46
Kalender Jawa Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Astronomi Dosen pengampu : Arif Widiyatmoko,M.Pd. Disusun oleh : Reizka Rossalina Erriska 4001412001 Kartika Dwi Rahayu 4001412003 Fitri Anifatussaadah 4001412018

Sejarah kalender jawa FIX.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Kalender JawaMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Astronomi

Dosen pengampu : Arif Widiyatmoko,M.Pd.

Disusun oleh :

Reizka Rossalina Erriska 4001412001

Kartika Dwi Rahayu 4001412003

Fitri Anifatussaadah 4001412018

Pendidikan IPA/ IPA Terpadu

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitras Negeri Semarang

Page 2: Sejarah kalender jawa FIX.doc

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang Kalender Jawa sama halnya dengan kalender-kalender yang lain menunjukkan tahun, bulan,

tanggal dan hari dari suatu saat. Dalam sistem kalender ini selain ada tujuh hari, minggu sampai

dengan sabtu juga ada lima hari pasaran: kliwon, legi, pahing, pon dan wage. Di Jawa kedua macam

hari itu digabungkan untuk mengingat kejadian-kejadian yang penting, misalnya seseorang lahir hari

Minggu Kliwon atau Minggu Wage, seseorang meninggal hari Jumat Legi atau Jumat Pon.

Kalender Jawa menunjukkan perputaran hidup antara manusia dimana hidup itu diciptakan

oleh Gusti, pencipta Jagat Raya, Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalender Jawa adalah sebuah kalender

yang istimewa karena merupakan perpaduan antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa dan

bahkan juga sedikit budaya Barat. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras

menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk

mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem

kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (saat itu tahun

1035 H). Dengan adanya penyebaran Islam di pulau Jawa, maka terjadilah beberapa perubahan

kalender jawa.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah penggunaan kalender jawa pada masyarakat di Jawa sebelum

maupun sesudah perubahan ?

2. Bagaimana sistem penanggalan kalender jawa ?

3. Bagaimana metode perhitungan pada kalender jawa ?

4. Bagaimana perbedaan kalender jawa dengan kalender masehi dan hijriah ?

5. Bagaimana cara perhitungan hari- hari baik dalam penanggalan kalender jawa ?

6. Bagaimana cara perhitungan pranata mangsa pada penanggalan kalender jawa ?

Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah penggunaan kalender jawa pada masyarakat di Jawa

sebelum maupun sesudah perubahan.

2. Untuk mengetahui sistem penanggalan kalender jawa.

3. Untuk mengetahui metode perhitungan pada kalender jawa.

4. Untuk mengetahui perbedaan kalender jawa dengan kalender masehi dan hijriah.

5. Untuk mengetahui cara perhitungan hari- hari baik dalam penanggalan kalender jawa.

6. Untuk mengetahui cara perhitungan pranata mangsa pada penanggalan kalender jawa.

Page 3: Sejarah kalender jawa FIX.doc

BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah kalender jawa Pemahaman manusia akan alam semesta semakin bertambah seiring dengan

perkembangan pemikiran manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi. Namun, manusia

sebagai pelaku sejarah, tidak akan mampu untuk meninggalkan sejarahnya sendiri. Sejarah

dimana manusia memulai kehidupannya, manusia memulai untuk berkarya, manusia memulai

untuk menciptakan hal-hal yang teknologis.

Disamping itu, manusia sebagai pelaku budaya juga tak dapat lepas dari kelangsungan

kebudayaan dimana dia berada. Termasuk manusia yang hidup di Indonesia. Terlebih lagi di

Jawa. Berbagai budaya terus dijaga kelestariannya.

Di pulau Jawa khususnya, pernah berlaku sistem penanggalan Hindu, yang dikenal

dengan penanggalan “Soko”. Permulaan tahun soko ini ialah hari Sabtu ( 14 Maret 78 M ),

yaitu satu tahun setelah penobatan prabu Syaliwahono ( Aji Soko ) sebagai raja di India. Oleh

sebab itulah penanggalan ini dikenal dengan penanggalan Soko. Mula-mula tahun Jawa

dihitung dengan peredaran matahari dan berwindu 30 tahun dengan nama tahun Hindu-Jawa

(Saka).

Kalender Aji Saka ini diperbaharui oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, yakni

disesuaikan dengan perhitungan Lunar (Qomariyah) dan tidak lagi menggunakan sistem

perhitungan Solar (Syamsiyah). Peralihan tersebut terjadi pada tanggal  1 Sura tahun Alip

1555 (tahun Jawa), sedangkan perputaran tahunnya diubah per windu 8 tahun.

Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang istimewa karena merupakan perpaduan

antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa dan bahkan juga sedikit budaya Barat.

Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri

dari 7 hari seperti yang kita kenal sekarang, dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5

hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan

agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk

mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan

sistem kalender qamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah

(saat itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini dilakukan

Page 4: Sejarah kalender jawa FIX.doc

demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka, diteruskan

menjadi tahun 1547 Jawa.

Pada tahun 1633 M bertepatan dengan tahun 1043 H atau tahun 1555 Soko, Sri Sultan

Muhammad yang terkenal dengan Sultan Agung Anyokrokusumo yang bertahta di mataram,

mengadakan perubahan dalam sistem penanggalan Jawa. Perubahan itu menyangkut

sistemnya tidak lagi berdasarkan pada peredaran matahari melainkan didasarkan pada

peredaran bulan disenyawakan dengan sistem perhitungan tahun hijriyah, sehingga nama-

nama bulan ditetapkan dengan urut-urutan sebagai berikut; Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud,

Jumadil Awal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah( selo), dan Besar.

Sedang tahunya masih menggunakan tarikh Jawa yaitu tahun Soko. Disamping itu

terdapat juga sistem perhitungan yang berbeda,  Bulan-bulan ganjil berumur 30 hari.

Sedangkan bulan-bulan genap berumur 29 hari, kecuali bulan ke 12 (besar) berumur 30 pada

tahun panjang. Satu tahun berumur 354,375 hari ( 354 3/8 hari), sehingga daur ( siklus)

penanggalan Jawa ini selama 8 tahun ( 1 windu) , dengan ditetapkan bahwa pada urutan tahun

ke 2, 5 dan 8 merupakan tahun panjang ( Wuntu = 355 hari ). Sedangkan lainya merupakan

tahun pendek ( Wastu = 354 hari).

          Urut-urutan tahun dalam satu windu itu diberi lambang dengan huruf Arab abjadiyah,

yaitu:

- tahun pertama                       = Alip ( ا  )- tahun kedua                          = Ehe ( ه  )

- tahun ketiga                          = Jim Awal ( ج )

- tahun keempat                      = Ze ( ز )

- tahun kelima             = Dal ( د )

- tahun keenam           = Be ( ب )

- tahun ketujuh            = Wawu ( و )  

- tahun kedelapan        = Jim Akhir ( ج )

Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh

hari saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara,

triwara, caturwara, pancawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara.

Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai,

namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.

Page 5: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Orang Jawa percaya bahwa hitungan 7 hari dalam seminggu bermula ketika Tuhan

menciptakan alam semesta ini dalam 7 tahap. Dimana tahap pertama diawali hari Radite

(Minggu).

Pertama, Ketika Tuhan memiliki kehendak ingin menciptakan dunia. Kehendak

Tuhan ini lalu disimbolkan dengan MATAHARI yang bersinar sebagai sumber

kehidupan.

Kedua, ketika Tuhan menurunkan kekuatanNYA untuk menciptakan dunia. Kekuatan

Tuhan itu lalu disimbolkan dengan BULAN yang bercahaya tanpa menyilaukan.

Ketiga, Ketika kekuatan Tuhan tadi mulai menyebarkan percik-percik sinar Tuhan.

