12
Kata Pengantar Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatannya yang telah diberikan kepada kami untuk membuat makalah ini. Kelompok kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satunya adalah dr. Monica sebagai tutor pembimbing PBL kami dan sebagai pemberi informasi, kritikan, dan saran yang membangun kami untuk lebih baik lagi. Kelompok kami sadar bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangannya. Tetapi kami telah berusaha untuk membuat makalah yang berguna bagi para pembaca. Karena itu, kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca demi perkembangan kami ke depan. Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan untuk kepentingan para pembaca, serta dapat menambah wawasan para pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya dan selamat membaca. Jakarta, 31 Maret 2014 Penulis 1

Makalah pleno konjungtivitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konjungtivitis

Citation preview

Kata Pengantar

Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatannya yang telah diberikan kepada kami untuk membuat makalah ini. Kelompok kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung. Salah satunya adalah dr. Monica sebagai tutor pembimbing PBL kami dan sebagai pemberi informasi, kritikan, dan saran yang membangun kami untuk lebih baik lagi.Kelompok kami sadar bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangannya. Tetapi kami telah berusaha untuk membuat makalah yang berguna bagi para pembaca. Karena itu, kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari para pembaca demi perkembangan kami ke depan. Kami mengharapkan makalah ini dapat digunakan untuk kepentingan para pembaca, serta dapat menambah wawasan para pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan selamat membaca.

Jakarta, 31 Maret 2014

Penulis

Daftar Isi1. Kata Pengantar12. Daftar Isi2

3. Bab I Pendahuluan41.1.Latar Belakang41.2.Tujuan4

4. Bab II Isi52.1. Anamnesis52.2. Pemeriksaan 7 2.2.1. Fisik7 2.2.2. Penunjang92.3. Diagnosis132.4. Etiologi162.5. Epidemiologi 182.6. Patofisiologi 182.7. Gejala Klinis 222.8. Komplikasi dan Penatalaksanaan 222.9 Pencegahan dan Prognosis30

5. Bab III Penutup31

6. Daftar Pustaka32

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar BelakangKonjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa. Konjungtiva melapisipermukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : Konjungtiva palpebra, Konjungtiva forniks dan Konjungtiva bulbi.

Konjungtivitis adalah peradangan dalam konjungtiva oleh karena agen-agen pathogen baik mikroorganisme bakteri, virus, maupun bahan alergan lainnya misalnya obat-obatan, bahan kimia, sinar matahari, cuaca dan lain sebagainya. Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis bakterialis, konjungtivitis virus, konjungtivitis jamur, konjungtivitis parasit dan konjungtivitis alergi (dibagi menjadi dua yaitu vernal dan flikten).1.2 TujuanDengan adanya penulisan ini maka diharapkan penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memberikan pengertian tentang sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang diberikan mengenai Konjungtivitis Vernal Okuli Dekstra dan Sinistra.

Bab II Isi

2.1 AnamnesisSuatu wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarga pasien atau pengantarnya (alo-anamnesis). Mulai dari data lengkap pasien,keluahan,faktor pemberat,riawat penyakit terdahulu dan sekarang dan riwayat penyakit keluarga. Untuk kasus ini perlu kita tanyakan adalah keluhan utama meliputi onset pajanan umumnya lama; ditanyakan : lama, frekuensi, waktu timbulnya dan beratnya penyakit. Ada/tidak sekret, jenis sekret. Ada nyeri atau tidak, ada/tidak penurunan ketajaman penglihatan. Keluhan penyerta yaitu mual, muntah, demam, sakit kepala. Riwayat pengobatan sebelumnya. Riwayat atopi dalam keluarga (asma,dermatitis atopi, rinitis alergi). Riwayat penyakit terdahulu dan kontak dengan alergen serta keadaan lingkungan kerja dan tempat tinggal juga perlu ditanya untuk mengaitkan awitan gejala.Dari anamnesis, diketahui pasien mempunyai keluhan utama gatal pada kedua mata terutama sehabis main bola atau kena panas matahari, adanya riwayat alergi terhadap udara panas dan debu. Pasien sering menderita baruk pilek.2.2 PemeriksaanPemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe.Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali2.2.1 Pemeriksaan Fisika. Tajam PenglihatanTajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio seperti 20/20. Angka pertama adalah jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak terbacanya peraga oleh mata normal. Istilah OD berarti mata kanan, OS mata kiri. OU berarti kedua mata.

