigai sebagai

    karsinoma sel basal bila lesinya berulserasi atau tumbuh terus.2,5,9,10,14

    Sinonim dari Trikoepitelioma adalah epitelioma adenoids sistikum,

    trikoepitelioma papulatum multiplek, epitelioma sistikum begina multipet,

    adenoma sebacea of Balzer.5 Tumor ini diduga berasal dari sel basal pluriputensial

    yang berdiferensiasi ke arah struktur rambut sehingga diberi nama

    Trikoepitslioma. Penyakit ini diturunkan secara dominan autosom sekitar 50-66 %

    dari kasus ditemukan riwayat keluarga dengan penyakit seperti ini.4 Biasanya

    timbul pada masa kanak atau pubertas, meningkat sesuai umur, dan lebih sering

    terdapat pada wanita. Sebagai diagnosis banding trikoepitelioma adalah adenoma

    sebaseus, silindroma dan siringoma beberapa diantaranya mirip milia. Tumor ini

    meskipun asimtomatik, namun secara kosmetik sangatlah mengganggu

    penampilan penderita.2,5,14

    Pada pemeriksaan histopatologi, terdapat pulau-pulau epitel solid dengan

    palisade di perifer dan stroma finrosa matur yang terbatas tegas, kista-kista keratin

    serta pulau-pulau basaloid yang bagian tengahnya mengalami keratinisasi yang

    kasar kista keratin dikelilingi sarang epitel padat dan teruntai seperti renda.

    Strukfur epitel merupakan folikel-folikel rambut yang abortif,l3 Pengobatan

    trikoepitelioma bertujuan untuk pernaikan fungsional dan kosmetik. Cara yang

    dapat digunakan antara lain bedah eksisi, demabrasi, elektrodesikasi,

    elektrofulgurasi dan bedah beku dengan nitrogen cair. serta laser CO2.2,5,9,12,14

    VERUKA VULGARIS (KUTIL)

    Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang

    dewasa dan orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian

    ekstensor. Pada anak, lesinya timbul multiple dan cepat meluas, karena autokulasi

    atau garukan (fenomena koebner), sedang pada orang dewasa lesi ini jarang

    didapatkan dalam jumlah banyak. 2,4

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Pada keadaan awal, ukurannya biasanya hanya sebesar pentol jarum

    dengan permukaan halus dan mengkilat. Dalam waklu beberapa minggu atau

    bulan kian membesar dan permukaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu

    kecoklatan atau kehitaman. Kadang-kadang beberapa lesi bergabung satu sama

    lain, menimbulkan plak verukosa.4,5

    Pengobatan :2,4,9,14 Dapat dilakukan bermacam-macam tindakan yang bertujuan

    mendestruksi lesi.

    - Bedah listrik dengana naesteslio kal

    - Memakai bahan kaustik sseperti :

    Lanrtan perak nitrat 25% TCA (Trichlor Acetic Acid) jenuh Fenoil likuefaktum

    - Bedah scalpel (ekstirpasi)

    - Bedah beku :

    COz N 2 N2O

    Prognosis :14 Baik tetapi penyakit sering residif walaupun telah dilakukan

    pengobatan yang adekuat.

    KERATOSIS SEBOROIKA

    Keratosis seboroika adalah tumor jinak kulit yang berasal dari proliferasi

    epidermis dan keratin menumpuk diatas permukaan kulit sehingga memberikan

    gambaran yang (menempel) sering dijumpai pada orang tua usia 40-50 tahun

    keatas, terutama pada oftulg berkulit putih.15

    Etiologi tidak diketahui pasti, diduga ada kecenderungan familial dan

    diturunkan secara autosomal dominan. Beberapa pendapat mengklasifikasikan

    seperti nevus epidermal pada stadium lanjut oleh karena memiliki gambaran klinis

    dan histologis yang sama. Kreatosis Seboroika dapat merupakan komponen dari

    sindroma Leser-Trelat yang banyak dan cepat berkembang, disertai gatal, kegasan

    pada saluran cerna, leukemia dan limfoma.l6

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Keratosis Seboroika biasanya dimulai dengan lesi datar, berwarna coklat muda

    sampai tua, berbatas tegas dengan permukaan licin seperti lilin atau hiperkeratotik

    bisa mengelupas berulangkali. Diameter lesi bervariasi biasanya antara beberapa

    milimeter sampai 3 cm. Lama kelamaan lesi akan menebal, dan memberi

    gambaran yang khas yaitu menempel (stuck on) pada permukaan kulit. Lesi yang

    telah berkembang penuh sering tampak mengalami pigmentasi yang gelap dan

    tertutup oleh skuama berminyak. Bentuk klinis yang lain berupa nodul soliter

    berwarna coklat kehitaman dengan tumpukan keratin. Bentuk seperti papel kecil

    bertangkai biasanya pada leher dan daerah aksila. Predileksi pada daerah

    seroboika yaitu dada punggung, perut, wajah dan leher.15

    Makna klinis dari penyakit ini adalah bersifat kosmetik (gangguan

    penampilan) dan juga mungkin mengacaukan dengan lesi yang mungkin

    membahayakan/keganasan (diagnosis bandingnya).15,16 Secara histopatologis

    epidermis mengalami hiperkeratosis, akantosis dan papilomatosis dengan batas

    bawah tumor terletak segaris dengan epidermis normal. Epidermis yang

    mengalami akantosis memperlihatkan pola seluler yang terorganisasi dengan baik,

    terutama proliesasi sel basal dengan keratin. Pada lembaran Jembaran akantoik

    juga dijumpai peningkatanm elanosit dan pigmen yang bervariasi.l3

    Diagnosis banding adalah Melanoma maligna, epitelioma sel basal

    berpigmen dan nevus pigmentosus. Gambaran pembeda utama bahwa keratosis

    seboroika hampir selalu ditutupi oleh suatu penutup keratin yang dapat dilepaskan

    dengan kuku tangan.l3,15,16

    Karena letaknya yang superfisial pengobatannya mudah dihilangkan

    dengan kuretase, having, elektrodesikasi,eksisi, dermabrasi, bedah beku dengan

    nitrogen selama 15-25 detik dan laser.15,16

    Prognosis umumnya baik, lesi tidak pernah berubah menjadi ganas.16

    SKIN TAG

    Diantara sekian banyak tumor jinak kulit, salah satu tumor jinak kulit yang

    ditemukan adalah skin tag. Skin tag adalah tumor jinak kulit yang berasal dari

    jaringan ikat. Banyak didapat pada usia pertengahan dan orangtua, umumya pada

    wanita. Faktor penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui. Faktor