Percik sinar Tuhan itu lalu disimbolkan dengan API yang berpijar.

Keempat, Ketika Tuhan menciptakan dimensi ruang untuk wadah alam semesta.

Dimensi ruang itu lalu disimbolkan dengan BUMI menjadi tempat makhluk hidup.

Kelima, Ketika tuhan menciptakan panas yang menyalakan kehidupan. Panas yang

menyala itu lalu disimbongkan dengan ANGIN yang bergerak dan petir yang

menyambar.

Keenam, Ketika tuhan menciptakan air yang dingin. Air yang dingin itu lalu

disimbolkan dengan BINTANG yang mirip titik-titik air yang menyejukan.

Ketujuh, Ketika Tuhan menciptakan unsur materi kasar sebagai dasar pembentuk

kehidupan. Materi kasar itu lalu disimbolkan dengan AIR sebagai sumber kehidupan.

Perlu dipahami bahwa penyebutan elemen (anasir) ini hanyalah sebagai simbol. Bukan

merupakan urutan kejadian alam semesta itu sendiri. Simbol inilah yang nantinya digunakan

dalam mengenali watak (karakter) hari.

Elemen Hari

Minggu : Aditya = Planet Matahari

Senin : Soma = Planet Bulan

Selasa : Anggara = Planet Mars

Rabu : Budha = Planet Merkurius

Kamis : Respati = Planet Jupiter

Page 6: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Jumat : Sukra = Planet Venus

Sabtu : Saniskara = Planet Saturnus

Dino Pitu (Hari Tujuh)

Nama hari ini dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah) dari bulan terhadap

bumi adalah nama dari ke tujuh tersebut.

1. Radite (Minggu) melambangkan meneng atau diam.

2. Soma (Senin) melambangkan maju.

3. Hanggara (Selasa) melambangkan mundur.

4. Budha (Rabu) melambangkan mangiwa atau bergerak ke kiri.

5. Respati (Kamis) melambangkan manengen atau bergerak ke kanan.

6. Sukra (Jumat), melambangkan munggah atau naik ke atas.

7. Tumpak (Sabtu) melambangkan temurun atau bergerak turun.

Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari

hari-hari:

1.                   Legi

2.                   Pahing

3.                   Pon

4.                   Wage

5.                   Kliwon

Kemudian sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu yang juga dikenal di

budaya-budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan. Setiap pekan

disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus baru lagi. Siklus ini yang secara

total berjumlah 210 hari adalah semua kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6

dan 5 hari berpapasan.

Page 7: Sejarah kalender jawa FIX.doc

1. Sistem Penanggalan Jawa

Berbeda dengan kalender hijriyah yang merupakan kalender astronomis yang

penentuan harinya menggunakan data-data astronomis dengan memantau umur bulan,

kalender Jawa-Islam merupakan kalender berbasis matematis yang mendasarkan

penghitungan harinya dengan hitungan matematik dari fenomena alam. Oleh

karenanya, jika jumlah hari dalam bulan Qomariyah tidak pasti apakah jumlahnya 29

atau 30 hari, dalam kalender Jawa jumlah harinya telah ditentukan.

Adapun jumlah hari dalam kalender Jawa adalah sebagai berikut:

1. Suro : 30 hari

2. Sapar : 29 hari

3. Mulud : 30 hari

4. Bakda Mulut : 29 hari

5. Jumadilawal : 30 hari

6. Jumadilakhir : 29 hari

7. Rejeb : 30 hari

8. Ruwah : 29 hari

9. Poso : 30 hari

10. Bodo : 29 hari

11. Selo : 30 hari

12. Besar : 29 hari

Nama-nama bulan disesuaikan dengan lidah Jawa: Muharram, Sapar,

Rabingulawal, Rabingulakir, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Saban, Ramelan,

Sawal, Dulkangidah, Dulkijah.

Muharram juga disebut sebagai bulan Suro sebab mengandung Hari Asyura

yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Bulan Safar disebut sebagai bulan Sapar

karena lidah orang jawa yang menyebutnya seperti itu.

Rabi`ul-Awwal dijuluki bulan Mulud karena pada bulan ini terjadi kelahiran

nabi Muhammad SAW yang dalam bahasa Arab disebut maulud yang berarti waktu

lahir. Robi’ul awal juga biasa disebut sebagai rabingulawal karena makhroj ‘ain yang

dekat dengan makhroj ng dan yang lebih mudah diucapkan adalah ng. Rabi`ul-Akhir

adalah Bakdamulud atau Silihmulud yang berarti sesudah Mulud dan biasa pula

disebut rabingulakir.

Page 8: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Untuk jumadilawal tidak terjadi perbedaan yang mencolok hanya

penyebutannya yang terkesan tidak ada penekanan setelah pengucapan dil pada

jumadil awal atau hanya diucapkan dilawal saja. Dalam menyebutkan jumadil akhir,

juga tidak terjadi perbedaan yang signifikan sama seperti jumadilawal. Penyebutan

jumadilakhir adalah sebagai jumadilakir karena susahnya mengucapkan kha’, atau

dilakir saja.

Bulan Rajab diucapkan sebagai bulan rejeb yang lebih mudah pelafalannya.

Sya`ban merupakan bulan Ruwah, karena bulan ini adalah saat mendoakan arwah

keluarga yang telah wafat, dalam menyambut bulan Puasa (Ramadhan) menurut

tradisi masyarakat Jawa.

Ramadlan adalah bulan poso karena berdasarkan syari’at Islam, dalam bulan

ini muslim di Jawa –bahkan umat islam di seluruh belahan dunia– diwajibkan untuk

berpuasa selama sebulan penuh. Bulan Syawal adalah bulan bodo karena hari pertama

bulan ini merupakan hari berbuka satu telah sebulan penuh berpuasa, dan dalam

bahasa Jawa, lebaran disebut bodo (bada).

Dzul-Qa`dah disebut Hapit atau Sela sebab posisinya yang terletak di antara

dua hari raya, idulfitri dan iduladha. Dzul-Qa’dah juga biasa disebut sebagai

dulkangedah. Dzul-Hijjah merupakan bulan Haji atau Besar (Rayagung), saat

berlangsungnya ibadah haji dan Idul Adha.

Nama-nama hari kalender Saka dalam bahasa Sansekerta (Raditya, Soma,

Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra, Sanaiscara) yang dianggap berbau penyembahan

benda langit dihapus oleh Sultan Agung dan diganti dengan nama-nama hari dalam

bahasa Arab yang disesuaikan dengan lidah Jawa yaitu Ngat (ahad), Senen (itsnain),

Seloso (tsulasa’), Rebo (arbia’), Kemis (Khomis), Jumuwah (Jumu’ah), Saptu (Sabt).

Tetapi hari-hari pasaran atau pancawara (Pahing, Pon, Wage, Kaliwuan, Umanis atau

Legi) tetap dilestarikan, sebab hari-hari pasaran tersebut merupakan konsep asli

masyarakat Jawa, bukan diambil dari kalender Saka atau budaya India.

Sistem penanggalan Jawa mempunyai kekhasan tersendiri. Yang pertama

adalah konsep hari pasaran yang terdiri dari Kliwon, Legi, Pahing, Pon, dan Wage

yang tidak dapat ditemui di kalender manapun, yang lamanya tidak hanya tujuh hari

saja, namun dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-

nama dwiwara, triwara, caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara,

astawara, dan sangawara. Zaman sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan

tujuh hari saja yang dipakai, namun di pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang

Page 9: Sejarah kalender jawa FIX.doc

lain ini masih dipakai. Kemudian sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu

yang juga dikenal di budaya-budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas

30 pekan.Setiap pekan disebut satu wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus

baru lagi. Siklus ini yang secara total berjumlah 210 hari adalah semua

kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6 dan 5 hari berpapasan.

Yang kedua adalah siklus delapan tahunan yang disebut dengan istilah windu.

