27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah tertanam kesadaran pada para guru bahwa tujuan pelaajaran harus dirumuskan sebelum proses belajar- mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa. Jadi, tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tiak. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknyasesuatu program diadakan. Di dalam praktek sehari- hari di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU (Tujuan Instruksional Umum). Kedua, tujuan yang disadarkan atas tingkah laku yang dimaksud adalah berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud taksonomi (taxonomy). Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (keterampilan). Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati. Dalam pelaksanaa pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci. Beberapa ahli telah mencoba memberika cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh (Viviane De Landsheere) dismpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu: 1. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan. 1

Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang

kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah tertanam kesadaran pada para guru bahwa tujuan pelaajaran harus dirumuskan sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa. Jadi, tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tiak.

Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknyasesuatu program diadakan. Di dalam praktek sehari-hari di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai TIU (Tujuan Instruksional Umum). Kedua, tujuan yang disadarkan atas tingkah laku yang dimaksud adalah berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud taksonomi (taxonomy). Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (keterampilan). Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental. Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkret dan dapat diamati.

Dalam pelaksanaa pendidikan di sekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci.

Beberapa ahli telah mencoba memberika cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh (Viviane De Landsheere) dismpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:

1. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan.2. Taksonomi.3. Tujuan yang operasional (Arikunto, 2009).

Untuk lebih lanjut, kami akan membahas secara khusus mengenai taksonomi bloom.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan taksonomi bloom?2. Bagaimana ranah kognitif dalam taksonomi bloom?3. Bagaimana ranah afektif dalam taksonomi bloom?4. Bagaimana ranah psikomotor dalam taksonomi bloom?5. Bagaimana revisi taksonomi bloom?

1

Page 2: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

1.3 Tujuan1. Menyebutkan pengertian taksonomi bloom.2. Mengetahui tentang ranah kognitif dalam taksonomi bloom.3. Mengetahui tentang ranah afektif dalam taksonomi bloom.4. Mengetahui tentang ranah psikomotor dalam taksonomi bloom.5. Mengetahui revisi taksonomi bloom.

2

Page 3: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi Bloom

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.

            Taksonomi Pembelajaran dapat didefinisikan berdasarkan pada asumsi, bahwa program pendidikan dapat di pandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan beberapa mata pelajaran. Bila kita uraikan tingkah laku dan mata pelajaran, kita membuat suatu tujuan pendidikan. Sebagai contoh: siswa akan dapat mengingat kembali tokoh-tokoh sejarah perjuangan kemerdekaaan Indonesia.

            Taksonomi juga mempunyai arti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Suatu kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah-laku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, pembelajaran akan menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi guru (pendidik). Dengan pemahaman ini guru akan dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotor.

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

2.2 Ranah Kognitif

3

Page 4: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.   Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.

Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.

Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Analisis (analysis)

4

Page 5: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.

Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom itu, jika diurutkan secara hirarki piramidal adalah sebagai tertulis pada  gambar 1.

Keenam jenjang berpikir ranah kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara enam jenjang berfikir itu akan lebih jelas terlihat pada gambar.

GAMBAR 1. Enam jenjang berpikir pada ranah kognitif

5

Page 6: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

GAMBAR 2. Overlap antara enam jenjang pada ranah kognitif.

Keterangan : Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar. Pemahaman (2) mencakup pengetahuan (1). Aplikasi atau penerapan (3) mencakup pemahaman (2)dan pengetahuan (1). Sintesis (5) meliputi juga analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Evaluasi (6) meliputi juga sintesis (5) , analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1).

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi (Sudijono. 1995;49-53).

Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.

6

Page 7: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.

Alat Ukur Kognitif a. Lisan

  Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui daya serap siswa untuk masalah yang berkaiatan dengan aspek kognitif.

  Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tes lisan:

  Ingatkan siswa sejak awal bahwa tujuan tes lisan adalah mengumpulkan  informasi tentang pencapaian mereka.

  Selama tes lisan. Guru mengambil tempat duduk sedemikian rupa sehingga dapat berpandangan tetapi siswa tidak dapat melihat apa yang guru tuliskan pada lembar jawaban.

  Hindari membuat komentar, gerakan, ungkapan wajah, atau suara yang bias ditafsirkan oleh siswa sebagai menyetujui atau tidak jawaban yang diberikan.

  Hindari penyimpangan dari catatan tes lisan yang sudah disiapkan ketika menyusun soal.

b.    Pilihan ganda,

  Soal yang menugasi siswa untuk memilih salah satu jawaban dari daftar pilihan yang disediakan.