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • predisposisi antara lain obesitas dan kehamilan. Kelainan ini sering pada daerah

    intertriginosa (aksila, inframemmae, lipat paha) tetapi pada umumnya di daerah

    leher.2,5,14

    Sinominmnya antara lain Acrochordon, Cutaneous papilloma (1), Soft

    warts (2), Fibroma durum (3), Fibroma molle (5), Cutis pendula (6),

    Fibroepityhelial polyps (7), Fibroma pendularis (8), Soft fibroma (9). Pada

    gambaran klinis didapatkan bentuk lesi bulat/oval, bertangkai, biasanya melekat

    pada dasar kulit, lunak tidak elastis dengan ukuran < 1,0 mm sampai > l0 mm.

    berwarna kuning kecoklatan atau merah daging. Gambaran histologi ditemukan

    epidermis tipis, lapisan sel basal rata dan kadang mengalami

    hiperpigmentasi.2,5,9,16

    Diagnosis bandingnya dengan keratosis seboroik nevus melanosit,

    moluskum kontagiosum, colored dermal nevocytic nevi.2,9,14

    Pengobatan yang paling mudah dan tanpa anestesi adalah dengan scissor

    snip excision. Lesi kecil dapat diterapi dengan elektrodesikasi atau cryoherapy.

    Untuk lesi yang > 2 cm, harus dieksisi. Kadang-kadang dapat terjadi resolusi

    spontan, tetapi biasanya menetap dalam waktu lama kecuali jika mendapat

    pengobatan.2,9,14

    KISTA EPIDERMAL2,5,4,13,14

    Sinonim : Kista epidermoid, kista epitelial, kista keratin.

    Defenisi : Kista epidermal adalah bentuk kista yang paling sering terjadi, berasal

    dari proliferasi sel-sel epidermis dan berisi keratin.

    Epitemiologi : Jarang dijumpai pada kanak-kanak, tetapi sering terjadi pada

    dewasa muda dan usia pertengahan. Mengenai pria dan wanita dengan frekuensi

    yang sama.

    Etiologi : Kista epidermal biasanya merupakan akibat inflamasi di sekitar folikel

    sebasea, atau akibat implantasi fragmen epidermis karena trauma tusuk.

    Manifestasi Klinik : Kista ini sering ditemukan pada daerah yang banyak

    kelenjar sebaseanya, seperti pada wajah, leher, dada punggung, kulit kepala. Lesi

    berupa nodul bentuk kubah dengan diameter bervariasi, permukaannya licin,

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • mudah digerakkan dari dasarnya tetapi biasanya melekat pada kulit diatasnya.

    Dapat tunggal atau multipel, konsistensinya keras, dan hilang pada penekanan.

    Kulit di atasnya tampak normal, berwarna pucat atau kekuningan,

    pertumbuhannya lambat, dan asimtomatik. Isi kista berupa masa seperti keju dan

    berbau.

    Histopatologi : Dinding kista tersusun dari epidermis dengan stnrktur yang sama

    dengan epidermis pada permukaan kulit dengan stratum granulosum yang jelas.

    Lumen kista berisi bahan keratin yang tersusun berlapis-lapis.

    Diagnosis Banding : Kista pilaris, steatkistoma simpleks/multipleks, lipoma.

    Pengobatan : Pada umumnya kista epidermis tidak memerlukan pengobatan

    apapun. Bila menimbulkan gangguan dapat dilakukan eksisi atai diseksi seluruh

    dinding kista dengan insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh.

    Destruksi dinding kista dengan kuret, cairan kimiawi, atau elektrodesikasi

    memberikan hasil yang kurang memuaskan.

    Prognosis : Kista epidermal yang tidak diobati kadang-kadang dapat mengalami

    transformasi granulomatosa dan mengalami resolusi dengan meninggalkan parut

    dermal fokal yang kecil. Jarang sekali terjadi transformasi maligna.

    KISTA TRIKILEMAL2,5,9,13,14

    Sinonim : Kista pilaris, kista sebaseus.

    Defenisi : Kista trikilemal merupakan suatu kista yang berisi keratin, tersusun

    oleh suatu epitel yang menyerupai selubung luar akar rambut, dapat diturunkan

    secara autosomal dominan (Gambar 16.2)

    Epidemiologi : Biasanya tampak pada usia pertengahan. Wanita lebih sering

    terkena daripada pria.

    Etiologi : Dinding kista berasal dari selubung luar akar rambut yang mengelilingi

    bagian bawah folikel rambut.

    Manifesasi Klinik : Basanya terjadi pada kulit kepala. Secara klinis sulit

    dibedakan dengan kista epidermal, tetapi kista ini lebih mudah dienukleasi dan

    isinya lebih keratinosa dan tidak begitu berlemak serta kurang berbau

    dibandingkan isi kista epidermis.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Histopatologi : Tampak dinding kista dibatasi beberapa lapis sel epidermis yang

    berbentuk kuboid yang tersusun palisade tanpa stratum granulosum dan jembatan

    interseluler. Sel epitel yang berbatasan dengan isi kista membengkak dan berisi

    sitoplasma yang berwarna pucat. Isi kista berupa material eosinofilik yang

    homogen.

    Diagnosis Banding : Kista epidermal, Silindroma, Lipoma.

    Pengobatan : Terapi untuk kista trikilemal sama dengan kista epidermal.

    Prognosis : Baik, jarang mengalami transformasi maligna.

    MILIUM2,5,9,13,14

    Defenisi : Milium merupakan kista keratin subepidermal yang kecil, terutama

    terjadi pada wajah, khususnya periorbital. Berasal dari epidermis atau adneksa,

    dapat terjadi secaa primer (Gambar 16.3) atau sekunder.

    Epidemiologi : Sering dijumpai pada orangtua, namun dapat terjadi pada bayi

    baru lahir. Lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria.

    Etiologi : Penyebab milia primer ridak diketahui, kemungkinan berasal dari

    folikel pilosebaseus. Sedangkan milia sekunder biasa terjadi dari retensi kista

    setelah berbagai dermatosis, dianggap berasal dari folikel rambut, kelenjar

    keringat, kelenjar sebasea atau epidermis.

    Histopatologi : Gambaran mikroskopisnya mirip dengan kista epidermal, hanya

    berbeda dalam ukurannya. Pada suatu potongan serial, milium primer dapat

    tampak berhubungan dengan suatu velus folikel rambut, sedangkan milium

    sekunder tampak berhubungan dengan susunan epitel induk.

    Diagnosis Banding : Akne pustulosa, Molluskum kontagiosum, Hiperplasi

    sebassa.

    Pengobatan : Insisi dan ekspresi isi milium.

    Prognosis : Milia merupakan lesi yang murni jinak dan hanya menyebabkan

    problema kosmetik.

    KISTA DERM0ID2,5,9,13,14

    Sinonim : Kista dermoid brankhiogenik

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Defenisi : Kista dermois (Gambar 16.4) merupakan kista yang berasal dari

    ektodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan berisi apendiks

    kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.