Yang ketiga adalah penamaan tahun yang mengikuti daur delapan tahunan atau yang

disebut windu. Oleh orang Jawa tahun-tahun digabung menjadi semacam abad yang

terdiri dari delapan satuan lebih kecil.Setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan

disebut windu. Di bawah disajikan nama-nama windu:

No Nama Nama suro Hari

1 Alip Selasa Pon 354

2 Ehe Sabtu pahing 355

3 Jimawal Kamis Pahing 354

4 Je Senin lagi 354

5 Dal Jumat kliwon 355

6 Be Rabu kliwon 354

7 Wawu Ahad wage 354

8 Jimakir Kamis pon 355

2. Metode Perhitungan/ Penanggalan Jawa

Metode yang digunakan oleh masyarakat Jawa dalam menentukan

penanggalan adalah:

1) Metode Ajumgi

Ajumgi adalah metode yang digunakan oleh orang Jawa dalam

menentukan penanggalannya yang menyatakan bahwa hari pertama dalam tahun

alif yang merupakan siklus windu dalam tahun Jawa adalah hari Jumat dan

bertepatan dengan hari pasaran Legi.Metode ajumgi atau yang bisa juga disebut

dengan metode awahgi adalah sistem yang digunakan dalam penanggalan Jawa

dalam kurup Jamngiah pada tahun 1555-1674.

2) Metode Amiswon

Menilik pada sejarah perubahan tahun Saka menjadi tahun Jawa-Islam di

atas, kita dapat mengetahui bahwa setiap 120 tahun terjadi kemajuan satu hari

Page 10: Sejarah kalender jawa FIX.doc

dalam siklus windu tersebut. Dan setelah 120 tahun digunakannya metode ajumgi,

digunakanlah metode amiswon yang lebih akurat.Amiswon adalah sistem

penanggalan Jawa pada kurup kamsiyah yang jatuh pada periode 1675-1794.

3) Metode Aboge

Istilah aboge dapat dirinci bahwa a berasala dari alif, salah satu dari siklus

windu yang merupakan daur tahun Jawa. Bo mengacu pada rebo yang berarti hari

rabu. Dan ge adalah wage yang merupakan hari pasaran dalam budaya Jawa.

Kurup aboge adalah kurup arbangiah. Kurup ini mempunyai beberapa prinsip,

yaitu:

a. Dino niku tukule enjing lan ditanggal dalu yang berasal dari bahasa Jawa yang

berarti hari itu lahirnya pada pagi hari dan diberi tanggal pada malam harinya.

b. Jumlah hari dalam setiap bulan telah ditentukan, yaitu 30 hari untuk bulan

ganjil dan 29 hari untuk bulan genap.

Sistem penanggalan yang menggunakan metode aboge mempunyai sebuah

konsep yang berupa nadlom berbahasa Jawa namun bertuliskan Arab yang biasa

disebut pegon. Nadlom tersebut adalah:

( كي ( بو ). ه أ ) ( ) ( فاهيغ( ثا ز فون عه ج فونا حد

( ) ( ) ( ) ( كييا ( عه ج وون نين و كيا ميس ب كي تو دYang bermakna jika masuk tahun alif, maka hari pertama adalah Rabu

Wage.Pada tahun ha’, hari pertama adalah Ahad Pon. Pada tahun jim (awal), hari

pertama adalah Jumat Pon. Pada tahun za’, hari pertama adalah Selasa

Pahing.Pada tahun dal, hari pertama adalah Sabtu Legi.Pada tahun ba’, hari

pertama adalah Kamis Legi.Pada tahun wawu, hari pertama adalah Senin

Kliwon.dan Pada tahun jim (akhir), hari pertama adalah jumat wage.

Menggunakan metode aboge, kita dapat menentukan hari apakah dalam

suatu tahun hijriyah itu. Cara yang digunakan adalah membagikan jumlah tahun

hijriyah tersebut dengan angka 8 yang merupakan daur tahun jawa yaitu alif, ha’,

jim, za’, dal, ba’, wawu, dan jim (akhir). Sebagai contoh adalah tahun 1431

Hijriyah.Kita bagikan nominal tersebut dengan angka 8 sehingga kita dapat

mengetahui hasilnya.1431 dibagi 8 menghasilkan 178 dengan sisa 7.dari langkah

tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tanggal 1 Muharram bertepatan dengan

tahun VII yaitu tahun dal sehingga hari pertamanya adalah hari Sabtu dengan

pasaran Legi.

Page 11: Sejarah kalender jawa FIX.doc

4) Metode Asapon

Setelah 120 tahun menggunakan metode aboge, tercetus pemikiran dari

beberapa orang bahwa sudah saatnya mengganti metode aboge yang digunakan

selama ini dengan metode asapon karena terjadinya siklus seratus dua puluh

tahunan yang menyebabkan kemajuan satu hari setelah menempuh waktu 120

tahun. Akan tetapi, kenyataan yang ada adalah tetap digunakannya metode aboge

sebagai sistem penanggalan tahun Jawa.

3. Perbedaan Kalender Jawa dengan Kalender Masehi dan Hijriah

Kelender jawa dengan kalender masehi sangat berbeda jauh. Kalender masehi

adalah kalender yang sudah umum, semua orang dimuka bumi ini memilikinya dan

merupakan kalender Syah sebagai panduan untuk seluruh manusia di dunia.

Sedangkan Kalender jawa adalah kalender yang hanya dimiliki oleh orang-orang

tertentu khususnya orang jawa. Sebuah kalender yang memiliki manfaat lebih bila

dibandingkan dengan kalender masehi.

Kalender jawa memiliki ciri-ciri dan keistimewaan :

a. Penanggalan Jawa tercetak besar (kebalikan dengan kalender masehi).

b. Kalender Jawa tercantum hari-hari NAS atau hari yang buruk sebagai larangan

untuk tidak melakukan aktifitas Besar yang sangat penting contoh Hajatan

pernikahan.

c. Setiap perhitungan hari dan pasaran, kalender jawa memiliki keistimewaan

khusus. yaitu terdapat arah tujuan. Sebagai contoh membangun rumah di hari

Rabo maka mondasinya dimulai dari arah kulon/barat.

d. Setiap Bulannya kalender Jawa mempunyai panggonan/tempat tersendiri contoh

Suro, Sapar, mulut panggonane ning kulon/tempatnya di barat, kalender jawa

terdapat aksara jawa komplit.

e. Sistem Penanggalan Jawa disebut juga Penanggalan Jawa Candrasangkala atau

perhitungan penanggalan bedasarkan peredaran Bulan mengitari Bumi. Petungan

penanggalan Jawa sudah dicocokkan dengan penanggalan Hijriah. Namun

demikian pencocokkan ini bukanlah menjiplak sepenuhnya juga mempergunakan

perhitungan yang rumit oleh para leluhur kita.

Ada perbedaan yang hakiki antara sistem perhitungan penanggalan Jawa

dengan penanggalan Hijriah, perbedaan yang nyata adalah pada saat penetapan

pergantian hari ketika pergantian sasi/bulan. Candrasangkala Jawa menetapkan bahwa

Page 12: Sejarah kalender jawa FIX.doc

pergantian hari ketika pergantian sasi waktunya adalah tetap yaitu pada saat matahari

terbenam (surup – antara pukul 17.00 sampai dengan 18.00), sedangkan pergantian

hari ketika pergantian sasi/bulan pada penanggalan Hijriah ditentukan melalui Hilal

dan Rukyat.

4. Mencari Hari Baik

Dalam melakukan hajat perkawinan, mendirikan rumah, bepergian dan

sebagainya, kebanyakan orang jawa dahulu mendasarkan atas hari yang berjumlah

7(senin-minggu) dan pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari tentu ada rangkapannya

pasaran, jelasnya, tiap hari tentu jatuh pada pasaran tertentu.