  Pilihan ganda biasa atau melengkapi soal dalam bentuk ini terdiri atas kalimat pokok yang berupa pertanyaan yang belum lengkap diikuti dengan 4 atau 5 alternatif jawaban.

  Hubungan Antarhal atau hubungan sebab akibat:

Soal ini terdiri atas dua pernyataan yang dihubungkan dengan kata  sebab

Kedua pernyataan dapat bernilai benar atau salah atau dapat pula hanya satu yang benar.

7

Page 8: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Jika kedua pernyataaan benar, maka yang perlu diperhatikan adalah apakah keduanya memilki hubungan sebab akibat atau tidak.

  Analisis kasus atau tinjauan Kasus

Soal dalam bentuk ini disajikan dalam bentuk uraian yang membuat suatu kasus.

Kasus yang diberikan biasanya berupa soal cerita atau uraian taentang kejadian, situasi, proses, hasil percobaan, hasil survey, yang ada hubungannya dengan materi pelajaran yang akan diujikan.

Dari kasus tersebut dapat dibuat satu atau beberapa pertayaan.

  Assosiasi Pilihan atau Pilihan Ganda Kompleks

Soal pada bentuk ini disediakan satu atau lebih alternative jawaban yang benar.

Tugas testi adalah memeriksa semua alternative jawaban yang diberikan dan memilih:

    A.         Jika (1), (2), dan (3) benar

B.         Jika (1) dan (3) benar

C.         Jika (2) dan (4) benar

D.         Jika hanya (4) yang benar

E.         Jika semuanya benar

  Petujuk dalam Membuat soal Pilihan Ganda

   Pangkal(pokok) soal harus jelas

   Pilihan jawaban homogeny dalam arti isi

   Panjang kalimat pilihan relatif  sama

   Tidak ada petunjuk jawaban yang benar

   Hindari menggunakan pilihan jawaban”semua benar” atau “semua salah”

   Pilihan jawaban angka, diurutkan

   Semua pilihan jawaban harus logis

   Jangan menggunakan bentuk negative ganda

   Kaliamat yang digunakan sesuai dengan tinkat perkembangan peserta tes

   Menggunakan bahasa yang baku

   Tempatkan pilihan jawaban benar secara acak

8

Page 9: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

c.       Objektif 

  Pada bentuk tesini, siswa diarahkan untuk  mengerjakan soal melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu

  Setipa langkah diberikan skor tertentu

  Disebut objektif dalam pengertian apabila diperiksa oleh bebrapa guru dalm bidang tersebut, hasil penskorannya akan relatif sama.

d.       Non-objektif

  Tes ini dikatakan non- objektif karena penilaian yang dilakuakan cendrung dipengaruhi oleh subjekvitas penilai.

  Bentuk tes ini menuntut siswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan ide yang dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.

  Keunggulannya, dapat mengukur tingkat berpikir siswa dari terendah sampai tertinggi(ingatan sampai evaluasi)

e.       Jawaban singkat

  Bentuk jawanban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi peserta untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petujuk

  Jawaban harus sesuai dengan indicator

  Jawaban yang benar hanya satu

  Rumusan kalimat soal harus komutatif

  Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

  Tidak menggunakan bahasa lokal

f.        Menjodohkan

  Soal bentuk mejodohkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban.

  Soal harus sesuai dengan indikator

  Jumlah alternative jawaban lebih banyak daripada premis

  Alternative jawaban harus”nyambung” atau berhubungan secara logis dengan premisnya.

  Rumusan kalimat soal harus komikatif

9

Page 10: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

  Butir soal mennggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

  Tidak menggunakan bahasa lokal

g.       Uraian

   Soal-soal uraian menutut kemampuan siswa untuk mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri.

   Soal-soal bentuk uraian terdiri atas dua ragam yaitu: bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas(berstruktur)

   Soal-soal bentuk uraian tepat digunakan untuk mengukur kecakapan siswa dalam mengerjakan / menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi seperti kecakapan dalam memecahkan soal, menganalisa, menarik kesimpulan, membut contoh, dan menjelaskan hubungan sebab akaibat.

2.3 Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan sebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex

Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut

10

Page 11: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat. 

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,  Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.

11

Page 12: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

2. Minat

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

3. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

5. Moral

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain,

12

Page 13: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Ranah afektif lain yang penting adalah:

Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran Biologi

7 6 5 4 3 2 1

Saya senang balajar biologi

Pelajaran biologi bermanfaat

Pelajaran biologi membosankan

Dst….