    Epidemiologi : Kista dermoid jarang terjadi, mengenai pria dan wanita sama

    banyaknya, namun ada pendapat lain yang mengatakan lebih banyak dijumpai

    pada pria.

    Etiologi : Kista ini berkembang dari sekuesterasi epitel sepanjang garis fusi

    embrionik.

    Manifestasi Klinik : Berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter berukuran l-

    4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan di bawahnya. Pada

    perabaan, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal, dan secara

    makroskopis isi kista berupa material keratin yang berlemak dengan rambut, juga

    kadang-kadang tulang, gigi atau jaringan syaraf. Lokasi tumor biasanya pada

    kepala dan leher, pada garis fusi embrionik kadang juga pada ovarium.

    Histopatologi : Tampak dinding kista berupa epidermis dengan apendiksnya yang

    sudah sempurna perkembangannya, sehingga sering dijumpai adanya olikel

    rambut yang tumbuh ke dalam lumen kista. Sedangkan dermis mengelilingi kista,

    dan mengandung kelenjar sebasea, kelenjar ekrin dan kadang-kadang apokrin.

    Diagnosis Banding : Kista epitel lainnya,

    Glioma

    Ensefalokel

    Pengobatan

    Eksisi total. Bila terdapat traktus sinus maka harus dilakukan eksplorasi dan eksisi

    guna mencegah rekurensi.

    Prognosis

    Bila eksisi dilakukan secara komplit, maka hasilnya bersifat kuratif.

    STEATOKISTOMA2,5,9,13,14

    MULTIPLEKS

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Sinonim : Sebokistomatosi Gunther, Steatokistoma

    Defenisi : Steatokistoma multipleks merupakan suatu penyakit yang khas,

    ditandai dengan adanya kista dermis multipel yang berisi sebum dan dibatasi oleh

    epitel yang berisi folikel sebasea. Ditusunkan secara autosomal dominan.

    Epidemiologi : Biasanya dimulai pada usia pubertas atau saat dewasa muda. Pria

    lebih sering terkena dari pada wanita.

    Etiologi : Dahulu dianggap sebagai kista inklusi keratin atau sebaseus. Saat ini

    steatokistoma dianggap suatu hamartoma dan merupakan varian dari kista

    dermoid atau kista rambut vellus.

    Manifestasi klinis : Lesi dapat timbul saat lahir atau beberapa saat kemudian.

    Secara klinis tampak nodul kistik asimtomatik dengan konsistensi lunak sampai

    keras, melekat pada kulit di atasnya, berwarna kekuningan dengan permukaan

    halus dan bila lesi ditusuk akan keluar cairan kuning berminyak seperti keju.

    Ukurannya bervariasi, dari beberapa mm sampai 3cm, namun biasanya jarang

    lebih dari 1,5 cm. Pada umumnya lesi terletak pada daerah sternum, aksila lengan,

    dan daerah skrotum.

    Hitopatologi : Secara mikroskopis, kistal tampak sebagai lapisan epitel skuamosa

    tanpa lapisan granuler. Kistal biasanya terlipat. Ciri khas yang tampak berupa

    lapisan non seluler yang tebal, eosinofilik, homogen, yang melapisi epitel pada

    sisi lumen. Dinding kistal sering terdiri dari struklur adneksa terutama kelenjar

    sebaseus atau folikel rambut abortif. Ruang kista dapat berisi rambut lanugo.

    Diagnosis banding : Kista dermoid, Kista Epidermoid multipel,

    Neurofirbomatosis, Adenoma sebasea, Lipoma.

    Pengobatan : Pengobatan yang terbaik adalah dengan eksisi. Tetapi karena

    jumlahnya yang banyak, metode tersebut kadang tidak dapat dilaksanakan.

    Sebagai alternatif dilakukan insisi dan ekspresi isi kista, namun hal ini sering

    menyebabkan rekurensi setelah beberapa bulan.

    KISTA GARTINER

    Kista Gartner dengan nama lain kista duktus Gartner atau kista Gartnerian adalah

    tumor kistik vagina yang bersifat jinak, berasal dari sisa duktus Gartner (duktus

    epoophoron longitudinalis ) atau the embryonic mesonephros maupun sistim

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • duktus Wolffian. Kista ini timbul dari bagian terminal duktus Wolffian yang

    berkembang akibat adanya penyumbatan sekret yang dihasilkan duktus tersebut.

    Kista duktus Gartner berdinding tipis dan translusen yang terdiri dari epitel

    gepeng berlapis atau epitel kolumnar atau dapat kedua-duanya. Tumor ini

    biasanya terdapat pada dinding vagina dan jarang terjadi pada daerah labia minora

    klitoris atau himen.17

    Secara klinis kista duktus Gartner biasanya asimptomatik dengan ukuran

    diameter tidak lebih dari 2 cm, tetapi pernah dilaporkan adanya giant Gartner duct

    cyst pada dinding vagina yang berukuran 16 x 15 x 8 cm dengan gejala klinis

    berupa disparenia.l8

    Diagnosa Khista duktus Gartner didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik

    dan histopatologi. Tanda karakteristik kista ini terletak pada vulva bagian lateral

    dan biasanya soliter serta berdinding tipis yang mengandung cairan jernih, secara

    mikroskopis didapatkan epitel kuboid.19

    Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah kista meotelial

    (hidrokel=Cyst of the Canal of Nuck). Cyst of the Canal of Nuck merupakan kista

    pada vulva yang jarang ditemukan, kista tersebut timbul akibat dilatasi labia

    mayora dan labia minora serta akibat meluasnya kantung peritoneal dari saluran

    inguinal ke dalam vulva, cairan peritoneal dapat terakumulasi pada kantung

    peritoneal tersebut.19

    Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu menegakkan diagnosis kista

    Gartner, karena memberikan gambaran karakteristik berupa masa noduler yang

    berbatas tegas dan berdinding tipis dengan intensitas gema yang tidak ekhoik.

    Rasines LG dan kawan-kawan (tahun 1998) dalam penelitiannya di Spanyol

    mendapatkan 2 kasus kista Garfner yang dilakukan dengan pemeriksaan

    transrectal sonography, hasil pemeriksaan tersebut dikonfirmasi dengan

    pembedahan dan pemeriksaan histopatologi. Pengobatan kista Gartner dengan

    ekstirpais.17,19

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • LIMFANGIOMA2,4,5

    Definisi : Linfangioma merupakan malformasi pembuluh limfatik yang biasanya

    terjadi setelah lahir, secara klinis dan histopatologi diklasifrkasikan menjadi 3

    bentuk:

    1. Limfangioma sirkumskripta lokalisata (limfangioma simpleks)

    2. Limfangioma sirkumskriptum (tipe klasik)

    3. Limfangioma kavernosa

    Epidemiologi : Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Tidak dijumpai adanya

    predileksi jenis kelamin. Biasanya berhubungan dengan anomali kongenital

    lainnya. Kebanyakan lesi timbul saat lahir atau dalam tahun pertama kehidupan,

    namun awitannya dapat juga lambat.