Menurut perhitungan Jawa pada umumnya dikenal 7 hari yang masing-masing

mempunyai jumlah berlainan;

a) Akad (Minggu) jumlah naptu 5

b) Senen (Senin) jumlah naptu 4

c) Selasa (selasa) jumlah naptu 3

d) Rebo (Rabu) jumlah naptu 7

e) Kemis (Kamis) jumlah naptu 8

f) Jumuah (Jum'at) jumlah naptu 6

g) Setu (Sabtu) jumlah naptu 9

Selain hari, orang Jawa juga sangat percaya adanya watak yang diakibatkan

dari pengaruh Pasaran. Dikenal adanya 5 pasaran yaitu:

1. Kliwon jumlah naptunya 8

2. Legi jumlah naptunya 5

3. Pahing jumlah naptunya 9

4. Pon jumlah naptunya 7

5. Wage jumlah naptunya 4

Neptu hari atau pasaran kelahiran untuk perkawinan

Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon temanten yaitu anak perempuan dan

anak lelaki masing-masing dijumlahkan dahulu, kemudian masing masing dibuang

(dikurangi) sembilan.

Misalnya :

Kelahiran anak perempuan adalah hari Jumat (neptu 6) wage (neptu 4) jumlah 10,

dibuang 9 sisa 1. Sedangkan kelahiran anak laki-laki ahad (neptu 5) legi (neptu 5)

Page 13: Sejarah kalender jawa FIX.doc

jumlah 10 dikurangi 9 sisa 1. Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka

perhitungan seperti dibawah ini:

Apabila sisa:

1 dan 1 = Baik, Saling mencintai

1 dan 2 = Baik

1 dan 3 = Kuat, Tetapi rejekinya jauh

1 dan 4 : banyak celakanya

1 dan 5 :bisa

1 dan 6 : jauh sandang pangannya

1 dan 7 : banyak musuh

1 dan 8 : sengsara

1 dan 9 : menjadi perlindungan

2 dan 2 : selamat, banyak rejekinya

2 dan 3 : salah seorang cepat wafat

2 dan 4 : banyak godanya

2 dan 5 : banyak celakanya

2 dan 6 : cepat kaya

2 dan 7 : anaknya banyak yang mati

2 dan 8 : dekat rejekinya

2 dan 9 : banyak rejekinya

3 dan 3 : melarat

3 dan 4 : banyak celakanya

3 dan 5 : cepat berpisah

3 dan 6 : mandapat kebahagiaan

3 dan 7 : banyak celakanya

3 dan 8 : salah seorang cepat wafat

3 dan 9 : banyak rejeki

4 dan 4 : sering sakit

4 dan 5 : banyak godanya

4 dan 6 : banyak rejekinya

4 dan 7 : melarat

4 dan 8 : banyak halangannya

4 dan 9 : salah seorang kalah

5 dan 5 : tulus kebahagiaannya

Page 14: Sejarah kalender jawa FIX.doc

5 dan 6 : dekat rejekinya

5 dan 7 : tulus sandang pangannya

5 dan 8 : banyak bahayanya

5 dan 9 : dekat sandang pangannya

6 dan 6 : besar celakanya

6 dan 7 : rukun

6 dan 8 : banyak musuh

6 dan 9 : sengsara

7 dan 7 : dihukum oleh istrinya

7 dan 8 : celaka karena diri sendiri

7 dan 9 : tulus perkawinannya

8 dan 8 : dikasihi orang

8 dan 9 : banyak celakanya

9 dan 9 : liar rejekinya

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan

perempuan, ditambah neptu pasaran hari perkawinan dan tanggal (bulan Jawa)

semuanya dijumlahkan kemudian dikurangi/ dibuang masing tiga, apabila masih sisa :

1 = berarti tidak baik, lekas berpisah hidup atau mati

2 = berarti baik, hidup rukun, sentosa dan dihormati

3 = berarti tidak baik, rumah tangganya hancur berantakan dan kedua-duanya bisa

mati.

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan

perempuan, dijumlah kemudian dibagi empat apabila sisanya :

1 = Getho, jarang anaknya,

2 = Gembi, banyak anak,

3 = Sri, banyak rejeki,

4 = Punggel, salah satu akan mati

Misalkan suami lahir Jumat (6) Kliwon (8) = 14 - lihat "neptu hari"

istri lahir Jumat (6) Pahing (9) = 15 - lihat "neptu pekan"

Maka jumah angka suami dan isteri adalah 14 + 15 = 29 : 4 maka akan sisa ”1” berarti

jatuh pada Getho, berarti "jarang memiliki anak"

Hari kelahiran mempelai laki-laki dan mempelai wanita, apabila :

Page 15: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Ahad dan Ahad, sering sakit

Ahad dan Senin, banyak sakit

Ahad dan Selasa, miskin

Ahad dan Rebo, selamat

Ahad dan Kamis, cekcok

Ahad dan Jumat, selamat

Ahad dan Sabtu, miskin

Senen dan Senen, tidak baik

Senen dan Selasa, selamat

Senen dan Rebo, anaknya perempuan

Senen dan Kamis, disayangi

Senen dan Jumat, selamat

Senen dan Sabtu, direstui

Selasa dan Selasa, tidak baik

Selasa dan Rebo, kaya

Selasa dan Kamis, kaya

Selasa dan Jumat, bercerai

Selasa dan Sabtu, sering sakit

Rebo dan Rebo, tidak baik

Rebo dan Kamis, selamat

Rebo dan Jumat, selamat

Rebo dan Sabtu, baik

Kamis dan Kamis, selamat

Kamis dan Jumat, selamat

Kamis dan Sabtu, celaka

Jumat dan Jumat, miskin

Jumat dan Sabtu celaka

Sabtu dan Sabtu, tidak baik

HARI-HARI UNTUK MANTU DAN IJAB PENGANTIN

(baik buruknya bulan untuk mantu):

1. Bulan Jw. Suro : Bertengkar dan menemui kerusakan (jangan dipakai)

2. Bulan Jw. Sapar : kekurangan, banyak hutang (boleh dipakai)

3. Bulan Jw Mulud : lemah, mati salah seorang (jangan dipakai)

Page 16: Sejarah kalender jawa FIX.doc

4. Bulan jw. Bakdamulud : diomongkan jelek (boleh dipakai)

5. Bulan Jw. Bakdajumadilawal : sering kehilangan, banyak musuh (boleh dipakai)

6. Bulan Jw. Jumadilakhir : kaya akan mas dan perak

7. Bulan Rejeb : banyak kawan selamat

8. Bulan Jw. Ruwah : selamat

9. Bulan puasa : banyak bencananya (jangan dipakai)

10. Bulan Jw. Syawal : sedikit rejekinya, banyak hutang (boleh dipakai)

11. Bulan Jw. Dulkaidah : kekurangan, sakit-sakitan, bertengkar dengan teman

(jangan dipakai)

12. Bulan Jw. Besar : senang dan selamat

BULAN TANPA ANGGARA KASIH

Hari anggara kasih adalah selasa kliwon, disebut hari angker sebab hari itu

adalah permulaan masa wuku. Menurut adat Jawa malamnya (senin malam

menghadap) anggara kasih orang bersemedi, mengumpulkan kekuatan batin untuk

kesaktian dan kejayaan. Siang harinya (selasa kliwon) memelihara, membersihkan

pusaka wesi aji, empu mulai membikin keris dalam majemur wayang.