Memakai Kartu Snellen StandarJika tersedia kartu snellen standar, pasien harus berdiri sejauh 6 meter dari kartu tersebut. Jika pasien memakai kaca mata, biarkan dipakai terus selama pemeriksaan. Pasien diminta untuk menutup satu matanya dengan telapak tangan dan membaca baris terkecil yang mungkin. Jika yang ia baca ialah baris 6/60, maka visus mata itu adalah 6/60; ini berarti bahwa pada jarak 6 meter pasien dapat membaca apa yang dapat dibaca orang normal pada jarak 60 meter. Jika pasien pada jarak 6 meter tidak dapat membaca baris 6/60, maka ia didekatkan pada kartu sampai baris itu terbaca. Jika pasien baru dapat membaca pada jarak 1 meter, maka tajam penglihatan pasien adalah 1/60.1

Memakai Kartu Tajam Penglihatan SakuJika kartu Snellen standar tidak tersedia, maka kartu tajam penglihatan ukuran saku dapat dipakai. Kartu ini dilihat pada jarak 35 cm. Pasien diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca. Jika kedua jenis kartu diatas tidak tersedia, maka dapat dipakai materi cetak apa saja. Pemeriksa harus ingat bahwa kebanyakan pasien berusia diatas 40 memerlukan kaca baca. Meskipun si pemeriksa tidak dapat memastikan tajam penglihatan, ia pasti dapat menetapkan apakah pasien masih dapat melihat. Dalam hal ini pasien diminta menutup satu mata dan membaca baris terkecil yang terbaca pada pada halaman cetak tertentu.

Menilai Pasien dengan Penglihatan BurukPasien dengan penglihatan buruk sekali dan tidak dapat membaca salah satu baris cetak, harus diuji dengan kemampuan membaca jari-jari tangan. Pengukuran tajam penglihatan yang amat kasar ini dilakukan dengan menunjukan jari-jari dideoan mata pasien, sedangkan mata sebelah ditutup. Pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat, jika pasien tetap belum dapat melihat, maka penting untuk dinilai apakah memang masih ada persepsi terhadap cahaya. Hal ini dilakukan dengan menutup satu mata dan menyoroti mata sebelah. Pemeriksa menanyakan apakah pasien dapat melihat lampu yang nyala atau dimatikan. NLP (no light perceptipn) adalah istilah yang dipakai bila seseorang tidak dapat menangkap cahaya.

Memeriksa Pasien yang Tidak Dapat MembacaBagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau yang buta huruf, pemakaian huruf E dalam macam-macam ukuran dan arah akan sanat bermanfaat. Pemeriksa meminta pasien menunjukan arah huruf itu; ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri.1

b. Pemeriksaan KonjungtivaKonjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radan (yaitu melebarnya pembuluh darah), pigmentasi tidak biasa, nodi, pembengkakan atau perdarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa.Konjungtiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta pasien tetap membuka matanya dan melihat ke bawah. Anda menahan sejumlah bulu mata dari kelopak mata atas. Kelopak itu ditarik lepas dari bola mata dan ujung sebuah tangkai aplikator ditekan pada tepian atas lempeng tarsal.

Lempeng tarsal kemudian dengan cepat membalikan tangkai aplikator, menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jari sekarang dapat dipakai untuk memegang kelopak mata yang dibalik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva tarsalis, mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata pada posisi normal.Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan jumlah pembuluh darah. Normalnya hanya terlibat sedikit pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas dan tariklah kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkan vaskularitasnya.1 2.2.2 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajad pandangan perifer klien karena jika terdapat secret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.2.3 DiagnosisDiagnosis KerjaKeratokonjungtivitis vernalPenyakit ini sering disebut dengan konjungtivitis musiman atau konjungtivitis musim kemarau ini adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. Biasanya mulai pada tahun-tahun pubertas dan berlangsung selama kurang lebih 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Alergan spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien keratokonjungtivitis vernal biasanya menampilkan manifestasi alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada di daerah hangat, dan hampir tidak ada di daerah dingin.Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-serat. Biasanya terdapat riwayat alergi di keluarga (hay fever, eksim, dll) dan terkadang disertai riwayat alergi pada pasien itu sendiri. Konjungtiva tampak putih susu dan terdapat banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebralis superior sering menampilkan papila raksasa seperti batu kali. Setiap papila raksaksa mempentuk poligonal, dengan atap rata dan mengandung berkas kapiler.Mungkin terdapat kotoran mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling menonjol terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papilae). Sebuah pseudogerontoxon (kabut serupa busur) sering terlihat pada kornea dekat papila limbus. Bintik-bintik tranta (tranta dots) adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan fase aktif keratokonjungtivitis vernal. Ditemukan banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas di dalam tranta dan sediaan hapus eksudat konjungtiva terpulas Giemsa.Mikropannus sering tampak pada keratokonjungtivitis vernal papebra dan limbus, tetapi pannus besar jarang dijumpai. Parut konjungtiva biasanya tidak ada, kecuali pasien telah menjalani krioterapi, pengangkkakatan papila, iradiasi, atau prosedur yang dapat merusak lainnya. Mungkin terbentuk ulkus kornea superfisialis (perisai) (lonjong dan superior) yang dapat berakibat parut ringan di kornea. Keratitis epitelial difus yang khas sering kali terlihat. Tidak satupun lesi kornea ini berespons baik terhadap terapi standar. Penyakit ini mungkin disertai dengan karatokonus.3

Daftar Pustaka1. Bates, Barbara. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.

6