    Etiologi : Penyebab yang pasti tidak diketahui, dianggap sebagai kelainan

    perkembangan.

    LIMFANGIOMA SIRKUMSKRIPTA LOKALISATA2,4,5

    Manifestasi Klinik :Lesi timbul saat bayi, berupa bercak soliter, kecil, dengan

    diameter kurang dari l cm, terdiri dari vesikel-vesikel berdinding tabel, berisi

    cairan limfe, dan menyerupai telur katak. Bila tercampur darah, lesi dapat

    berwarna keunguan.

    Histopatologi : Tampak adanya dilatasi kistik dari pembuluh limfe yang

    dindingnya dibatasi oleh selapis endotel yang terdapat pada dermis bagian atas.

    Ketebalan epidermis bervariasi, pada beberapa kista limfe, epidermisnya menipis;

    sedangkan yang lain dapat menunjukkan akantosis, papilomatosis, hiperkeratosis,

    dan pertumbuhan ke bawah yang ireguler.

    LIMFANGIOMA SIRTKUMSKRIPTA (TIPE KLASIK)2,4,5

    Manifestasi Klinik : Lesi timbul saat lahir atau pada awal kehidupan, ditandai

    oleh satu atau beberapa bercak besar dengan vesikel-vesikel jernih, dapat dalam

    jumlah sangat banyak. Dinding vesikel tampak lebih tipis dan sering disertai

    edema yang difus pada jaringan subkutis di bawahnya, bahkan kadang-kadang

    edema seluruh ekstremitas yang terkena. Lokasi lesi sering pada daerah aksila,

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • lengan, dada lateral, sekitar mulut dan lidah. Beberapa vesikel dapat berisi darah

    dan kadang-kadang permukaan lesi dapat verukosa.

    Histopatologi : Tampak gambaran yang mirip dengan limfangioma sirkumskripta

    lokalisata. Hanya derajat hiperkeratosis dan papilomatosisnya lebih nyata, juga

    dilatasi pembuluh limfenya lebih luas sampai dermis bagian bawah dan lemak

    subkutan. Pembuluh limfe pada lemak subkutan sering berukuran besar dan

    dindingnya dilapisi otot.

    LIMDANGIOMA KAVERNOSA2,4,5

    Manifestasi Klinik : Lesi berupa suatu pembengkakan jaringan subkutan yang

    sirkumskripta atau difus, dengan konsistensi lunak seperti lipoma atau kista.

    Paling sering dijumpai di sekitar dan di dalam mulut. Limfangioma kavernosa

    sering terdapat bersama-sama dengan limfangioma sirkumskripta. Bila mengenai

    pipi, lidah, biasanya murni merupakan limfangioma kavernosa.Tapi bila terletak

    pada leher, aksila, dasar mulut, mediastinum biasanya kombinasi, dan disebut

    higroma kistik.

    Histopatologi : Ditandai dengan adanya kista-kista yang besar dengan bentuk

    ireguler, dindingnya terdiri atas selapis sel endotel dan terletak pada jaringan

    subkutan. Periendotel jaringan konektif dapat tersusun oleh stroma yang longgar,

    atau padat, bahkan dapat fibrosa.

    Diagnosa banding : Limfangioma simpleks : Erupsi herpetik, nevtrs verukosus

    liner, Limfangioma sirkumskripta: Hipertrofi kongenital, Higroma kistik: Kista

    brankhiogenik, Lipoma, Kista duktus tiroglosus.

    Pengobatan : Pengobatan pilihan adalah secara pembedahan. Pada limfangioma

    simpleks dan kistik dapat dieksisi dengan mudah; sedangkan pada limfangioma

    sirkumskripta sering rekuren, karena adanya kecenderungan batasnya yang tidak

    tegas serta adanya abnormalitas sistem limfatik di bawah lesi.

    Prognosis : Jarang terjadi involusi spontan.

    KERATOAKANTOMA

    Keratoakantoma (KA) adalah suatu tumor kulit jinak yang diyakini timbul

    dari folikel rambut dengan pertumbuhan cepat dan dengan gambaran histologik

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • yang menyerupai karsinoma sel skuamosa. KA margintum sentrifugum (KMS)

    merupakan varian KA yang memperlihatkan pertumbuhan tepi tumor mencapai

    diameter 20 cm, dan jarang terjadi resolusi spontan. Sinonim KA marginatum

    sentrifugum adalah agregated KA, coral-reef KA, nodulovegetating KA, KA

    sentrifugum, KA sentrifugum Miedzinki dan Kozakiewisz. KMS terutama

    menyerang pria dan wanita di atas usia pertengahan dengan predileksi pada wajah,

    badan dan ekstremitas. Saat ini baru 30 kasus yang dilaporkan.20,2l

    Keratoakantoma terjadi terutama pada daerah terpajan sinar matahari.

    Gambaran klinis dibagi menjadi 3 stadium, yaitu : ploliferatif, matur dan resolusi.

    Pada fase proliferatif tampak papul keras, permukaan hemisferik dan halus,

    membesar dalam 2-4 minggu. Tepinya berwarna sama dengan kulit atau sedikit

    eritematosa, kadang-kadang tampak telangiektasis. Pada KMS nodus tumbuh

    cepat, ukurannya dapat mencapai 20 cm. Lesi mengalami resolusi setelah 6-

    12bulan lebih lama dibandingkan dengan KA yang biasanya mengalami resolusi

    setelah 2-6 bulan. Predileksi KA sentrifugum adalah dorsum tangan dan kaki.20,21

    Etiologi kelainan ini masih belum jelas. Sinar matahari diduga kuat

    menjadi penyebab selain kelainan genetik (misalnya xeroderma pigmentosum),

    sinar X, preparat ter, virus dan trauma.20

    Gambaran histologik KA dibagi menjadi 3 fase. fase pertama adalah fase

    proliferarif, tampak invaginasi epidermis yang berisi lapisan tanduk, dan lapisan

    epidermis ke dermis ini akan tampak seperti karsinoma, terdiri atas sel-sel

    skuamosaa tipik dengan mitosis multipel.l3

    Fase kedua adalah fase matur,eosinofik dan glassy tanpak lebih

    menonjol,banyak keratinosit mengalami nekrosis,kadang tanpak mikroabses yang

    terdiri atas neutrofil dan sedikit eosinofil.Mutiara tanduk khas pada karsinoma sel