Bulan – bulan anggoro kasih tidak digunakan untuk mati, hajat-hajat lainnya

dan apa saja yang diangggap penting. Adapun bulan-bulan tanpa anggara kasih

adalah:

1. Dalam tahun Alib bulan 2 : Jumadilakhir dan besar

2. Dalam tahun ehe bulanl 2 dan : jumadilakhir

3. Dalam tahun jimawal bulan 2 : Suro dan rejeb

4. Dalam tahun Je bulan 2 : Sapar

5. Dalam tahun Dal bulan 2 : yaitu sapar dan puasa

6. Dalam tahun Be bulan 2 : mulud dan syawan

7. Dalam tahun wawu bulan 2 : Bakdomulud/syawal

8. Dalam tahuin Jimakir bulan 2 : Jumadilawal dan Dulkaidkah

SAAT TATAL

Saat tatal dibawah ini untuk memilih waktu yang baik untuk mantu juga untuk

pindah rumah, berpergian jauh dan memulai apa saja yang dianggap penting.

Ketentuan saat itu jatuh pada pasaran (tidak pada harinya ) :

Page 17: Sejarah kalender jawa FIX.doc

1. Pasaran legi : mulai jam 06.00 nasehet.mulai jam 08.24 Rejeki : mulai jam 25.36

rejeki mulai dri jam 10 48 selamat, mulai jam 13.12 pangkalan atau (halangan)

mulai jam 15.36 pacak wesi

2. Pasaran pahing : mulai jam 06.00 rejeki, jam 08.24 selamat, jam 10.48 pangkalan,

jam 13.12 pacak wesi, jam 15.36 nasehat.

3. Pasaran pon : mulai jam 06.00 selamat, jam 08.24 pangkalan, jam 10.48 pacak

wesi, jam 13.12 nasehat, jam 15.36 rejeki

4. Pasaran wage mulai jam 06.00 pangkalan, jam 08.24 pacak wesi, jam 13.12

nasehat jam 15.36 selamat.

5. asaran kliwon, mulai jam 06.00 pacak wesi, jam 08.24 nasehat, jam 10.48 rejeki,

jam 13-12 selamat jam 13.36 pangkalan.

HARI PASARAN UNTUK PERKAWINAN

Neptu dan hari pasaran dijumlah kemudian dikurangi/dibuang enam-enam apabila

tersisa:

a. 1 jatuh, mati, (tidak baik) asalnya bumi

b. 2 jatuh, jodoh (baik) asalnya jodoh dengan langiT

c. 3 jatuh , selamat atau baik asalnya barat

d. 4 jatuh, cerai atau tidak baik asalnya timur

e. 5 jatuh, prihatin (tidak baik) asalnya selatan

f. 6 jatuh, mati besan (tidak baik) asalnya utara

Dalam berdagang orang jawa mempunyai petungan (prediksi) khusus untuk

mencapai sukses atau mendapatkan angsar (pengaruh nasib) yang baik, sehingga

menjadikan rezekinya mudah. Dalam “kitab primbon” (pustaka kejawen) terdapat

berbagai cara dan keyakinan turun-temurun yang harus dilakukan orang yang akan

melakukan kegiatan usaha perdagangan. Untuk memulai suatu usaha perdagangan

orang jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa berawal dari hari baik perjalanan

usahapun akan membuahkan hasil maksimal, terhindar dari kegagalan.

Menurut pakar ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki

KRM TB Djoko MP Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural,

menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan. Prediksi menurut

primbon perlu diperhatikan meski tidak sepenuhnya diyakini. Menurut Kitab Tafsir

Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari dan pasaran karakter baik. Jika hari

dan pasaran tersebut menyatu, tidak secara otomatis menghasilkan karakter baik.

Page 18: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Demikian juga dengan bulan suku, mangsa, tahun dan windu, masing-masing

memiliki karakter baik kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu.

Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha dagang pada

hakekatnya adalah mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang

menghasilkan penyatuan karakter baik. Misalnya pada hari rebo legi mangsa kasanga

tahun jimakir windu adi merupakan penyatuan anasir waktu yang menghasilkan

karakter baik.

Setiap karya akan berhasil sesuai dengan kodrat, jika dilakukan dalam kondisi

waktu yang netral dari pencemaran, sengkala maupun sukerta. Manusia diberi

kesempatan oleh Tuhan untuk berikhtiar menanggulangi sukerta dan sengkala dengan

melakukan wiradat. Misalnya dengan ruwatan atau dengan ajian rajah kalacakra,

sehingga kejadian buruk tidak menjadi kenyataan.

Orang yang akan membuka usaha pun dapat melakukan upaya sendiri pada

malam hari sebelum memulai usaha, yaitu berdoa mendasari doa kepada Tuhan

sambil mengucapkan mantera “rajah kalacakra Salam, salam, salam Yamaraja

jaramaya, yamarani niramaya, yasilapa palasiya, yamidora radomiya, yamidasa

sadamiya, yadayuda dayudaya, yasilaca silacaya, yasihama mahasiya.” Kemudian

menutup dengan mantera Allah Ya Suci Ya Salam sebanyak 11 kali. Untuk usaha

perdagangan orang jawa yang masih percaya pada petung, akan menggunakannya

baik untuk menentukan jenis barang maupun tempat berdagang dan sebagainya.

Petung tersebut didasarkan weton (kelahiran dari yang bersangkutan).

Orang jawa mempunyai keyakinan bahwa saat dilahirkan manusia tidak

sendirian karena disertai dengan segala perlengkapannya. Perlengkapan itu

merupakan sarana untuk bekal hidup dikemudian hari, yaitu bakat dan jenis pekerjaan

yang cocok. Di dalam ilmu kejawen kelengkapan itu dapat dicari dengan petung hari

lahir, pasaran, jam, wuku tahun dan windu.

Menurut Usman petung sekedar klenik atau gugon tuhon melainkan

merupakan hasil analisa dari orang-orang jawa pada masanya. Hasil analisa itu ditulis

dalam bentuk primbon. Dengan petungan jawa, orang dapat membuat suatu analisa

tentang anak yang baru lahir berdasarkan waktu kelahirannya. Misalnya anak akan

berhasil jika menjadi wartawan, atau sukses jika menjadi pedagang. Petung yang

demikian itu juga digunakan di dalam dunia perdagangan. Orang jawa masih

mempercayainya, akan menggunakan petung dengan cermat. Dari menentukan jenis

Page 19: Sejarah kalender jawa FIX.doc

dagangan waktu mulai berdagang diperhitungkan. Semua sudah ada ketentuannya

berdasar waktu kelahiran yang bersangkutan.

Penerapan petung untuk usaha perdagangan akan menambah kemungkinan

dan percaya diri untuk meraih sukses. Kepercayaan diri akan membuat lebih tepat

dalam mengambil keputusan. Prediksi menurut petung di dalam perdagangan bukan

hanya ada pada budaya orang jawa saja. Dalam budaya Cina misalnya, hingga kini

perhitungan itu masih berperan besar, sekali pun pengusaha Cina itu sudah menjadi

konglomerat. Di Cina petung itu ada dalam Kitab Pek Ji atau Pak Che (delapan

angka) yang juga berdasarkan kelahiran seseorang, yaitu tahun kelahiran memiliki

nilai 2, bulan nilai 2, hari memiliki nilai 2 dan jam kelahiran nilai 2.

Meskipun orang lahir bersamaan waktu, rezeki yang diperoleh tidak sama

karena yang satu menggunakan petung sedangkan yang lainnya tidak. Banyak pula

orang yang tidak mempercayai petung. Mereka menganggapnya klenik atau tahayul.

Mereka berpendapat dengan rasionya dapat manipulasi alam. Anggapan demikian

belum pas, meskipun manusia dapat merekayasa, alam ternyata akan berjalan sesuai

dengan mekanismenya sendiri

Untuk perhitungan mendirikan / pindahan rumah

1. Pertama-tama yg diperhitungakan adalah Bulan Jawa, yaitu :

a. Bulan Sura = tidak baik

b. Bulan Sapar = tidak baik

c. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tidak baik

d. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik

e. Bulan Jumadilawal = tidak baik

f. Bulan Jumadilakir = kurang baik

g. Bulan Rejeb = tidak baik

h. Bulan Ruwah (Sakban) = baik

i. Bulan Pasa (Ramelan) = tidak baik

j. Bulan Sawal = sangat tidak baik

k. Bulan Dulkaidah = cukup baik

l. Besar = sangat baik

Berdasarkan perhitungan diatas, bulan yg baik adalah : Bakdamulud,

Ruwah, Dulkaidah, dan Besar.