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran biologi

Pelajaran biologi bermanfaat SS S TS STS

Pelajaran biologi sulit

Tidak semua harus belajar biologi

Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

13

Page 14: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa

Minat Membaca

Nama Pembelajar:_____________________________

No Deskripsi Ya/Tidak

1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain

2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca

3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya

4 Dst…………..

2.4 Ranah Psikomotor

Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata ’motor, sensori motor atau perceptual motor”. Jadi ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerjaan otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan antara 2 hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities)

Contoh:” seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat –alat.”” seberapa terampil para siswa menggunakan alat-alat ”.Dalam rangkaian kategorisasi taksonomi pendidikan Bloom sebenarnya

bukanlah utuh pemikiran Bloom semua. Akan tetapi adanya sumbangan pemikiran dan gagasan cemerlang lain dari para pemikir dan para ahli pendidikan lainnya. Hal ini terlihat ketika pada ranah afektif dalam taksonomi Bloom, Bloom bekerja sama dengan Kratwohl. Begitu juga dengan karakteristik yang dimunculkan pada ranah psikomotorik, di sana Bloom hanya sebagai peletak dasar taksonomi akan tetapi lebih jauh telah dikembangkan oleh Simpson, Dave, dan lain-lain.. Meski demikian, tetap saja taksonomi ini begitu kental dengan peletak dasar gagasannya, yaitu Benjamin S. Bloom, sehingga tidak heran jika sampai detik ini taksonomi tersebut terkenal dengan sebutan Taksonomi Bloom.

Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, namun dibuat oleh ahli lain tetapi

14

Page 15: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

tetap berdasarkan pada domain yang dibuat Bloom. Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik tersebut adalah:1)      Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya ransangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.2)      Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani.3)      Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.4)      Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangakaian gerakan dengan lancer karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.5)      Respon Tampak Yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.6)      Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan poila gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.7)      Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreativitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Selain Sympson, Dave juga mengemukakan pendapat terkait domain psikomotor, Khusus keterampilan motorik Dave (1967), membaginya dalam lima jenjang, yaitu: peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi. Secara visual jenjang keterampilan motorik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

15

Page 16: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

Klasifikasi ranah psikomotor dijabarkan sebagai berikut.1. Peniruan (Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. Kinerja

mungkin kualitas rendah.2. Penggunaan (Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan

mengikuti instruksi dan berlatih.3. Ketepatan (Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan

yang ke arah yang lebih baik.4. Perangkaian (Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai

keselarasan dan konsistensi internal.5. Naturalisasi (Naturalitation): Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu

berpikir banyak tentang hal itu.

2.5 Revisi Taksonomi Bloom

Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir ini memudahkan guru memahami, menata, dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan.  Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin W Anderson  beserta rekannya merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom dalam bentuk sebuah buku yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl.

Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarki dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

Taksonomi  Hasil revisi Anderson pada Ranah Kognitif adalah: 

Mengingat, Kata-kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.

 Memahami, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan.

Menerapkan, Kata-kata operasional yang digunakan adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 

Menganalisis, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan,

16

Page 17: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.

Mengevaluasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.

Berkreasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah (1)  Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu, (2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu, (3) Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai, (4) Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui.

Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui pentahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi. Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

Perbandingan Taksonomi Bloom dan Hasil revisinya untuk ranah kognitif dapat dilihat pada tabel berikut ini.

17

Page 18: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

(1) Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja. (2) Tingkatan terendah (C1) Pengetahuan diganti dengan Mengingat. (3) Tingkatan C5 Sintesa dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang berkedudukan pada tingkatan C5. (4) Tingkatan C6 digantikan menjadi Berkreasi.

18

Page 19: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.

2. Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.

3. Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial.

4. Ranah psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik. 

5. Dalam revisi taksonomi bloom terdapat perubahan kata kunci, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

Page 20: Makalah Evaluasi Taksonomi Bloom

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.

http://simbahstress1987.blogspot.com/2012/11/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-

dan.html diakses pada 31 Oktober 2013.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sadono, Tri. 2013. Taksonomi-Taksonomi Pembelajaran. http://trigurumetri.blogspot.com/2013/08/taksonomi-taksonomi-pembelajaran.html diakses pada 31 Oktober 2013.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Yanti, Irma. 2012. Pengukuran Ranah Kognitif. http://imma-irmayantihusnulkhatimah.blogspot.com/2012/02/pengukuran-ranah-kognitif.html diakses pada 31 Oktober 2013.