    skuamosa juga dapat dijumpai.Pada dermis tampak infiltrat campuran antara

    limfosit dan histiosit, eosinofil, neotrofil, dan sel plasma.13,21

    Fase involusi sebagai fase ketiga, Lesi menjadi datar dan kawahnya makin

    berkurang,seluruh sel pada dasar kawah mengalami keratinisasi.Pada dermis

    tampak infiltrat yang mungkin mengandung histiosit berinti banyak, yang dapat

    dianggap sebagai granuloma benda asing karena keratin.Pada bagian bawah KA

    akan tampak jaringan granulasi dengan fibrosis pada dasarnya.l3,21

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Biopsi dilakukan menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan

    karisoma sel skuamosa.21

    KMS dapat sembuh spontan,tetapi pengobatan harus dilakukan karena

    beberapa alasan. Terapi mempercepat resolusi atau penyembuhan, mencegah

    perkembangan cepat atau penyerangan struktur tubuh penting, dan memperbaiki

    hasil kosmetis secara keseluruhan.2l

    Terapi KA dibagi menjadi dua yaitu terapi bedah dan nonbedah.Terapi

    bedah, misalnya eksisi shove, kuretas sederhana, bedah mikrografik, bedah beku,

    dan laser. Sedangkan terapi nonbedah dapat diberikan radioterapi, imunosupresan

    (5-fluorourasil, metotreksat, bleomisin), etertrinat, atau interferon a.20

    DERMATOFIBROMA2,4,5,13

    Sinonim: Histiositoma kutis, Histiositoma fibroma Hemangioma skelerosing.

    Definisi: Dermatofibroma merupakan nodul derma jinak yang dibentuk oleh

    proliferasi fokal fibrolas atau histiosit. Lebih tampak sebagai proses reaktif

    daripada neoplasma yang sebenarnya. Biasanya berhubungan dengan proliferasi

    ringan dari epidermis diatasnya.

    Epidemiologi: Sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan, tetapi dapat

    terjadi pada semua usia dan wanita lebih banyak dari pada pria.

    Etiologi: Tidak diketahui, diduga dari proses reaktif terhadap trauma seperti

    tusukan jarum, garukan, atau gigitan nyamuk.

    Manifestasi klinik: Ditandai adanya nodul intrakutan yang lonjong sampai bulat,

    soliter, dapat pula multipel, konsistensi keras, berwarna coklat tua kemerahan atau

    kadang-kadang kekuningan, dengan dengan diameter biasanya kurang dari 1 cm.

    Permukaannya agak menonjol, berbentuk kubah, tetapi kadang-kadang tumor

    akan melekuk kebawah permukaan kulit dan melekat erat pada kulit di atasnya,

    tetapi mudah digerakan dari jaringan di permukaan lesi dapat halus atau sedikit

    kasar dan sedikit berkuama.

    Tumor dapat dijumpai pada semua bagian tubuh, namun paling sering

    dijumpai pada ekstremitas, khususnya pada permukaan anterior kaki. Secara

    subyektif tumor ini asimtomatik,tidak ada perubahan selama perjalanan klinik dan

    biasanya menetap walaupun kadang-kadang dijumpai adanya involusi spontan.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Histopatologi :Menunjukan gabungan dari fibroblas,kolagen muda, kolagen

    matur,kapiler dan histiosit.

    Pada dasarnya dermatofibroma dapat dibedakan dalanm dua bentuk yaitu

    bentuk fibrosa yang tersusun sebagian besar oleh fibroblas dan kolagen;serta

    bentuk seluler yang tersusun sebagian besar oleh figosit yang berupah istiosit.

    Jarang ditemukan bentuk campuran.Yang sering dijumpai adalah bentuk fibrosa.

    Beberapa ahli menambahkan bentuk lain yaitu bentuk vaskuler yang tersusun

    sebagian besar oleh kapiler sehingga di kenal sebagai hemangioma sklerosing.

    Epidermis diatas lesi mengalami hiperplasi, pemanjangan rete ridge yang

    reguler dan hiperpigmentasi sel-sel basal, sehingga perubahan epidermis ini mirip

    dengan keratosis seboroika atau epitelioma sel basal.

    Sel-sel fibroblas pada dermatofibroma tampak berinti memanjang dengan

    sitoplasma sangat sedikit,kebanyakan serabut kolagen masih mudah,dan tersusun

    individual tidak dalam kelompok. Serabut kolagen ini tersusun berhubungan satu

    sama lain beranastomosis sehingga berbentuk seperti anyaman.

    Pada dermatofibroma seluler, sel-selnya berinti bulat atau lonjong dan

    besar serta sitoplasma yang jelas, kadang-kadang dijumpai timbunan lipid atau

    hemosiderin pada sel-sel tersebut sehingga ditemukan bentuk sel raksasa Touton.

    Diagnosis banding: Histiositoma, Leiomioma, Neurofibroma, Keloid, Nevu

    nevositik.

    Pengobatan: Pada umumnya lesi tidak memerlukan pengobatan. Namun bila

    diperlukan dapat dilakukan aksisi atau injeksi steroid lokal.

    Prognosis: Baik

    KELOID2,4,5,13,14

    Sinonim: Cheloid

    Definisi: Keloid merupakan pertumbuhan berlebihan dari jaringan fibrosa, padat,

    biasanya terbentuk setelah penyembuhan luka kulit. Jaringan ini meluas

    melampaui batas-batas luka asli,tidak mengalami regresi spontan, dan cenderung

    tumbuh kembali sesudah eksisi.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Epidemiologi:Terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, puncaknya

    antara usia l0 - 30 tahun. Mengenai pria dan wanita dengan perbandingan yang

    sama. Lebih sering terjadi pada individu berkulit hitam.

    Etiologi:Masih diperdebatkan, namun diduga trauma dan proses peradangan pada

    dermis merupakan faktor terpenting yang berperan pada timbulnya keloid.

    Beberapa faktor lain yang diketahui berpengaruh pada timbulnya keloid.

    1. Herediter dan ras. Pada bangsa Negro dan ras berkulit gelap,keloid lebih

    sering terjadi daripada bangsa berkulit putih.

    2. Umur dan faktor endokrin.Keloid sering timbul pada usia muda dan sering

    pada kaum wanita.

    3. Jenis luka.Keloid lebih sering terjadi setelah adanya luka trauma karena

    panas atau bahan kimia, misalnya terbakar juga proses peradangan yang

    lama sembuhnya.

    4. Lokasi trauma.Luka dan peradangan yang terjadi pada daerah presternal,

    kepala,leher,bahu,dan tungkai bawah lebih mudah terkena keloid.

    Diperkirakan karena besarnya regangan kulit.

    Manifestasi klinik:Lesi berupa papul, nodul, tumor keras, tidak teratur, berbatas

    tegas, menebal, padat, berwarna coklat, merah muda dan merah. Lesi yang masih

    awal biasanya kenyal, permukaannya licin, seperti karet dan sering disertai rasa

    gatal. Sedangkan pada lesi yang lanjut biasanya sudah mengeras, hiperpigmentasi,

    dan asimtomatik.