Page 20: Sejarah kalender jawa FIX.doc

2. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami serta istri.

a. Suami = 29 Agustus 1973

- Rabu = 7

- Kliwon = 8

- Neptu (Total) = 15

b. Istri = 21 Desember 1976

- Selasa = 3

- Kliwon = 8

- Neptu (Total) = 11

Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36

3. Langkah ketiga, menghitung Pancasuda.

Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) : 5). Bila

selisihnya 3, 2, atau 1 itu sangat baik. Cara ini disebut PANCASUDA.

PANCASUDA :

a. Sri = Rejeki Melimpah

b. Lungguh = Mendapat Derajat

c. Gedhong = Kaya Harta Benda

d. Lara = Sakit-Sakitan

e. Pati = Mati dalam arti Luas

Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil

yaitu (selasa (3) + wage (4) = 7), hingga sampai jumlah yang paling besar yaitu

(Sabtu (9) + Pahing (9) = 18.

1. 7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Baik

2. 8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tidak Baik

3. 9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali

4. 10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Baik Sekali

5. 11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Baik

6. 12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Baik

7. 13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tidak Baik

8. 14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali

9. 15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Baik Sekali

10. 16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Baik

11. 17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Baik

12. 18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tidak Baik

Page 21: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Dari paparan tersebut diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal,

khusus bagi pasangan suami–istri yang hari-pasaran-lahir keduanya berjumlah 36

adalah :

1. Terbaik 1 :

a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Minggu Legi)

b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)

2. Terbaik 2 :

a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan

Jumat legi)

b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)

3. Terbaik 3 :

a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage)

b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi,

Kamis Wage dan Minggu Pon)

c. hari-pasaran berjumlah 17 (Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon)

4. Selanjutnya pilih salah satu dari 21 hari baik yang berada dalam bulan Bulan

Bakdamulud, Bulan Ruwah, Bulan Dulkaidah dan Bulan Besar,yaitu:

a. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir)

Bulan baik untuk mendirikan sesuatu termasuk rumah tinggal. Keluarga yang

bersangkutan mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan

terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu menang dalam menghadapi perkara,

berhasil dalam bercocok-tanam, berkelimpahan emas dan uang, mendapat doa

restu Nabi, dan lindungan dari Allah.

b. Bulan Ruwah (Sakban)

Bulan baik untuk mendirikan rumah tinggal. Rejeki melimpah dan halal,

disegani, dihormati dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.

c. Bulan Dulkaidah

Cukup baik, dicintai anak istri, para orang tua, saudara, dan handaitaulan.

Dalam hal bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki dan cukup uang.

Keadaan keluarga harmonis, tentram, damai dan mendapatkan doa dari Rasul.

d. Bulan Besar.

Baik, banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang. Anggota

keluarga yang berdiam di areal rumah-tinggalnya yang dibangun pada bulan

Besar merasakan ketentraman lair batin, serta dihormati.

Page 22: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Dalam astrologi Jawa juga dikenal adanya bintang, yang biasa disebut Wuku;

ada 30 wuku yang masing-masing mempunyai Dewa (Betara) pelindung (yang

kemudian sering dijadikan simbol dari wuku tersebut, seperti misalnya dalam zodiak

Sagitarius disimbolkan manusia dengan badan kuda sedang memanah), hari baik, hari

sial, dan watak serta bakat sendiri-sendiri. Ke 30 wuku tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Sinta dewa pelindung Dewa Betara Jamadipati

2. Landep dewa pelindung Dewa Betara Mahadewa

3. Wukir dewa pelindung Dewa Betara Mahajekti

4. Kurantil dewa pelindung Dewa Betara Langsur

5. Tolu dewa pelindung Dewa Betara Baju

6. Gumbreg dewa pelindung Dewa Betara Tjandra

7. Warigalit dewa.pelindung Dewa Betara Asmara

8. Warigagung dewa pelindung Dewa Betara Maharesi

9. Djulungwangi dewa pelindung Dewa Betara Sambu

10. Sungsang dewa pelindung Dewa Betara Gana

11. Galungan dewa pelindung Dewa Betara Kamadjaja

12. Kuningan dewa pelindung Dewa Betara Indera

13. Langkir dewa pelindung Dewa Betara Kala

14. Mandasija dewa pelindung Dewa Betara Brama

15. Djulungpudjud dewa pelindung Dewa Betara Guritna

16. Pahang dewa pelindung Dewa Betara Tantra

17. Kuruwelut dewa pelindung Dewa Betara Wisnu

18. Marakeh dewa pelindung Dewa Betara Surenggana

19. Tambir dewa pelindung Dewa Betara Siwah

20. Medangkungan dewa pelindung Dewa Betara Basuki

21. Maktal dewa pelindung Dewa Betara Sakri

22. Wuje dewa pelindung Dewa Betara Kuwera

23. Manahil dewa pelindung Dewa Betara Tjitragotra

24. Prangbakat dewa pelindung Dewa Betara Bisma

25. Bala dewa pelindung Dewa Betari Durga

26. Wugu dewa pelindung Dewa Betara Singdjalma

27. Wajang dewa pelindung Dewa Betari Sri

28. Kuwalu dewa pelindung Dewa Betara Sadana

Page 23: Sejarah kalender jawa FIX.doc

29. Dukut dewa pelindung Dewa Betara Sakri

30. Watugunung dewa pelindung Dewa Betara Anantaboga

Dalam memperhitungkan perjodohan seorang harus menghitung jumlah naptu

dari hari pasaran kedua calon pengantin tersebut. Menurut kepercayaan di jawa,

apabila naptu dari dua orang yang akan dijodohkan berjumlah 25 maka hubungan

kedua belah tersebut tidak bisa dilanjutkan. Hal ini disebabkan 25 apabila dikurangi

24 tinggal satu (1) angka I ini tidak bisa dibagi dua (perkawinan melibatkan dua

orang). Angka 24 ini diambil dari angka 3 dikalikan 8, jadi pada pokoknya angka

yang paling dihindari adalah tiga (3). Angka tiga dianggap angka sial, karena angka

ini adalah angka pati, tali yang mengikat orang mati (Jawa=Pocongan) berjumlah tiga,

jumlah tali itulah yang kemudian dianggap sebagai jumlah angka yang membawa sial.

Dan nampaknya orang Jawa pada umumnya masih sangat mempercayai perhitungan

ini.

Selain perhitungan jumlah hari pasaran, perkawinan pada masa lalu juga

mempunyai pantangan tertentu, seseorang tidak boleh menikah dengan orang yang

RUBUH KARANG yaitu:

4. Orang yang tinggal saling berhadapan

5. Orang yang tinggal saling membelakangi (ketemu punggung)

6. Orang yang tinggal tepat bersebelahan di kanan kiri.

PRANATA MANGSA, MASIH PENTING BAGI PERTANIAN

Pranata mangsa (bahasa Jawa pranåtåmångså, berarti "ketentuan musim") adalah

semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk

kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan.Pranata mangsa berbasis

peredaran matahari dan siklusnya (setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari) serta memuat

berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam

kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit,

seranganpengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu.

  Penanggalan seperti ini juga dikenal oleh suku-suku bangsa lainnya di Indonesia,

seperti etnik Sunda dan etnik Bali (di Bali dikenal sebagaiKerta Masa). Beberapa

tradisi Eropa mengenal pula penanggalan pertanian yang serupa, seperti misalnya pada etnik

Jerman yang mengenal Bauernkalendar atau "penanggalan untuk petani". 

Page 24: Sejarah kalender jawa FIX.doc

  Pranata mangsa dalam versi pengetahuan yang dipegang petani atau nelayan

diwariskan secara oral (dari mulut ke mulut). Selain itu, ia bersifat lokal dan temporal

(dibatasi oleh tempat dan waktu) sehingga suatu perincian yang dibuat untuk suatu tempat

tidak sepenuhnya berlaku untuk tempat lain. Petani, umpamanya, menggunakan pedoman

pranata mangsa untuk menentukan awal masa tanam. Nelayan menggunakannya sebagai

pedoman untuk melaut atau memprediksi jenis tangkapan. Selain itu, pada beberapa bagian,

sejumlah keadaan yang dideskripsikan dalam pranata mangsa pada masa kini kurang dapat

dipercaya seiring dengan perkembangan teknologi.

 

Adapun perhitungan pranata mangsa beserta cirri-cirinya selama 1 tahun adalah

sebagai berikut ;

1. Mangsa KAJI/I : 22/23 Juni – 2/3 Agustus. Musim tanam Palawija

2. Mangsa KARO/II : 2/3 Agustus – 25/26 Agustus. Musim Kapuk bertunas, musim tanam

palawija kedua.

3. Mangsa KATELU/III : 25/26 Agustus – 18/19 September. Musim ubi-ubian bertunas,

mulai panen palawija.

4. Mangsa KAPAT/IV : 18/19 September – 13/14 Oktober. Musim sumur pada kering, kapuk

berbuah, baik untuk tanam pisang.

5. Mangsa KALIMA/V : 13/14 Oktober – 9/10 Nopember. Musim turun hujan, pohon asam

bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

6. Mangsa KANEM/VI : 9/10 Nopember – 22/23 Desember. Musim buah-buahan mulai tua,

mulai menggarap sawah.

7. Mangsa KAPITU/VII : 22/23 Desember – 3/4 Pebruari. Musim Banjir, badai,longsor,

mulai tandur.

8. Mangsa KAWOLU/XIII : 3/4 Pebruari – 1/2 Maret. Musim Padi beristirahat, banyak ulat,

banyak penyakit.

9. Mangsa KASANGA/IX : 1/2 Maret – 26/27 Maret. Padi Berbunga, turaes (sejenis

serangga) ramai berbunyi.

10. Mangsa KADASA/X : 26/27 Maret – 19/20 April. Musim Padi berisi tapi masih 

hijau, burung-burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering.

11. Mangsa DESTA/XI : 19/20 April – 12/13 Mei. Masih ada waktu untuk tanam palawija,

burung-burung menyuapi anaknya.

12. Mangsa SADA/XII : 12/13 April – 22/23 Juni. Musim menumpuk jerami, tanda-tanda

udara dingin di pagi hari.

Page 25: Sejarah kalender jawa FIX.doc

(Sistem pertanaman padi masih setahun sekali)

 

Sejarah dan antropologi

Untuk masyaratak Jawa, bentuk formal pranata mangsa diperkenalkan pada masa

Sunan Pakubuwana VII (rajaSurakarta) dan mulai dipakai sejak 22 Juni 1856, dimaksudkan

sebagai pedoman bagi para petani pada masa itu.[6][7] Perlu disadari bahwa penanaman padi

pada waktu itu hanya berlangsung sekali setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo. Selain

itu, pranata mangsa pada masa itu dimaksudkan sebagai petunjuk bagi pihak-pihak terkait

untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana alam, mengingat teknologi prakiraan

cuaca belum dikenal. Pranata mangsa dalam bentuk "kumpulan pengetahuan" lisan tersebut

hingga kini masih diterapkan oleh sekelompok orang dan sedikit banyak merupakan

pengamatan terhadap gejala-gejala alam.

Praktik pertanian sebelum 1960-an di Jawa masih tergantung pada kebaikan alam dan "Dewi

Sri".

Terdapat petunjuk bahwa masyarakat Jawa, khususnya yang bermukim di wilayah

sekitarGunung Merapi, Gunung Merbabu, sampai Gunung Lawu, telah mengenal prinsip-

prinsip pranata mangsa jauh sebelum kedatangan pengaruh dari India. Prinsip-prinsip ini

berbasis peredaran matahari di langit dan peredaran rasi bintang Waluku (Orion). Di wilayah

dengan tipe iklim Am menurut Koeppen ini, penduduknya menerapkan penanggalan berbasis

peredaran matahari dan rasi bintang sebagai bagian dari keselarasan hidup mengikuti

perubahan irama alam dalam setahun. Pengetahuan ini dapat diperkirakan telah diwariskan

secara turun-temurun sejak periode Kerajaan Medang (Mataram Hindu) dari abad ke-9

Page 26: Sejarah kalender jawa FIX.doc

sampai dengan periode Kesultanan Mataram di abad ke-17 sebagai panduan dalam bidang

pertanian, ekonomi, administrasi, dan pertahanan (kemiliteran).

  Perubahan teknologi yang diterapkan di Jawa semenjak 1970-an, berupa paket

intensifikasi pertanian seperti penggunaan pupuk kimia,kultivar berumur genjah (dapat

dipanen pada umur 120 hari atau kurang, sebelumnya memakan waktu hingga 180 hari),

meluasnya jaringanirigasi melalui berbagai bendungan atau bendung, dan terutama

berkembang pesatnya teknik prakiraan cuaca telah menyebabkan pranata mangsa (dalam

bentuk formal versi Kasunanan) kehilangan banyak relevansi. Isu perubahan iklim global

yang semakin menguat semenjak 1990-an juga membuat pranata mangsa harus ditinjau

kembali karena dianggap "tidak lagi dapat dibaca". 

 

Kosmografi dan klimatologi

Pranata mangsa memiliki latar belakang kosmografi ("pengukuran posisi benda

langit"), pengetahuan yang telah dikuasai oleh orang Austronesia sebagai pedoman

untuk navigasi di laut serta berbagai kegiatan ritual kebudayaan. Karena

peredaran matahari dalam setahun menyebabkan perubahan musim, pranata mangsa juga

memiliki sejumlah penciri klimatologis.

  Awal mangsa kasa (pertama) adalah 22 Juni, yaitu saat posisi matahari di langit

berada pada Garis Balik Utara, sehingga bagi petani di wilayah di antara Merapi dan Lawu

saat itu adalah saat bayangan terpanjang (empat pecak/kaki ke arah selatan). Pada saat yang

sama, rasi bintang Waluku terbit pada waktu subuh (menjelang fajar). Dari sinilah keluar

nama "waluku", karena kemunculan rasi Orion pada waktu subuh menjadi pertanda bagi

petani untuk mengolah sawah/lahan menggunakan bajak(bahasa Jawa: waluku).

Page 27: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Rasi Orion ("Waluku", bintang bajak) merupakan pedoman penting pada pranata

mangsa.Panjang rentang waktu yang berbeda-beda di antara keempat mangsa pertama (dan

empat mangsa terakhir, karena simetris) ditentukan dari perubahan panjang bayangan.

Mangsa pertama berakhir di saat bayangan menjadi tiga pecak, dan mangsa karo (kedua)

dimulai. Demikian selanjutnya, hingga mangsa keempat berakhir di saat bayangan tepat

berada di kaki, di saat posisi matahari berada padazenit untuk kawasan yang disebutkan

sebelumnya (antara Merapi dan Lawu).

Pergerakan garis edar matahari ke selatan mengakibatkan pemanjangan bayangan ke

utara dan mencapai maksimum sepanjang dua pecak di saat posisi matahari berada

pada Garis Balik Selatan (21/22 Desember), dan menandai berakhirnya mangsa kanem (ke-

6). Selanjutnya proses berulang secara simetris untuk mangsa ke-7 hingga ke-12. Sebuah jam

matahari di Gresik yang dibuat pada tahun 1776 secara eksplisit menunjukkan hal ini.