    Histopatologi: Menunjukkan adanya hialinisasi serabut kologen yang tersusun

    melingkar.

    Diagnosis banding: Parut hipertrofi, Dermatofibroma, Dermatofibrosarkoma

    protuberans.

    Pengobatan: Ada beberapa cara yang dapat digunakan pada pengobatan keloid

    antara lain:

    1. Kortikosteroid intralesi

    Dosis 10 mg/ml dengan interval 4 minggu, bila tidak berespons dapat

    diberikan 40 mg/ml.

    2. Bedah eksisi

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Angka dekudensi yang ditimbulkan dengan bedah eksisi saja cukup tinggi.

    Namun bila bedah eksisi diikuti dengan perban tekan dan kombinasi

    kortikosteroid intralesi akan memberikan hasil yang lebih baik.

    3. Tekanan

    Bermacam-macam tekanan dapat digunakan, termasuk pakaian yang

    mempunyai gradasi tekan,yang penting ringan dan berpori, dipakai selama

    12 - 24 jam hart selama 12-24 bulan, atau sampai jaringan parut tidak

    merah lagi.

    4. Bedah beku

    Bedah beku dengan nitrogen cair saja tidak efektif, namun bila

    dikombinasi dengan kortikosteroid intralesi dapat sangat efektif.

    Prognosi: Keloid tidak dapat mengalami resolusi spontan, tetapi dengan

    pengobatan yang sesuai progresinya dapat dihambat.

    GRANULOMA PIOGANIKUM 2,4,5,13,14

    Sinonim: Granuloma teleangiektatikum, botyomycoma.

    Defrnisi: Granuloma piogenikum merupakan pertumbuhan vaskuler jinak

    akuisitas yang biasanya terjadi pada tempat yang kena trauma terdiri dari

    proliferasi kapiler pada stroma yang longgar.

    Epidemiologi: Dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering mengenai anak-

    anak, dewasa muda, dan orang hamil.

    Etiologi: Tidak diketahui, dipostulasikan sebagai produksi jaringan granulasi

    yang tidak terkontrol selama fase penyembuhan. Diduga dipengaruhi oleh faktor

    hormonal dan trauma.

    Manifestasi klinis: Lesi tampak sebagai papul atau nodul, soliter, halus, tidak

    bertangkai atau sedikit pedunkuler, berwarna merah gelap sampai keunguan.

    Permukaannya dapat tampak halus, lembab, atau rapuh dan mudah berdarah

    dengan trauma ringan, serta akan tumbuh lagi bila terpotong. Kadang-kadang

    tampak sebagai kelompok lesi-lesi kecil yang multipel.Granuloma piogenikum

    dapat terjadi dibagian tubuh manapun, namun paling sering terjadi pada jari-jari,

    wajah, dan rongga mulut.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Histopatologi: Ditandai adanya suatu hemangioma proliferatif kapiler dengan sel-

    sel endotel yang membengkak dan stroma edematosa di sekitarnya dengan

    gambaran musinosa. Lesi yang telah berkembang penuh menunjukan infiltrat

    peradangan netrofil. Dan pada lesi yang sudah lanjut terjadi fibrosis pada dermis.

    Darah ini dikelilingi oleh koloret epidermal.

    Diagnosis banding: Hermangiomakapiler, Sarkomakaposi, Tumor glamus,

    Keratoakantoma.

    Pengobatan: Eksisi lesi dan elektroresikasi yang diikuti kuretase biasanya

    memberikan hasil yang adekuat. Sebagai alternatif dapat pula dilakukan metode

    destruktif lainnya yang berupa bedah beku, kauterisasi, atau terapi leser.

    Prognosis: Baik, bila dilakukan eksisi total biasanya tidak mengalami rekurensi.

    HEMANGIOMA4,22

    Hemangioma adalah tumor jinak pembuluh darah yang terdiri dari prolifelasi sel-

    sel endotel, yang dapat terjadi pada kulit membrana mukosa, dan organ-organ

    lain.

    Secara histopatologis dapat dibedakan menjadi hemangioma kapiler,

    hemangioma kavernosa dan campuran.

    Hermangioma kapiler terdiri dari pembuluh darah kecil dan superfisial,

    lunak serta hilang pada penekanan.Termasuk dalam kategori ini adalah nevus

    flameus, hemangioma strawberi. Sedangkan hemangioma kavernosa mengenai

    pembuluh darah yang lebih besar dan lebih dalam, serta warnanya lebih gelap

    dibandingkan hemangioma kapilaris.

    NEVUS FLAMEUS 2,13,22

    Sinonim : Port-wine stain, Nevus teleangiektatik.

    Definisi: News flamer merupakan malformasi vaskuler kongenital yang terdiri

    dari latasi pembuluh darah matur di dermis, biasanya unilateral, dan pada

    umumnya mengenai dahi, kelopak mata glabela, dan tengkuk. Dapat pula

    merupakan manifestasi dari sindroma lain yang mengenai kulit dan organ-organ

    lain.

    Epidemilogi: Mengenai 0,3% bayi baru lahir.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Etiologi: Penyebab yang pasti tidak diketahui, diduga disebabkan oleh kelemahan

    lokal dinding kapiler sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah. Pada nevus

    flameus tidak terdapat proliferasi endotel, sehingga bukan merupakan angioma

    yang sesungguhnya.

    Manifestasi klinik: Nevus flameus pada umumnya timbul sejak lahir, dengan lesi

    yang berupa makula terbatas tegas, berwarna merah mudah sampai keunguan,

    berukuran sekitar 1 cm sampai beberapa cm, bahkan dapat mencapai separuh

    badan, biasanya unilateral,dan menetap selama hidup. Malformasi biasanya

    terbatas pada kulit, tetapi dapat berhubungan dengan sindrom lain.

    Ada dua bentuk nevus flameus yaitu:

    1. Nevus flameus yang terletak di medial. Lesi berwarna merah, bila terletak pada kelopak mata atas, glabela, dahi,

    regionasolabial biasanya bersifat sementara, dan cenderung mengalami regresi

    spontan setelah 1-2 tahun, disebut salmon patch. Sedangkan yang terletak

    pada tengkuk, bersifat menetap dan di sebut stork bite.

    2. Nevus flameus yang terletak di lateral. Biasanya tampak di lateral wajah, tetapi kadang-kadang juga terdapat pada

    ekstremitas. Lesi pada awalnya berupa makula merah, namun kemudian

    menjadi papula dan berwarna ungu kemerahan. Lesai kan menetap seumur

    hidup dan sering kali menjadi lebih nyata. Kadang-kadang berhubungan

    dengan sindrom lain.

    Nevus flameus pada wajah biasanya berhubungan dengan sindrom Sturge

    Weber, sedang yang terletak pada ekstremitas biasanya berhubungan dengan

    sindroma Klippel-Trenaunay.