Mangsa ke-7 ditandai dengan terbenamnya rasi Waluku pada waktu subuh. Beberapa rasi

bintang, bintang, atau galaksi yang dijadikan rujukan bagi pranata mangsa adalah

Waluku, Lumbung (Gubukpèncèng, Crux), Banyakangrem (Scorpius), Wuluh (Pleiades

), Wulanjarngirim (alpha- dan beta-Centauri), serta Bimasakti. Batas-batas eksak

tanggal pada pranata mangsa versi Kasunanan (Jawa) merupakan modifikasi kecil terhadap

Page 28: Sejarah kalender jawa FIX.doc

pranata mangsa yang sudah dikenal sebelumnya yang didasarkan pada posisi benda-benda

langit.

Secara klimatologi, pranata mangsa mengumpulkan informasi mengenai perubahan

musim serta saat-saatnya yang berlaku untuk wilayah Nusantara yang dipengaruhi oleh angin

muson, yang pada gilirannya juga dikendalikan arahnya oleh peredaran matahari. Awal

musim penghujan dan kemarau serta berbagai pertanda fisiknya yang digambarkan pranata

mangsa secara umum sejajar dengan hasil pengamatan klimatologi. Kelemahan pada pranata

mangsa adalah bahwa ia tidak menggambarkan variasi yang mungkin muncul pada tahun-

tahun tertentu (misalnya akibat munculnya gejala ENSO). Selain itu, terdapat sejumlah

ketentuan pada pranata mangsa yang lebih banyak terkait dengan aspek horoskop, sehingga

cenderung tidak logis

PRANATA MANGSA DAN CANDRA NYA BERDASARKAN PERHITUNGAN KALENDER

JAWA KUNO

1.  Mangsa Kasa/Sura :

Page 29: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Candrane : Sotya murca saking embanan. Sotya =mutiara, murca = hilang. Pindhane mutiara

coplok saka embane. Akeh godhong padha rontok, wit-witan padha ngarang. Awal mangsa

ketiga.

Umure : 41 dina. 22 Juni – 1 Agustus.

2. Mangsa Karo :

Candrane : Bantala rengka.Bantala = lemah, rengka = pecah. Lemah-lemah padha

nela.Mangsane paceklik larang pangan.

Umure : 23 dina. 2 Agustus – 24 Agustus.

3. MangsaKatelu:

Candrane : Suta manut ing bapa. Suta = anak. Pindhane anak manut marang bapake.

Pungkasane mangsa ketiga. Lung-lungan, bangsane gadung, wi, gembili padha mrambat.

Umure : 24 dina. 25 Agustus – 17 September

4. Mangsa Kapat :

Candrane : Waspa kumembeng jroning kalbu. Waspa = eluh, kumembeng = kembeng,

kebak, kalbu = ati. Pindhane eluh kebak ing jerone ati. Sumber padha garing.Awal mangsa

labuh.

Umure : 25 dina. 18 Sptember – 12 Oktober.

5. Mangsa Kalima:

Candrane: Pancuran mas sumawur ing jagat. Mas pindane udan. Wiwit ana udan.

Para among tani wiwit padha nggarap sawah.

Umure : 27 dina. 13 Oktober – 8 Nopember.

6. Mangsa Kanem :

Candrane : Rasa mulya kasucian. Pindhane mulya-mulya rasa kang suci. Woh-wohan

bangsane pelem lsp wiwit padha awoh. Pungkasane mangsa labuh. Udan wiwit

akeh lan deres.

Umure : 43 dina. 9 Nopember – 21 Desember.

7. Mangsa Kapitu :

Candrane : Wisa kentir ing maruta. Wisa = racun, penyakit; kentir = keli, katut ; maruta =

angin. Pindhane : Penyakit akeh, akeh wong lara.

Umure : 43 dina. 22 Desember – 2 Pebruari.

8. Mangsa Kawolu :

Page 30: Sejarah kalender jawa FIX.doc

Candrane : Anjrah jroning kayun. Anjrah = sumebar, warata; kayun = karep, kapti. Pindhane

akeh pangarep-arep. Para among tani padha ngarep-arep asile tanduran. Wit pari padha

mbledug.

Umure: 26 dina. 3Pebruari – 28 Pebruari.

9. Mangsa Kasanga :

Candrane : Wedharing wacana mulya. Wedhar = wetu; wacana = pangandikan, swara, uni;

mulya = mulia, endah. Pindhane akeh swara kang keprungu endah, kepenak. Garengpung

padha muni, gangsir padha ngethir, jangkrik padha ngerik.

Umure: 25dina. 1 Maret – 25 Maret.

10.  Mangsa Kasepuluh/Kasadasa :

Candrane : Gedhong mineb jroning kalbu. Pindhane akeh kewan padha meteng. Kucing

padha gandhik.Manuk padha ngendhog.

Umure : 24 dina. 26 Maret – 18 April.

11.  Mangsa Dhesta :

Candrane : Sotya sinarawedi. Sotya = mutiara; sinarawedi = banget ditresnani (?). Pindhane

kaya mutyara kang banget ditresnani. Mangsane manuk ngloloh anake. Mangsa mareng.

Umure : 23 dina. 19 April – 11 Mei.

12.  Mangsa Sada :

Candrane : Tirta sah saking sasana. Tirta = banyu; sah = ilang; sasana = panggonan.

Pindhane wong-wong ora kringeten jalaran mangsa bedhidhing (adhem). Akhir mangsa

mareng.

Page 31: Sejarah kalender jawa FIX.doc

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Dari uraian materi di atas, dapat kami simpulkan bahwa :

1. Sejarah penaggalan jawa berawal dari kalender Saka yang dibawa oleh Aji Saka

berasal dari India, dan kemudian diganti menjadi kalender Jawa yang sangat bercorak

Islam dan sama sekali tidak lagi berbau Hindu atau budaya India oleh Sultan Agung

Prabu Hanyokrokusumo.

2. Kalender Jawa-Islam merupakan kalender dengan sistem matematis yang

mendasarkan penghitungan harinya dengan hitungan matematik dari fenomena alam.

3. Metode yang digunakan oleh masyarakat Jawa dalam menentukan penanggalan

adalah Metode Ajumgi, Metode Amiswon, Metode Aboge, Metode Asapon

4. Penetapan pergantian hari ketika pergantian sasi/bulan. Kalender Jawa menetapkan

bahwa pergantian hari ketika pergantian sasi waktunya adalah tetap yaitu pada saat

matahari terbenam (surup – antara pukul 17.00 sampai dengan 18.00), sedangkan

pergantian hari ketika pergantian sasi/bulan pada penanggalan Hijriah ditentukan

melalui Hilal dan Rukyat.

Page 32: Sejarah kalender jawa FIX.doc

5. Dalam melakukan hajat perkawinan, mendirikan rumah, bepergian dan sebagainya,

kebanyakan orang jawa dahulu mendasarkan atas hari yang berjumlah 7(senin-

minggu) dan pasaran yang jumlahnya ada 5.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jawa

http://rasyidassaify.blogspot.com/2012/03/sistem-penanggalan-jawa.html

http://www.babadbali.com/pewarigaan/kalender-jawa.htm

Widodo Sahid T, Kundharu S.2012. Petangan Tradition In Javanese Personal Naming

Practice: An Ethnoliguistic Study. GEMA Online™ Journal of Language

Studies : Volume 12(4)

“Spiritual Astrology, The Ancient Art of Self Empowerment, Bhakti Seva, Terjemahan

Bebas, Re-editing , dan Catatan Oleh  Anand Krishna”, Gramedia Pustaka

Utama, 2010.