    Histopatologi: Tidak dijumpai adanya gambaran yang spesifk. Pada lesi lanjut

    hanya dijumpai dilatasi vena pada papila dermis. Tidak tampak proliferasi sel-sel

    endotel.

    Pengobatan: Pengobatan pada nevus flameus masih belum memuaskan. Saat ini

    pengobatan pilihan adalah memakai laser, baik laser argon ataupun tunable dye

    laser. Sebagai pengobatan alternatif dapat digunakan eksisi dan Grafting pada lesi

    yang kecil. Sedangkan pada lesi yang lebih besar dapat disamarkan dengan krim

    penyamar, seperti Covermark dan Dermablend.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • HEMANGIOMA STRAWBERI4,13,22

    Sinonim: Hemangioma strawberi merupakan tomor vaskuler jinak yang terdiri

    dari kapiler-kapiler dengan proliferasi endotel yang membatasi ruang vaskuler.

    Epidemiologi: Insiden pada bayi kulit putih sebesar 8 -12%.Wanita lebih banyak

    daripada pria.

    Etiologi: Penyebab yang pasti tidak diketahui. Malformasi vaskulernya diduga

    berasal dari sisa-sisa mesodermal jaringan vasoformatif yang tidak berhasil

    membentuk hubungan normal dengan sistem vaskuler.

    Manifestasi klinik: Hemangioma strawberi dapat timbul saat lahir,tetapi lebih

    sering timbul dalam 2 minggu pertama kehidupan, sebagai makula merah mudah

    yang dikelilingi oleh halo berwarna putih. Dapat terjadi pada semua tempat, tetapi

    paling sering mengenai kepala dan leher, kadang-kadang dapat terjadi pada

    membrana mukosa. Lesi biasanya tungal,namun pada 15-20% bayi terjadi lesi

    multipel. Lesi awalnya berupa papula sebesar ujung jarum, yang tumbuh cepat

    selama 3-6 bulan, kemudian stabil atau pertumbuhannya melambat. Papula

    berkembang menjadi bentuk lobuler, berbatas tegas,berwarna merah muda cerah

    dengan konsistensi lunak. Involusi spontan biasanya mulai terjadi pada usia 12-18

    bulan, dengan ditandai adanya bintik atau garis putih keabuan pada bagian tengah,

    warna memudar, lesi makin melunak dan mendatar. Biasanya terjadi regresi

    spontan pada usia 5-7 tahun, secara sempurna atau meninggalkan paru,

    pengerutan kulit, atau distorsi jaringan.

    Histopatologi: Pada fase pertumbuhan tampak dilatasi kapiler yang berkelak

    kelok pada dermis atas, dengan banyak proliferasi sel-sel endotel. Pada fase

    involusi tampak penyempitan dan oklusi lumen kapiler, yang kemudian diikuti

    ivolusi kapiler dan terjadi peningkatan stroma jaringan ikat.

    Pengobatan: Observasi yang cermat dan jaminan pada keluarga penderita oleh

    dokter merupakan bagian yang terpenting dari pengobatan, karena regresi alamiah

    terjadi pada sebagian besar hemangioma jenis ini. Sedapatnya terapi aktif

    dihindari, karena resolusi spontan memberikan hasil kosmetik yang terbaik.Terapi

    aktif baru diberikan bila melibatkan organ-organ vital, pertumbuhan cepat yang

    tidak lazim dan disertai destruksif isiologis dan kosmetik, pendarahan dengan atau

    tanpa trombositopeni, infeksi dan ancaman gagal jantung.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Terapi aktif dapat berupa :

    l. Intervensi bedah.

    - gelombang kontinyu/pulse dye laser

    - bedah beku

    - bedatr eksisi

    - skleroterapi

    1. Intervensi medis

    - Kortikosteroid sistemik dengan dosis 2-4 mg/kg/hari(4 minggu), kemudian

    dilanjutkan dengan selang sehari selama 4-6 minggu, dan kemudian

    diturunkan secara bertahap.

    - Kortikosteroid intralesi 1-3 mg/kg,2-3 kali dengan interval 3 minggu.

    - Bila terjadi ulserasi dan infeksi dapat diberikan kompres basah dan

    antibiotik topikal.

    HEMANGIOMA KAVERNOSA4,13,22

    Sinonim: Polip vaskuler.

    Definisi: Hernangioma kavernosa merupakan tumor jinak vaskuler yang terutama

    terdiri dari pembuluh darah vena yang melebar pada dermis dalam dan jaringan

    subkutan.

    Epidemiologi: Mengenai l-2% bayi, wanita lebih banyak daripada pria.

    Etiologi: Seperti pada hemangioma strawberi.

    Manifestasi klinis: Sebagian besar lesi tidak timbul saat lahir, namun cenderung

    timbul beberapa saat kemudian. Lesi dapat berupa plak, nodul, atau tumor, dengan

    tepi berbatas tidak jelas, ukurannya bervariasi. Pada palpasi akan mengempis bila

    ditekan dan mengembung kembali bila tekanan dilepas. Warna dan konfigurasi

    lesi tergantung pada letak kedalamannya. Lesi yang superfisial berwarna merah

    sampai merah tua dengan permukaan ireguler. Sedangkan lesi yang lebih dalam

    berwarna kebiruan dengan permukaan lebih halus.

    Histopatologi: Tampak lumen pembuluh darah yang lebar dan berdinding tipis,

    bentuknya ireguler, dan terletak pada dermis bagian bawah dan subkutis, dibatasi

    oleh selapis endotel, serta dikelilingi oleh jaringan fibrosa yang tebal.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Pengobatan: Tidak ada yang memuaskan, tapi walaupun demikian perlu di

    lakukan usaha yang aktif untuk hemangioma kevernosa karena kemungkinan

    untuk regresi adalah kecil.

    Kortikosteroid parenteral merupakan pengobatan pilihan selama periode

    pertumbuhan yang cepat. Tehnik embolisasi dan kompresi dapat mempercepat

    resolusi. Eksisi bedah terutama untuk lesi di daerah periorbital dan ekstremitas.

    Pada keadaan tertentu hemangioma sering timbul bersama-sama dengan

    kelainan lain sehingga membentuk suatu sindroma, antara lain :4,22

    - Sindrom Kasabach-Merritt

    Merupakan varian dari koagulopati intravaskuler diseminata oleh sekuesterasi

    Platelet pada hemangioma kavernosa yang besar. Biasanya mengenai bayi berusia

    3 bulan atau kurang.Angka mortalitas sekitar 30% yang biasanya terjadi karena

    perdarahan, sepsis, atau obstruksi jalan napas, dan kebanyakan serangan ini

    dijumpai pada tahun pertama.

    - Sindroma Sturge-Weber (ensefalofasial atau ensefalo-trigeminal

    angiomatosis)

    Merupakan sindroma yang ditandai oleh nevus flameus pada wajah unilateral.

    Di daerah trigeminal yang tampak waktu lahir, yang disertai malformasi vaskuler

    leptomenigeal kortikal pada sisi yang sama, sehingga menimbulkan manifestasi

    neurologis seperti kejang, hemiparese, hemiplegia, retardase mental, serta pada

    pemeriksaan foto kepala tampak adanya kalsifikasi melingkar intrakranial, juga

    disertai kelainan mata pada sisi yang sama berupa angiomatosis khoroid mata,

    bufalmus, dan glaukoma.

    - Sindroma Klippel-Trenaunay-Weber (nevus vaskulosus hypertrophicus)

    Merupakan malformasi vaskuler berupa nevus flameus luas, biasanya pada

    satu ekstremitas, varises pada sisi yang sama, dan adanya hipertrofi pada tulang

    dan jaringan lunak dari ekstremitas yang sama.

    - Sindroma Blue Rubber Bleb Nevus

    Merupakan varian dari hemangioma kavernosa yang diturunkan secara

    autosomal dominan, terdiri dari hemangioma kutaneus multipel yang tersebar

    pada badan dan ekstremitas, disertai hemangioma tipe yang sama pada traktus

    gastrointestinal.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • - Sindroma Mafftci (diskondrodisplasia dengan hemrngioma)

    Merupakan suatu kelainan yang jarang dijumpai, ditandai oleh hemartoma

    vaskuler (hemangioma, flebektasia, dan limfangioma) dan diskondroplasia.

    Diskondroplasia sering mengenai bagian distal ekstremitas,tulang lga, skapula,

    dan vertebra, sehingga tulang-tulang tersebut mengalami deformitas, memendek,

    dan sering terjadi fraktur patologis.

    - Sindroma Von Hippel-Lindau

    Merupakan angiomata pada retina dan serebelum yang disertai hemangioma,

    kista, dan tumor pada organ lainnya.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Rata IGA.K; Tumor Jinak Kulit Muka dalam Media Dermato- Venereulogica

    Indonesian.Vol 26. No. 2. 1999.

    2. Silver, SG, HO.VC : Benign Epithelial Tumors in Fitzpatrich T.B, Eisen,A.Z,

    Wolf K, Freedbergm IM, Austen, KE; Dermatology in General Medicine, 6th

    ed, McGraw-Hill, New York, 2003, 770-6.

    3. Casson P, Colen S, Dysplastic and Congenital Nevi Clinics in Plastic Surgery

    1993,20; 105-11 .

    4. Hurwitz. S, Vascular Disorders of Inlancy and Childhood, In Clinical

    Pediatric Dermatology ed WB Sauderns Company, Philadelphia, 1993: 242-

    272.

    5. Koh, H,K, Bhawan, J: Tumors of the Skin, in Moschella, SL, Hurley, HJ;

    Dermatology,3rd ed. WB Sauders, Co. Philadelphia, 1992;p:l 72l-83.

    6. Jang. IG, Choi JM, Park KW Kim SY, Nevus Sebaceous Syndrom. Int. J.

    Dermatol, 1999; 38; 53 l-3.

    7. Atherton DJ, Naevi and Other developmental defect, dalam: Champion RH,

    Burton JL, Ebling FJG, editor. Textbook of Dermatology, edisi ke-5, Oxford,

    Blackwell Scientific, Publications, 1992:1: 445-6 l.

    8. Mehrgan AH, Hasimoto K, Mehregan DA, Mehregan DR, Organoid Nevus

    (Nevus Sebaseons of Jadassohn) dalam : Pinkus Guide to

    Dermatohistopathology, edisi ke-6, Connecticut; Prentice Hall Internasional

    Inc, 1995; 565-6.

    9. Habif. TP. Clinical Dermatology a Color Guide to Diagnosis and Therapy,

    Edisi ke-3, St. Lous; Mosby-year book Inc, 1996.

    10. Elder. D. Elenitsas R. Benign Pigmented Lesions and Malignant Melanoma,

    dalam: Lever;s Histopathology of the Skin edisi ke-8 Philadelphia; JB

    Lippincott, 1997; 681-7.

    11. Kreusch J, Incident Light Micioscpy: Reflections on Mincroscopy of the

    Living Skin. Int. J. Dermatol 1992:31(9)6: 18-20.

    Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

  • Imam Budi Putra : Tumor-Tumor Jinak Kulit, 2008 USU e-Repository 2008

    12. Hashimoto K, Lever WF, Tumors of the Skin Appendages Dalam: Fitzpatrich

    TB, Eisen AZ, Wolff K Freedberg IM, Franh Ansten K, ed. Dermatology in

    General Medicine 4th ed. New York; McGraw-Hill Inc. 1993:873-77.

    13. Lever K Lever GS. Histophatology of the Skin, 7tr ed. Philadelphia: JB

    Lippincott Co. 1990.

    14. Arnold HL, Odom RB, James WD, Andrew's Disease of the Skin Clinical

    Dermatology, 9th ed. Philadelphia, W B Saunders, 2000.

    15. Arnolt, KA, Bowers KE, Keratoses, dalam Manual of Dermatologic

    Therapentics, 6th ed. Lippincott William & Wilkins, Philadelphia USA, 2002,

    p. .154.

    16. Stegman SJ, Tromovivth TA; Seborroic Keratosis in Cosmetic Dermatologic

    Surgery, Vol 28, Philadelphia, WB Saunders Co, 1996. 1444-6.

    17. Pritchard, JA, McDonald PC, Gant.NE, The Anatomy of the Reproductive

    Tract of Women, Williams Obstetrics 7th ed. Norwalk. Practice Hall

    InternationaI lnc 1985, P.29-30.

    18. Hagspiel KH, Giant Gartner Duct Cyst, Magnetic Resonance Imaging

    Findings, Abdom Imaging 1995, 20: 566-8.

    19. Supriadi, et al: Kista Gratner pada Labia Minora seorang Anak, dalam:

    Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional IX, PERDOSKI, Surabaya

    1999,8-11 juli.

    20. Ghadially & Ghadially FN, Keratoacantoma, dalam Fitzpatrick TB,

    Freedberg, eLSENa2, Wolf K, Ansten KF, Goldsmith, eds. Dermatology in

    General Medicine, edisi 5, New York: McGraw-Hill 1999:865-72.

    21. Swartz RA, Keratoacanthoma, JAM.Acad. Dermat jan,1994: 30(1): l-19.

    22. Sanchez, JL. Ackerman, AB, Vascular Proliferation of Skin and Subcutaneous

    Fat, In, Fitzpatrich TB, Eisen A2, Wolf K, Freedberg IM, Ansten KF,

    Dermatology in General Medicine, 4tr ed. McGraw-Hill, New York. 1993.

    1209-36